Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
“Kakek, aku… aku bisa menjelaskan semua ini,” ucap Andy terbata-bata.
“Menjelaskan apa?” bentak Alan dengan wajah memerah. “Kalau sampai orang luar tahu kelakuanmu, di mana letak nama keluarga kita?”
“Pa, jangan terburu-buru,” ujar Cecil cepat-cepat membela. “Kita bisa selidiki lagi. Mungkin saja Andy hanya menemui temannya di tempat itu. Wanita-wanita itu pasti yang menggodanya duluan. Papa tahu sendiri, Andy banyak peminatnya. Tidak seperti sebagian orang yang tidak tahu menghargai…” sindirnya pada Poppy.
Poppy mengalihkan pandangan, senyum kecil sinis muncul.
“Maaf, Bibi,” katanya tenang. “Aku hanya menghargai barang mahal. Barang murahan banyak di tepi jalan.”
“Kau…!” Cecil memukul meja hingga terdengar suara keras, lalu berdiri marah.
“Apa yang kau lakukan?” tegur Alan penuh kesal.
Leon ikut bicara, nada suaranya dingin. “Menurutku, kalian sebagai orang tua memang harus mengawasi Andy dengan baik. Masih untung hanya kita yang tahu. Kalau sampai bocor keluar, kalian yang harus bertanggung jawab.”
Cecil menatap Leon tajam. “Anakku tidak bisa disalahkan sepenuhnya! Kalau dia menyebarkan foto itu, apa dia tidak harus bertanggung jawab?”
Poppy terkekeh. “Tenang saja, semua foto itu ada padaku. Aku tidak suka menyimpan barang tidak berharga, jadi aku tidak akan menyebarkannya. Tapi mungkin Bibi perlu lebih ketat mengawasi putra Bibi. Pria seperti Andy… satu wanita tidak cukup, dua pun tidak, tiga pun mungkin belum cukup.”
“Atas dasar apa kami harus percaya padamu?” tantang Cecil.
“Percaya atau tidak, urusan Bibi,” jawab Poppy sambil bangkit. “Aku tidak ingin membuang waktuku di sini terlalu lama.”
Andy menatapnya marah. “Cukup! Poppy, aku sudah sangat sabar padamu. Kau itu sombong, jual mahal, dan dengar baik-baik—aku tidak pernah mencintaimu!”
Poppy menghela napas santai. “Aku memang jual mahal… tapi hanya pada pria murahan sepertimu. Tanganmu sudah menyentuh begitu banyak wanita, siapa tahu kau sudah membawa penyakit yang menjijikkan.”
Wajah Andy memerah, lalu tiba-tiba ia menarik tangan Poppy kasar.
“Hei! Andy, kau mau bawa Poppy ke mana?” teriak Alan.
“Lepaskan!” seru Poppy, namun Andy menyeretnya sampai ke ruang tamu.
“Kau datang hanya untuk mempermalukanku, ya?” desis Andy. “Kau pikir aku tidak tahu? Kau hanya ingin menarik perhatianku, membuatku menikahimu, lalu menunduk padamu!”
Poppy menatapnya seolah melihat seorang badut.
“Andy Huo, apakah kau sadar kau sangat menyedihkan sekali?” katanya datar. “Aku sudah mencampakkanmu. Mengapa aku harus sudi bersamamu? Lepaskan tanganku sebelum aku berteriak.”
“Poppy Yun, perjanjian sudah dibuat oleh dua keluarga kita. Kau tidak bisa membatalkannya seenaknya. Kau tidak bisa membuat keputusan sepihak!”
Poppy menarik tangannya keras hingga terlepas.
“Aku yang menikah, jadi aku yang menentukan masa depanku,” ucapnya dingin. “Aku tidak akan menghabiskan hidupku dengan pria sepertimu. Tidak hari ini, tidak besok, tidak selamanya.”
“Kau jangan lupa,” suara Andy meninggi, matanya memerah menahan emosi. “Pertunangan kita sudah diumumkan! Banyak pihak yang tahu hubungan dua keluarga ini. Kau tidak bisa asal membatalkan pertunangan itu. Pernikahan akan ditetapkan bulan depan!”
Poppy menatapnya tanpa gentar. “Menikahlah dengan selingkuhanmu. Aku tidak butuh suami sepertimu. Kalau kau merasa malu, terimalah kenyataan ... karena kau sendiri yang mempermalukan keluargamu.”
Ia berbalik hendak pergi, namun Andy kembali mencengkeram tangannya kuat-kuat.
“Lepaskan! Kau menyakitiku!” seru Poppy, wajahnya menegang menahan nyeri.
“Walau aku tidak mencintaimu,” kata Andy dengan nada arogan, “demi keluarga, aku rela menikahimu.”
“Tapi aku tidak rela,” balas Poppy lantang. Ia meronta, lalu mendadak menendang tulang kering Andy sekuat tenaga.
“Aaahh!” jerit Andy sambil memegangi kakinya. Cengkeramannya terlepas seketika.
Namun saat Poppy hendak melangkah pergi, Andy yang tersinggung kembali mengejarnya, lalu menarik lengannya kasar hingga tubuh Poppy terhuyung.
“Jangan harap kau bisa mempermalukan keluarga kami!” teriak Andy, genggamannya makin kuat hingga membuat gadis menjerit
Pada detik itu juga, langkah kaki berat terdengar.
Leon muncul dari arah koridor, wajahnya gelap dan tatapannya tajam seperti bilah pisau. Ia tanpa banyak bicara langsung meraih pergelangan tangan Andy dan melepaskannya paksa, lalu mendorong Andy keras hingga tubuh lelaki itu kehilangan keseimbangan dan tersungkur ke lantai.