NovelToon NovelToon
Sandiwara Cinta Sang Presma (Presiden Mahasiswa)

Sandiwara Cinta Sang Presma (Presiden Mahasiswa)

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cinta setelah menikah / Selingkuh / Pengantin Pengganti / Nikah Kontrak / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ayuwidia

Dilarang memplagiat karya!

"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"

"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."

"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."

Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.

Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.

Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.

Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.

Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 20 Maaf

Happy reading

Pagi ini, langit bertudung mendung. Gumpalan awan hitam berarak, mengiringi tangis yang mulai jatuh.

Hamdan, pria berusia 35 tahun. Seorang dosen muda yang dikenal alim, santun, dan pendiam ... telah menghembuskan napas terakhir di balik terali besi. Gantung diri.

Pamor yang dibangun tercoreng karena kegilaannya pada Aluna. Hawa berparas cantik, anggun, lembut, dan cerdas.

Obsesi mendorong Hamdan melakukan kesalahan dan dosa yang tak terampuni.

'Berusaha' merenggut paksa Marwah yang dijaga oleh Aluna, setelah ungkapan cintanya ditolak puluhan kali.

Hamdan nekat. Abaikan akal sehat. Penuhi naf-su sesaat, demi memiliki makhluk terindah sejagad jiwa.

Perbuatan be-jatnya yang pertama tak terendus, karena Aluna memilih diam dan melupakan.

Sore itu, keberuntungan berpihak pada Aluna. Sebelum Hamdan berhasil menyentuh dan melabuhkan kecupan, seekor kucing berbulu putih datang di waktu yang tepat dan mencakar wajahnya. Scene, di gudang sastra.

Hamdan sengaja menggiring Aluna ke tempat yang dirasa sepi. Ia beralasan, mencari buku tulisan tangan Sapardi Djoko Damono yang 'katanya' tersimpan di dalam gudang dan meminta Aluna untuk membantu.

Karena merasa tak enak hati untuk menolak, Aluna pun terpaksa membantu Hamdan, mencari buku yang dimaksud.

Pintu gudang ditutup rapat. Aluna mulai curiga ketika Hamdan berjalan mendekat dan menatap intens.

Rambut panjang yang semula digelung rapi, terurai karena pita yang mengikat--ditarik paksa oleh Hamdan.

"Tolong, jangan mendekat --" Aluna memohon sekaligus mengiba. Suaranya bergetar dan tertahan. Namun Hamdan tidak mengindahkannya dan malah kian mengikis jarak.

Benak berbisik merapal doa, diiringi air bening yang jatuh membasahi pipi.

Aluna meminta pada Zat Yang Maha Kasih, agar mengirim malaikat untuk melindungi dan menjaganya.

Doa Aluna diijabah.

Melalui perantara kucing berbulu putih, Aluna terhindar dari perbuatan be-jat yang ingin dilakukan oleh Hamdan.

Kini, pria itu sudah berada di dalam perut bumi, berteman selembar kain berwarna putih.

Pamornya padam bersama raga yang terpendam.

Warga Kampus Cakrawala datang mengunjungi kediaman keluarga Hamdan. Turut berbelasungkawa dan mengantar sang dosen ke tempat peristirahatan terakhir. Tak terkecuali Ryuga, Aluna, dan seluruh anggota BEM.

Lantas bagaimana dengan Xavier?

Ia juga mengunjungi kediaman keluarga Hamdan. Namun mendapat penolakan dari Sukma.

Wanita malang itu mengusir Xavier dan menyuruhnya pergi.

Amarah dan kebencian mendekap erat, membuat Sukma enggan melihat pria yang telah menodai marwah.

Dengan berat hati, Xavier membawa ayunan kakinya melangkah pergi. Meski teramat ingin mengucap seribu kata maaf dan bersimpuh di kaki Sukma.

Rintik gerimis mulai turun membasahi bumi ketika jasad Hamdan selesai dikebumikan.

Satu persatu para pelayat berpamitan. Menyisakan seorang wanita paruh baya yang masih setia menemani Sukma di pemakaman.

Dia ... Jayanti. Asisten rumah tangga yang sudah puluhan tahun mengabdi pada keluarga Hamdan.

