NovelToon NovelToon
Siapa Aku ? Fresha/ Sha Legenda Sang Idola

Siapa Aku ? Fresha/ Sha Legenda Sang Idola

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Reinkarnasi / Sistem
Popularitas:574
Nilai: 5
Nama Author: Lingga Mn

Fresha seorang gadis lugu, kurang percaya diri yang viral mirip Sha Artis legend yang telah meninggal 20 tahun.
Setelah kacamata Fresha terlepas maka tanpa sadar Fresha jadi Sha, yang percayadiri , aura bintang dia mulai muncul.
Fresha bisa tahu masa lalu Sha Sangat Legenda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lingga Mn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Jahat Jeslyn dan Nindy

Di sebuah rumah mewah di kawasan elite, Nindy baru aja nyampe rumah setelah seharian di sekolah. Begitu masuk kamar, dia langsung nyalain laptopnya.

Dia buka forum "Para Pembenci Fresha" dan langsung emosi. Usaha mereka buat ngejatuhin Fresha ternyata gagal total. Mereka kalah telak sama "Sahabat Sha" dan "Fresha Lovers," dua fanbase yang solid dan selalu belain Fresha mati-matian.

"ARGHHHHHH!" Nindy teriak histeris sampe bikin seisi rumah kaget.

Teriakannya kedengeran sampe ke kamar Jeslyn, mamanya, yang baru aja nyampe rumah setelah perjalanan bisnis dari luar kota. Jeslyn yang tadinya mau istirahat, langsung nyamperin Nindy ke kamarnya.

"Nindy, kenapa teriak-teriak sih? Ini rumah, bukan hutan!" tegur Jeslyn dengan nada sedikit kesal.

"Tau, Mi! Tapi Fresha makin naik daun aja! Gak adil!" bentak Nindy sambil nunjukin layar laptopnya ke Jeslyn.

Jeslyn ngeliat sekilas forum "Para Pembenci Fresha" dan langsung paham apa yang bikin anaknya emosi. Dia narik napas dalem-dalem dan nyoba buat nenangin Nindy.

"Nindy, dengerin Mama. Masih banyak cara buat ngejatuhin seseorang. Gitu aja kamu udah nyerah? Kamu harus inget, kamu itu anak Mama. Mama gak pernah ngajarin kamu buat nyerah," kata Jeslyn sambil ngusap rambut Nindy dengan lembut.

"Tapi, Mi... Aku udah nyoba macem-macem cara, tapi gak ada yang berhasil," keluh Nindy dengan nada putus asa.

Jeslyn senyum tipis. Dia tau, Nindy emang masih muda dan kurang pengalaman. Tapi, dia yakin, Nindy punya potensi buat jadi lebih dari sekadar "pembenci" biasa.

"Nindy, dengerin Mama baik-baik. Kalo kamu mau menang, kamu harus tau kelemahan musuhmu , cari kelemahan Fresha," Nindy mengerutkan kening, mencoba mencerna ucapan mamanya. "Maksud Mama, apa?"

Jeslyn duduk di tepi ranjang Nindy, menatap putrinya dengan tatapan serius. "Setiap orang punya kelemahan, Nindy. Bahkan orang yang terlihat paling kuat sekalipun. Tugasmu adalah mencari tahu apa kelemahan Fresha, dan memanfaatkannya."

Nindy terdiam sejenak, lalu bertanya, "Tapi, bagaimana caranya, Mi? Fresha terlihat sempurna. Dia cantik, berbakat, dan disukai banyak orang."

Jeslyn tersenyum sinis. "Tidak ada yang sempurna, Nindy. Kamu hanya belum melihatnya saja. Coba perhatikan lebih seksama. Apa yang paling dia takuti? Apa yang paling dia hindari? Apa yang membuatnya merasa tidak nyaman?"

Nindy mulai berpikir keras. Dia mengingat setiap detail tentang Fresha yang dia ketahui. Dia mengingat wawancara-wawancara Fresha, penampilannya di televisi, dan komentar-komentar di media sosial.

Tiba-tiba, dia teringat sesuatu. "Kacamata!" serunya.

"Kacamata?" Jeslyn mengangkat alisnya, bingung.

"Iya, Mi! Setiap kali Fresha memakai kacamata, dia terlihat berbeda. Dia terlihat lebih lemah, lebih pemalu, dan lebih tidak percaya diri. Tapi, setiap kali dia melepas kacamatanya, dia berubah menjadi sosok yang kuat dan percaya diri," jelas Nindy dengan semangat.

Jeslyn terdiam sejenak, lalu tersenyum. "Menarik... Jadi, kacamata itu adalah simbol kelemahannya?"

"Mungkin saja, Mi. Atau mungkin ada sesuatu yang lebih dalam di balik itu. Mungkin ada trauma atau rahasia yang dia sembunyikan di balik kacamatanya," kata Nindy.

Jeslyn mengangguk-angguk, berpikir keras. "Baiklah, Nindy. Kita akan menyelidiki lebih lanjut tentang ini. Kita akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Fresha dan kacamatanya.

