Ketika cinta berubah menjadi luka, dan keluarga sendiri menjadi pengkhianat. Dela kehilangan segalanya di hari yang seharusnya menjadi miliknya cinta, kepercayaan, bahkan harga diri.
Namun dalam keputusasaan, Tuhan mempertemukannya dengan sosok misterius yang kelak menjadi penyelamat sekaligus takdir barunya. Tapi apakah Dela siap membuka hati lagi, ketika dunia justru menuduhnya melakukan dosa yang tak pernah ia lakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Beneran Aku
"Sekarang kita harus ke mana Mas?" Tanya Dela.
"Ya kita bisa ke mana saja. Kamu ikut saja denganku," jawab Arsen.
"Apa kita mau mengontrak rumah saja?" Saran Dela.
Arsen tidak menjawab perkataan dari istrinya, tiba-tiba Arsen menepikan motornya.
"Loh kenapa kita malah berhenti di sini Mas?" Tanyanya.
"Kita naik mobil temanku saja ya, ini motor biar dibalikin sama yang punya," jawab suaminya yang membuat Dela bingung.
"Hah dibalikin? Berarti motor ini bukan milik kamu Mas?" Tanyanya lagi.
"Iya ini memang bukan motorku. Motor ini aku pinjam sama teman untuk berkendara di sini," jawabnya.
Sebenarnya letak proyek yang sedang dibangunnya berada di daerah yang strategis, tidak jauh dari perkampungan Dela. Biasanya Arsen juga datang ke sana menggunakan mobil yang dikemudikan oleh asistennya. Hanya saja waktu itu Arsen ingin berkeliling mencari suasana baru melewati jalan perkampungan, sehingga Arsen meminjam motor milik salah satu karyawannya di proyek. Kalau naik mobil susah karena melewati gang sempit.
Walaupun Arsen ini adalah bos besar tapi dia tidak sombong. Dia bahkan mau ikutan terjun bersama karyawan proyek untuk memberikan arahan. Tidak heran, jika keluarga istrinya mengira dirinya kuli bangunan. Dela kira motor itu milik suaminya, kalau motor itu milik teman suaminya, itu artinya suaminya malah gak punya motor.
"Yaudah gak apa-apa. Nanti kita bisa menabung untuk membeli motor," ujar Dela yang membuat Arsen mengerutkan alisnya.
"Seharusnya kamu gak usah memberikan uang sebanyak itu ke Ibu. Harusnya kemarin kamu gak perlu belikan aku baju-baju mahal Mas. Uangnya kan bisa buat beli motor bekas saja biar kamu punya kendaraan kalau kerja, jadi gak perlu pinjam kendaraan ke temanmu lagi," lanjutnya.
Mendengar perkataan dari istrinya, Arsen bisa menangkap kalau ternyata istrinya mengira dirinya gak punya motor.
"Sudah soal itu gampang."
Dela jadi merasa sedikit menyesal, karena sudah memberikan uang sumbangan ke Tika sebanyak itu. Bukan apa-apa, Dela hanya merasa takut uang pegangannya akan kurang untuk kebutuhannya sehari-hari. Belum lagi sikap kedua saudara dan Ibunya yang suka membuatnya sakit hati, sehingga membuat Dela agak gak ikhlas memberikan uang sumbangan sebanyak itu.
Tiba-tiba ada sebuah mobil mewah yang menghampiri keduanya, Dela langsung terkesima saat melihat mobil mewah itu. Setelah mobil itu berhenti, ada dua orang laki-laki turun dan menghampiri ke arah suaminya.
"Maaf Tuan jika menunggu lama," ujarnya.
"Ck, gak usah terlalu kaku begitu jika di luar aku juga baru sampai," balas Arsen.
Ya, tadi Arsen yang menyuruh asistennya untuk menjemputnya, karena rencananya Arsen mau mengajak sang istri pulang ke rumahnya. Asisten Arsen itu bernama Adi, dan Adi ini teman kuliahnya dulu sehingga Arsen tidak suka jika sikap Adi terlalu formal dengannya.
Sementara Dela dibuat bingung karena suaminya terlihat sangat mengenal laki-laki bermobil mewah itu, bahkan lelaki itu juga terkesan sangat menghormati suaminya. Mendadak Dela jadi mempertanyakan siapa sebenarnya suaminya itu.
"Memang sudah seharusnya begitu Tuan," Adi langsung membukakan pintu mobilnya untuk Arsen dan Dela.
"Silakan Tuan dan Nyonya."
"Ayo Sayang," Arsen langsung menyuruh sang istri untuk masuk ke dalam mobil.