"Kak, kenapa Kak Hamdan pergi ninggalin Sukma? Sukma takut. Sukma sudah nggak punya siapa-siapa lagi --"

Sukma menangis tergugu. Meratap. Membiarkan tubuhnya basah--diguyur air langit.

Dunianya telah hancur.

Kehormatan yang dijaga, direnggut paksa oleh Xavier.

Kakak yang dijadikan sebagai pengayom, mengakhiri hidup dengan cara yang tak diberkati oleh Tuhan-nya. Bunuh diri.

"Kak, bawa aku. Aku juga ingin ma-ti --"

Suara Sukma mengiris ulu hati. Mendobrak paksa tangis yang semula tertahan.

"Mbak Sukma, ayo kita pulang." Jayanti berucap pelan sambil mengusap lembut bahu Sukma yang bergetar. Berharap sang nona mengindahkan.

"Pulang ke mana, Bi? Aku sudah nggak punya siapa-siapa?"

"Pulang ke rumah. Masih ada Bibi yang akan selalu menemani Mbak Sukma."

"Aku nggak mau pulang. Aku mau tetap di sini atau ... pergi jauh --"

"Hidupku sudah hancur. Sangat hancur. Kehormatanku direnggut dan Kakakku --" Sukma tak kuasa melanjutkan kata yang ingin terucap. Lidahnya tercekat, karena buncahan rasa yang mencekik erat.

"Mbak, kalau Mbak Sukma ndak mau pulang, mari ikut Bibi. Kita tinggal di desa. Membuka lembaran baru dan hidup tenang di sana."

Sukma memejamkan mata dan memeluk erat kayu nisan yang bertuliskan nama Hamdan. Tumpahkan lara dan tangis.

"Sukma --" Suara khas memanggil, mendorong Sukma untuk mengindahkan. Membuka mata dan melepas peluk.

"Nara --" Bibir Sukma bergetar ketika mengucap nama itu.

Nara mengulas senyum dan berjalan mendekat, menghampiri Sukma yang masih duduk bersimpuh di sisi pusara.

"Maaf, aku datang terlambat," ucapnya pelan.

Butiran kristal bening menganak di pelupuk mata dan siap tertumpah. Namun, Nara berusaha mencegah.

Tak ada kata yang terucap. Biarkan semesta melantunkan lagu nestapa, mewakili frasa yang tercetus di dalam benak dan mengiringi pelukan erat sepasang sahabat.

"Ra, a-ku ternoda. Dia sudah ngehancurin hidupku. A-aku ingin mati saja. Ikut Kak Hamdan."

Atmosfer hening yang sesaat menyelimuti, terpecahkan oleh suara Sukma, seiring pelukan yang perlahan terurai.

Speechless

Nara bergeming. Tubuhnya membeku.

Pengakuan yang terucap dari bibir Sukma meremas ulu hati dan mencipta denyut nyeri.

Amarah menyusup masuk penuhi rongga dada. Namun Nara berusaha mengendalikan emosi.

"Siapa pelakunya?" Nada suara Nara terdengar rendah, tapi penuh penekanan dan menuntut Sukma untuk segera memberi jawaban.

"Xa-xa-vi-er."

Amarah Nara meletup ketika mendengar satu nama yang disebut oleh Sukma 'Xavier'---nama Ketua Geng Bima Sakti.

"Bajing***! Dia harus menerima hukuman setimpal. Kita laporin manusia be-jat itu ke polisi, biar dia mendekam di penjara."

Sukma menggeleng lemah. "A-aku nggak mau lagi berurusan dengannya. Dia ketua geng yang memiliki kuasa dan bisa ngelakuin apa saja yang dia mau. A-aku takut. Perih. Di-dia mengancam ... mau ngelakuin itu lagi --"

"Nggak usah takut. Ada aku."

Sukma kembali menggeleng. "A-aku nggak mau, ka-kamu juga jadi korban. Bi-biar aku mati atau ... pergi ja-jauh."

"Tapi, Ma --"

"To-tolong jangan kasih tau siapa-siapa. A-aku nggak mau semua orang tau, ka-kalau aku sudah terno-da. A-aku belum siap dipandang rendah dan hina."

Nara meraup udara dalam-dalam dan sejenak pejamkan mata, lalu mengangguk pelan.

Bahasa tubuhnya mengamini permintaan Sukma. Tetapi batinnya menyerukan sumpah serapah.