Setelah berhasil menenangkan Nindy dan menyusun rencana jahat, Jeslyn kembali ke kamarnya. Suasana hatinya campur aduk antara senang dan marah. Senang karena dia merasa punya harapan untuk merebut kembali kejayaannya, marah karena dia masih harus berurusan dengan sosok yang mengingatkannya pada masa lalu yang pahit.

Jeslyn membuka laci lemari pakaiannya dan mengeluarkan sebuah foto usang. Di foto itu, tampak seorang gadis muda dengan senyum ceria. Gadis itu adalah Sha, legenda musik yang telah meninggal 20 tahun lalu.

Jeslyn menatap foto itu dengan tatapan penuh kebencian. "Sha," gumamnya dengan suara bergetar. "Aku senang kamu sudah mati 20 tahun lalu. Kamu selalu menjadi penghalang dalam hidupku. Kamu selalu lebih populer, lebih berbakat, dan lebih dicintai daripada aku."

Air mata mulai mengalir di pipi Jeslyn. Dia teringat kembali masa lalu yang penuh dengan persaingan dan intrik. Dia selalu berusaha untuk mengalahkan Sha, tapi dia selalu gagal. Sha selalu selangkah lebih maju darinya.

"Tapi sekarang, kamu sudah tidak ada lagi," lanjut Jeslyn dengan nada sinis. "Aku seharusnya bisa merasa tenang dan bahagia. Tapi kenapa? Kenapa ada Fresha yang mirip kamu? Kenapa aku harus melihat wajahmu lagi?"

Jeslyn semakin emosi. Dia merobek foto Sha menjadi beberapa bagian dan melemparkannya ke lantai. "Aku benci kamu, Sha! Aku benci wajahmu! Aku benci semua yang berhubungan denganmu!" teriaknya histeris.

Setelah melampiaskan emosinya, Jeslyn merasa sedikit lebih tenang. Dia menarik napas dalam-dalam dan mencoba mengendalikan dirinya. "Aku tidak boleh kalah dengan emosi," katanya pada dirinya sendiri. "Aku harus tetap fokus pada rencana. Aku harus menyingkirkan Fresha, seperti aku menyingkirkan Sha dulu."

Jeslyn menyeringai. Dia sudah punya rencana yang matang. Dia akan memanfaatkan Nindy dan semua kenalannya untuk menghancurkan Fresha. Dia akan membuat Fresha menderita, seperti dia menyingkirkan Sha.

Sementara itu, Bu Lusi nyampe di Kafe ,itu pas matahari lagi manja-manjanya nyinarin kota. Sengaja dia milih tempat yang pewe dan adem gini, biar enak ngobrolnya. Hari ini, Bu Lusi mau ketemuan sama Profesor Zidan, dosennya dulu yang keren di bidang saraf.

Dulu, Bu Lusi ngerasa banyak banget utang budi sama Profesor Zidan. Beliau yang ngebimbing dia pas kuliah, bikin dia jatuh cinta sama psikologi, dan akhirnya jadi guru BK yang totalitas kayak sekarang. Walaupun udah lama lulus, Bu Lusi tetep ngejaga hubungan baik sama profesornya itu.

Tapi, kali ini bukan sekadar reuni biasa. Bu Lusi punya misi khusus yaitu mau curhat soal Fresha, muridnya yang bikin dia overthinking banget. Fresha ini... complicated. Mukanya mirip banget sama Sha, penyanyi yang udah meninggal 20 tahun lalu! Dan yang bikin Bu Lusi makin bingung, Fresha kayak punya dua kepribadian: beda banget pas pake kacamata sama nggak. Belum lagi, dia sering bilang kayak punya dua ingatan sekaligus: ingetan Fresha dan ingetan Sha. What is going on?!

Sambil nunggu Profesor Zidan dateng, Bu Lusi mesen teh anget dan buka catetan tentang Fresha. Dia pengen ngejelasin semuanya detail biar profesornya ngerti.

Gak lama kemudian, muncul bapak-bapak—dengan rambut mulai sedikit beruban tapi tetep keliatan berwibawa. Bu Lusi langsung tau itu Profesor Zidan. Dia langsung nyamperin dan nyapa profesornya dengan sopan.

"Selamat pagi, Profesor! Seneng banget bisa ketemu lagi," sapa Bu Lusi sambil salim.

"Selamat pagi, Lusi. Saya juga seneng bisa ketemu kamu. Udah lama banget ya," jawab Profesor Zidan sambil senyum.

Mereka duduk di meja yang udah dipesen. Profesor Zidan mesen kopi item tanpa gula, sementara Bu Lusi tetap teh.

1
Johana Guarneros
❤️Karakter-karakter dalam cerita ini begitu hidup dan membuatku empati padanya.
Layla
Luar biasa!
Gái đảm
Terima kasih Thor, karena ceritamu aku jadi bisa mimpi indah malam ini!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!