Sementara Dela, dengan perasaan ragu-ragu terpaksa ikut masuk ke dalam mobil itu dan duduk di samping suaminya. Sedangkan lelaki yang satunya lagi akan bertugas membawa motor butut yang dibawa oleh Arsen.
"Mas dia siapa sih? Kok sepertinya dia begitu menghormatimu?" Tanya Dela dengan berbisik.
"Dia itu temanku plus teman kerjaku Sayang. Dia memang begitu orangnya terlalu kaku," jawab Arsen dengan jujur. Karena Adi ini bisa dibilang teman kerjanya, sebab ke mana-mana Arsen selalu bersama Adi.
"Kita langsung ke rumah saja Al," titah Arsen.
"Maaf Tuan. Tapi satu jam lagi kita ada meeting penting," ujar Aldi mengingatkan, barangkali bosnya itu lupa.
Arsen langsung menepuk keningnya sendiri karena dia ternyata memang melupakan itu.
"Oh! Iya aku lupa."
Rencananya Arsen mau mengajak istrinya ke rumah Neneknya, tapi Arsen berpikir tidak mungkin dia membawa sang istri pulang dengan keadaan begitu. Bukan apa-apa penampilan istrinya terlalu sederhana, sedangkan dia sendiri adalah seorang pengusaha kaya. Bisa-bisa dia akan diamuk oleh Neneknya jika melihat istrinya seperti orang yang tidak terurus.
Sedangkan Dela langsung mengernyitkan alisnya, saat mendengar jika suaminya akan ada meeting.
"Apa meeting? Sebenarnya pekerjaan kamu itu apa sih Mas? Kok pakai ada meeting segala seperti orang kantoran saja," tanya Dela.
"Anggap saja begitu Sayang. Kalau begitu kita bisa ke salon saja dulu Al," pinta Arsen.
"Baik Tuan." Adi sudah tahu soal pernikahan Arsen, dan Adi juga tau kalau istri bosnya dan keluarganya mengira Arsen adalah orang miskin.
Sedangkan Dela merasa bingung, karena suaminya malah minta ke salon.
"Loh memangnya kita mau ngapain ke salon Mas?" Tanya Dela.
"Biasanya seorang wanita itu paling suka kalau diajak ke salon Sayang. Kamu mau kan ke salon?" Bukannya menjawab, Arsen malah balik bertanya.
Sudah sejak lama Dela ingin perawatan ke salon, supaya bisa menjadi wanita yang cantik, seperti Kakak dan adiknya. Siapa sih wanita di dunia ini yang tidak ingin cantik, termasuk Dela.
"Ya mau. Tapi kita harus hemat kita juga butuh untuk bayar sewa tempat tinggal. Uang yang kamu kasih sekarang hanya tinggal 3 juta saja loh," ujar Dela.
"Kamu gak perlu memikirkan soal itu yang penting kamu mau."
Rasanya Dela malah pusing sendiri memikirkan suaminya, sehingga Dela hanya pasrah dan mengikuti keinginan dari suaminya.
"Setelah urusan pekerjaanku selesai nanti, aku akan membawamu ke rumah Nenekku. Aku akan mengenalkanmu padanya," beritahu Arsen.
"Jadi nanti kita akan tinggal di sana di rumah Nenek kamu Mas?" Tanya Dela.
"Iya kamu mau kan?" Jawab Arsen dengan balik bertanya.
Sedangkan Dela hanya menganggukkan kepalanya dengan perasaan yang lega. Tau sang suami mau mengajaknya tinggal bareng sang Nenek, Dela jadi gak perlu mikirin lagi soal biaya sewa tempat tinggal.
"Syukurlah kalau Mas Arsen mengajakku buat tinggal di rumah Neneknya," gumamnya dalam hati.
Tidak lama mobil yang dikendarai oleh Adi sudah sampai di sebuah salon yang elit. Arsen langsung mengajak sang istri untuk masuk ke dalam. Kedatangan Arsen langsung disambut dengan ramah oleh pegawai salonnya, mereka sudah pada tau siapa Arsen Mahendra.
Ya, semenjak Ayahnya menikah lagi Arsen sudah gak mau ikut marga Papanya, Arsen lebih memilih ikut marga keluarga Ibunya. Arsen juga sudah gak peduli dengan harta Papanya, karena Arsen sudah mendapatkan harta warisan dari keluarga Ibunya. Ibunya itu berasal dari keluarga yang kaya raya, bahkan keluarga Ibunya memasuki deretan nomor 2 orang terkaya di Indonesia. Apalagi Ibunya itu hanya anak tunggal, sehingga harta warisannya akan jatuh semua ke tangannya.
"Selamat siang, selamat datang di salon Beauty Tuan dan Nyonya." Sapanya dengan begitu ramah.
