NovelToon NovelToon
Malam Yang Mengubah Takdir

Malam Yang Mengubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Kaya Raya
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ahmad Tyger

Anya bermimpi untuk memiliki kehidupan yang sederhana dan damai. Namun, yang ada hanyalah kesengsaraan dalam hidupnya. Gadis cantik ini harus bekerja keras setiap hari untuk menghidupi ibu dan dirinya sendiri. Hingga suatu malam, Anya secara tidak sengaja menghabiskan malam di kamar hotel mewah, dengan seorang pria tampan yang tidak dikenalnya! Malam itu mengubah seluruh hidupnya... Aiden menawarkan Anya sebuah pernikahan, untuk alasan yang tidak diketahui oleh gadis itu. Namun Aiden juga berjanji untuk mewujudkan impian Anya: kekayaan dan kehidupan yang damai. Akankah Anya hidup tenang dan bahagia seperti mimpinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Tyger, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13 - Kenyataan Yang Tak Terduga

Anya menghabiskan cukup banyak waktu di kamar mandi, berusaha menghindari Aiden. Ia mengenakan overall miliknya yang masih dalam kondisi bagus dan merapikan wajahnya dengan sedikit riasan. Setidaknya, sekarang ia harus tampil lebih rapi bagaimanapun juga, ia telah menjadi seorang istri.

Setelah selesai bersiap, Anya langsung menuju meja makan. Di sana, Aiden sudah duduk dengan rapi, mengenakan pakaian yang tertata baik. Meskipun Anya menguasai kamar mandi utama selama hampir satu jam, sepertinya pria itu menggunakan kamar mandi lain. Namun, alih-alih terlihat kesal, sebuah senyum tipis justru muncul di wajah Aiden saat mengobrol dengan Harris dan Hana. Sepertinya, hari ini ia sedang dalam suasana hati yang baik.

Anya pun berjalan menuju kursi di samping Aiden kursi yang sama seperti kemarin. Harris dan Hana duduk berseberangan dengan mereka, ikut bergabung untuk sarapan pagi ini. Anya mencoba mengabaikan rasa canggungnya, walau senyumnya masih terasa kaku. Namun, kehadiran Harris dan Hana sangat membantunya.

Suasana di meja makan terasa lebih hangat dan akrab.

Seperti yang dikatakan Anya, Aiden memang tampak bahagia hari ini. Ia senang karena bisa melihat Anya begitu membuka matanya di pagi hari. Ia mencoba menyembunyikan rasa senangnya, tapi perasaan itu terlalu besar untuk tidak terlihat oleh orang lain.

Biasanya, Harris dan Hana tidak ikut sarapan bersama Aiden. Tapi setelah melihat bagaimana canggungnya suasana makan malam Anya dan Aiden kemarin, Hana merasa perlu menemani mereka untuk mencairkan suasana. Apalagi, Hana dikenal sebagai sosok wanita dengan kepribadian hangat.

Setelah sarapan selesai, Aiden dan Harris langsung bersiap untuk berangkat kerja.

"Aku ke kantor dulu," kata Aiden kepada Anya.

Anya hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Seolah itu adalah ucapan perpisahan mereka. Suasananya terasa kaku dan canggung.

Melihat pemandangan itu, Hana hanya bisa geleng-geleng kepala. Begitu Aiden dan Harris menghilang dari pandangan, ia langsung menggoda Anya, "Pasangan muda seperti kalian seharusnya lebih mesra, lho."

Anya tersipu malu mendengar kata-kata Hana. "Ah! Kami memang belum terbiasa seperti itu," jawabnya pelan.

Kalimat itu keluar dari mulutnya, namun pikirannya langsung melayang ke keintiman yang ia alami bersama Aiden semalam.

Anya buru-buru mengibaskan tangannya, mencoba mengusir bayangan itu dari pikirannya.

‘Apa yang barusan aku pikirkan? Aku gila ya?’

Hana hanya terkekeh pelan melihat tingkah Anya, seolah tahu apa yang sedang dipikirkan wanita muda itu. Ia merasa sangat bersyukur karena Aiden menemukan wanita seperti Anya. Meski belum mengenal Anya sepenuhnya, ia bisa merasakan bahwa pilihan Aiden adalah wanita baik. Dan selama ini, intuisi Hana jarang sekali salah.