Di tempat berbeda ....

Sudah setengah jam, Xavier duduk menyendiri di balkon. Merenung dan berpikir.

Batinnya terus menerus merutuki kebodohan dan perbuatan be-jat yang telah dilakukan.

"Gue bodoh. Nggak seharusnya gue ngelakuin itu --"

"Vier --" Suara lembut memanggil. Memangkas ucapan yang ingin terlontar. Memaksa Xavier untuk alihkan atensinya ke arah sumber suara ... 'Gea'.

"Gea --"

"Aku mengirim chat dan berulang kali menelpon-mu. Tapi kamu nya nggak baca puluhan chat yang aku kirim dan nggak jawab teleponku." Gea memasang wajah cemberut dan membawa tubuhnya duduk di samping Xavier.

"Jangan-jangan, kamu sudah nggak cinta sama aku?"

"Maaf. Gue masih cinta sama lo. Dan bakalan selalu cinta --"

"Gue ... cuma lagi pusing. Capek. Ada aja masalah yang mesti gue hadapi dan bikin gue stres."

"Bagi sama aku pusingnya, capeknya, dan masalahnya, biar kamu nggak stres." Gea meraih tangan Xavier dan menatap lekat wajah sang kekasih.

Xavier menunduk. Bibirnya serasa berat untuk menuturkan segala resah dan mengakui dosa besar yang telah diperbuat.

"Gue ... cuma mau meluk lo," ucap Xavier lirih. Lantas merengkuh tubuh Gea dan memeluknya erat. Benamkan wajah di ceruk leher, tumpahkan segala beban jiwa dengan menghirup aroma vanila yang selalu berhasil hadirkan rasa tenang.

Gea, maaf ....

🍁🍁🍁

Bersambung

1
Najwa Aini
Bumi wakanda, Negara konoha...
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
Ayuwidia: Betoel sekali
total 1 replies
Najwa Aini
Gue nyimak ya. gak jadi goleran, sambil duduk aja..biar seriusnya dapat
Najwa Aini
wuiihhh...salam sapa seorang announcer...
Najwa Aini
interupsi Tor. Nichol ini cewek apa cowok ya
Ayuwidia: cowok, next dech aku kasih gambarannya 😆
total 1 replies
Najwa Aini
Aku kasih vote biar ngebahasnya makin semangat dan ...panas...
aku nyimak ya..sambil goleran
Ayuwidia: Wkkkk makasih, Kak. Dahal bahasanya udah dicicil chat an sama Nyai 🤣
total 1 replies
Najwa Aini
Nah bagus. babat habis ini topik. kan emang lagi hangat ...sambil ngopi tentu saja..
Najwa Aini
makin dalam ceritanya....
Najwa Aini
mulai membuka diri
Najwa Aini
ini kafe tempat Arjuna ketemua sama pak Winata itu ya
Ayuwidia: Betul. Tempat Nofiya nemenin Ryuga ngobrol juga. Istri Pak Win ingatannya tajam 😄
total 1 replies
Najwa Aini
ngapain, buang gas?
Ayuwidia: boker, Kak
total 1 replies
Najwa Aini
sweet di depan orang aja itu mah...
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
Ayuwidia: Wkkk hiyaaa
total 1 replies
Najwa Aini
Emangnya Aluna Ryu udah go publik??
Ayuwidia: bentar lagi
total 1 replies
Najwa Aini
Main perintah. tadi ke bininya, sekarang ke bini orang. 😆😆😆 alasannya satu. cemburu. tapi gak nyadar. parah lo pak Ketu..Garvi habis ini mah
Ayuwidia: Kan fans nya Garvi
total 1 replies
Najwa Aini
ngakak aku...
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
Najwa Aini
kayak Garvi nih orang main paksa jemput aja
Ayuwidia: adeknya Garvi dia
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cowok emang gitu kebanyakan.....egonya tinggi 😄
Shofiah
bagus lanjut
Najwa Aini
Nah kan benar...😄
Najwa Aini
Aksara.
ada sesuatu nih dgn nama ini
Ayuwidia: Uhuk, Aksara Angka
total 1 replies
Najwa Aini
jiaahh main ancam²an. bilang aja mang ingin
Ayuwidia: Malu malu meong
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!