"Iya selamat siang Mbak."
"Ada yang bisa kami bantu Pak?" Tanyanya.
"Istri saya mau melakukan perawatan di sini, bisa tolong diarahkan perawatan apa yang sekiranya cocok untuk jenis kulit seperti istri saya ini."
"Bisa Tuan. Mari bisa langsung konsultasi saja dengan dokternya." Khusus orang sekelas Arsen tidak perlu mengantri, dan dia langsung mendapatkan kelas perawatan VVIP.
Setelah selesai konsultasi dengan dokternya, Dela langsung bisa melakukan perawatan.
"Saya mau bukan hanya perawatan kecantikan seluruh tubuhnya Mbak. Tetapi saya juga mau supaya penampilan istri saya diubah lebih modis, nanti saya kasih gaunnya. Dan untuk rambutnya saya mau dibikin model seperti ini." Arsen langsung memperlihatkan gaya model rambut di ponselnya. Di dalam ponsel itu terlihat gaya rambut yang panjang dengan warna agak kecokelatan, dengan kerli di ujung rambut bagian bawahnya.
"Baik Tuan. Sesuai permintaan Tuan," jawabnya.
"Kira-kira butuh waktu berapa lama untuk perawatannya Mbak?" Tanya Arsen.
"Kurang lebih sekitar 3 jam Tuan," jawabnya, dan Arsen hanya menganggukkan kepalanya.
"Al perawatannya membutuhkan waktu 3 jam. Kita bisa tinggal pergi Meeting dulu," ujar Arsen.
"Baik Tuan."
"Kamu ini sudah saya bilang jika di luar kantor gak usah terlalu formal begitu," protes Arsen.
"Maaf Tuan. Saya tidak bisa bagi saya Anda ini atasan saya. Tidak etis rasanya kalau bicara seenaknya gak enak juga jika dilihat karyawan yang lain."
"Yaudah lah terserah kamu aja."
Begitulah Adi orangnya terlalu kaku sejak dulu tanpa ekspresi, dan terlalu patuh, tidak bisa diajak bercanda. Sudah cukup lama Adi menjadi asistennya Arsen, sejak Ibunda Arsen meninggal, dan Arsen yang mengambil alih untuk mengelola perusahaan keluarga Mahendra.
Arsen langsung menemui istrinya yang saat ini sedang melakukan perawatan. "Sayang aku tinggal keluar dulu gak apa ya. Nanti kalau sudah selesai aku jemput kamu di sini," ujar Arsen.
"Iya Mas. Nanti kalau sudah selesai aku langsung hubungi kamu," balasnya.
Sebelum pergi Arsen mencium kening istrinya sekilas. Dela sudah merasa diperlakukan seperti seorang ratu saja di sana, pelayannya sangat ramah-ramah. Bahkan Dela sampai disediakan minuman. Kepala yang tadinya terasa pusing seketika langsung terasa fresh. Badan yang awalnya terasa pegal-pegal kini terasa sangat ringan. Wajah yang awalnya kusam, seketika jadi glowing setelah melakukan perawatan. Kulit tubuhnya juga terlihat lebih putih dan begitu wangi. Rambut yang awalnya hanya di kuncir asal, kini sudah terurai dengan sangat cantiknya. Pilihan model rambut terbaru dari Arsen untuk istrinya terlihat sangat pas, Dela jadi makin cantik dengan model rambut yang berwarna agak kecokelatan dan tergerai panjang dengan ujung rambut yang dikerli.
Selesai melakukan perawatan wajah, Dela langsung di-make over. Setelah selesai, Dela langsung dipersilakan memakai sebuah gaun yang telah diberikan oleh Arsen.
Gila, Dela benar-benar melongo saat memandangi dirinya di depan cermin. Sungguh, Dela sampai tidak mengenali dirinya sendiri. Sekarang dirinya sudah berubah 180 derajat menjadi sangat cantik.
"Ya Tuhan apakah ini beneran aku. Cantik sekali," gumam Dela seraya memandangi dirinya dari atas sampai bawah lewat cermin yang berada di hadapannya.
Bahkan Tika dan Eka saja kalah jauh dengan penampilan Dela saat ini. Gak heran jika salon elit itu bisa merubah total penampilan Dela, karena Arsen mengeluarkan budget yang tidak murah untuk semua itu. Tadi Arsen sudah membayarnya di awal dengan jumlah 250 juta. Andai saja Dela tau berapa harga yang harus dibayar untuk sekali perawatan di salon itu, mungkin Dela akan kejang-kejang. Mengingat Dela itu hanya berasal dari keluarga yang sangat sederhana.