Hana tampak larut dalam kenangan dan mulai berkata pada Anya, "Dulu, Tuan Aiden tidak sedingin ini. Sebenarnya, dia pria yang baik. Tapi sejak kecelakaan itu, hidupnya berubah drastis. Dia bukan hanya lumpuh dan buta, tapi juga menjadi pribadi yang lebih tertutup..."

Anya terkejut mendengar cerita Hana. ‘Buta?’

Hana terlalu larut dalam ceritanya hingga tidak sadar bahwa Anya menatapnya dengan ekspresi tak percaya. "Sejak kecelakaan itu, Tuan Aiden menghabiskan waktunya untuk fisioterapi dan memperdalam ilmu bela diri. Untungnya, dia bisa berjalan kembali. Meskipun penglihatannya tidak bisa disembuhkan, berkat latihan bela dirinya, indera lainnya jadi jauh lebih tajam."

Buta? Anya sulit mempercayai semua ini.

Aiden ternyata buta? Tapi pria itu tidak terlihat seperti orang buta sama sekali. Ia tahu segalanya, seolah bisa melihat dunia di sekitarnya. Ia tampak seperti orang normal!

Namun, Anya kemudian teringat pada kacamata hitam yang selalu dipakai Aiden. ‘Ah! Pantas saja dia tidak pernah melepas kacamatanya, kecuali saat di kamar. Ternyata, itu cara dia menyembunyikan kelemahannya dari dunia luar yang kejam.’

Perasaan bersalah dan iba bercampur jadi satu di hati Anya. Ia merasa bersalah karena selama ini tidak tahu beban berat yang dipikul Aiden, sementara Aiden selalu hadir untuk membantunya.

Ia juga merasa iba karena pria sesempurna itu justru tidak bisa melihat keindahan dunia. Nasib Aiden terasa begitu menyedihkan di matanya harus kehilangan penglihatan dalam hidupnya.

Kesedihan perlahan menyelimuti dirinya. Anya merasa bersalah karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu Aiden, padahal pria itu sudah banyak membantunya. Sejak saat itu, ia bertekad untuk lebih banyak melakukan hal baik untuk Aiden.

Meski Aiden tidak mencintainya, setidaknya ini adalah hal kecil yang bisa ia lakukan sebagai orang yang punya utang budi.

Hana mengusap lembut bahu Anya, memberi nasihat seperti seorang ibu, "Kehadiranmu kelihatan membuat Tuan Aiden bahagia. Tolong bersabarlah dengan keadaannya. Jangan kecewakan dia." katanya dengan suara pelan. Ia khawatir suatu hari nanti Anya akan lelah memiliki suami yang cacat, lalu meninggalkannya.

Anya menggenggam tangan Hana dan meyakinkannya, "Aku tidak akan meninggalkan Aiden. Apapun yang terjadi." ujarnya sambil tersenyum.

Anya memang belum mencintai Aiden, tapi hidup bersama tidak selalu butuh cinta. Mereka bisa tetap hidup berdampingan dan saling membantu, meski tanpa cinta di antara mereka.

Setelah itu, Anya membantu Hana membersihkan sisa-sisa sarapan. Meski Hana menolak bantuannya, Anya tidak bisa hanya duduk diam. Tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan sekarang, jadi setidaknya ia bisa membantu pekerjaan rumah tangga.

Saat mereka mencuci piring bersama, tiba-tiba ponsel Anya berdering. Ia buru-buru mengeringkan tangannya dan berpamitan sebentar pada Hana untuk mengangkat telepon.

Tanpa diduga, nama yang muncul di layar adalah “Ayah.” Kaget dan haru langsung memenuhi hatinya.

Deny Tedjasukmana adalah pria dingin dan berwibawa. Di dunia ini, hanya kekayaan dan kekuasaan yang ia pedulikan. Keluarga seperti tak punya tempat di hatinya apalagi karena ia hanya punya seorang anak perempuan. Tak ada pewaris untuk melanjutkan jejaknya. Hal ini membuatnya semakin menyepelekan arti keluarga.

Selama ini, Anya selalu merindukan sosok ayah. Ia selalu berusaha mendekat, kadang menelepon atau datang langsung ke rumahnya. Tapi sang ayah selalu berkata sedang sibuk. Bahkan jika ia sempat melihat Anya, waktu 15 menit saja sudah cukup baginya untuk mengobrol ringan. Saat Anya memberitahunya bahwa ibunya jatuh sakit pun, ia sama sekali tidak peduli. Ia bahkan tak mau membantu saat Anya dan ibunya sedang kesulitan.

Namun kini, ada rasa bahagia yang muncul saat mengetahui bahwa ayahnya sedang mencarinya. Meski begitu, Anya tahu betul pasti ada maksud di balik semua ini. Tak mungkin ayahnya yang jarang sekali mencarinya, tiba-tiba muncul tanpa alasan.

Tapi... kenapa sekarang? Kenapa tiba-tiba ayahnya mencarinya?

"Halo..." Anya menjawab sambil mengangkat telepon.

"Anya, kita bisa bertemu? Ada yang ingin Ayah bicarakan," kata Deny tanpa basa-basi. Bahkan pria itu tidak menanyakan kabar Anya setelah sekian lama tidak bertemu atau berbicara.

"Ada apa, Yah?" tanya Anya, merasa heran karena ayahnya tiba-tiba ingin bertemu. Tapi dari nada bicaranya, Anya tahu, ayahnya bukan mencarinya karena rindu atau ingin bertemu sebagai seorang ayah dan anak.

"Ayah tunggu kamu di kafe. Nanti Ayah kirim lokasinya," ucap Deny sebelum langsung memutuskan panggilan. Ia tak memberi kesempatan pada Anya untuk menjawab, bahkan sekadar mengatakan apakah ia bersedia atau tidak.

Setelah telepon terputus, Anya menghela napas panjang, kecewa. Ia seharusnya tidak terlalu berharap. Ia tahu betul bahwa ayahnya bukan tipe orang yang mencarinya karena rindu.

Namun nyatanya, jauh di dalam hati kecilnya, ia masih menyimpan harapan.

Ia segera menyingkirkan perasaannya dan menelepon Aiden untuk meminta izin pergi menemui ayahnya.

Baru dering pertama terdengar, Aiden langsung menjawab.

"Hmm?" gumam Aiden singkat.

"Aku… boleh bertemu Ayahku?" tanya Anya pelan, khawatir Aiden akan melarangnya keluar rumah.

Suasana sempat hening beberapa detik, seolah Aiden sedang mempertimbangkan permintaan Anya.

"Iya, boleh," jawab Aiden akhirnya.

"Terima kasih," kata Anya sambil tersenyum tipis. Meski ia tahu Aiden tak bisa melihat senyumnya, ia tetap tak bisa menahan senyuman itu. Anya bersyukur karena setelah menjadi istri Aiden, ia tidak diperlakukan seperti tawanan. Walau tetap harus diantar Abdi, setidaknya ia masih bebas keluar rumah.

Setelah mendapat izin, Anya kembali ke dapur untuk pamit pada Hana.

"Bu Hana, aku mau keluar sebentar, menemui Ayah."

Saat hendak berbalik, Hana langsung menahannya.

"Eh, tunggu! Tunggu sebentar!" Hana buru-buru mengelap tangannya dan menghampiri Anya.

"Ada apa, Bu Hana?" tanya Anya bingung.

"Anya, kamu mau keluar rumah pakai baju seperti itu?" tanya Hana heran.

"Iya, kupikir baju ini masih lumayan bagus..." jawab Anya sambil menunduk, memperhatikan pakaiannya. Meski warnanya agak pudar karena terlalu sering dipakai, baju itu termasuk salah satu yang terbaik yang ia miliki.

Hana hanya menggeleng dan menarik tangan Anya. "Ayo ikut saya."

Hana membawa Anya ke ruangan yang terhubung langsung dengan kamar utama Aiden. Sebuah ruang ganti besar dengan lemari-lemari pakaian dan meja rias megah.

1
Syifa Aini
kalo bisa updetnya 3 atau 4 x dalam sehari. 🥰
Syifa Aini
alur ceritanya menarik, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!