NovelToon NovelToon
My Secret Victoria

My Secret Victoria

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Mafia / Balas Dendam / Teen School/College / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Putu Widia Sari

Victoria Baserra seorang siswi SMA High school tak sengaja bertemu dengan El Ganendra, putra tunggal keluarga Eros, salah satu keluarga ternama dan memiliki impact yang besar. Seiring berjalannya waktu sesuatu hal gelap mulai terkuak.

Sebuah rahasia kelam, terkubur dalam dalam. tak ada yang tahu. hari ini dia berakhir atau justru baru memulai. Apa yang terjadi sebenarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Putu Widia Sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Keesokan paginya, sinar matahari perlahan menyusup melalui celah tirai jendela kamar, menciptakan pola cahaya hangat yang menarik di dinding. Udara pagi yang sejuk, mengisi ruangan dengan kesegaran.

Di dalam kamar , Vicky tengah bersiap siap untuk berangkat sekolah.

Dia berdiri di depan cermin, merapikan pakaian serta rambut nya yang cukup panjang dan berkilau. Tas sekolah sudah tergeletak di atas meja, bersama buku buku dan perlengkapan lainnya. Jam baru menunjukkan pukul 06:20 , cukup lah untuk dia bersiap sejenak, sambil menunggu taksi jemputan nya.

Tiba tiba , suara dering telepon dari meja samping tempat tidur nya memecah keheningan pagi. Vicky menoleh, mengambil ponsel menampilkan nama yang tak terduga. Ia cukup lama menatap layar ponsel nya, terlihat panggilan dari seseorang yang tak terduga, ditambah ini adalah panggilan video. Sepagi ini?, ya tentu ini hal yang cukup mengkagetkan. Apalagi jika yang menelpon adalah El Ganendra.

"Tumben, pake video call segala," Gumam Vicky.

Mau tak mau Vicky harus mengangkat telponnya, siapa tau ada hal penting yang mengharuskan video call. " Hai, selamat pagi," Ucap El dengan riang dan senyuman hangat.

Vicky masih terheran heran dengan pria yang satu ini. Ia menoleh ke arah lain beberapa kali sebelum akhirnya menjawab, " Pagi," Sahut Vicky terbata bata.

"Kenapa? tegang banget . Udah kayak liat hantu pagi pagi," Terka El melihat wajah Vicky yang mendadak berubah tegang.

"Engga , biasa aja. Aneh aja nelpon sepagi ini. pake video call,"

"Kenapa? , gue cuma pengen aja video call," Sahut El sedikit tengil.

Vicky melirih, ia terheran heran , semakin lama jawaban dari pria ini mulai menyebalkan bagi dirinya. Tetapi pandangannya tiba tiba tertarik pada sesuatu, ia mengamati latar belakang tempat El berada. Pikirannya mulai berjalan dan mengingat ingat. Ia merasa tidak asing dengan tempat itu. " Tunggu deh, kok itu kayak di halaman rumah depan ya, " Gumam nya merasa aneh.

Tok tok tok , " Non, Non Vicky ," Terdengar suara bibi memanggil nya dari luar kamar. Konsentrasi Vicky langsung terpecah , ia mulai mengabaikan telepon nya.

"Iya Bi, kenapa?," Sahut Vicky dari dalam.

"Itu ada temen non diluar, lagi nungguin non,"

"Temen?, Tumben banget Serra pagi pagi udah dateng," Ucap nya , agak ragu.

"Suruh aja masuk bi, bentar lagi Vicky turun," teriak nya.

"Ohhhh, iya non,"

Vicky kemudian meletakkan ponsel nya sebentar dengan keadaan telpon masih menyala. Matanya beralih ke tas sekolah yang sudah siap di atas meja. Dengan gerakan sigap, ia mengambil tas tersebut, bersiap untuk keluar dari kamar. Dan tak lupa untuk mengambil ponsel nya kembali. Ia bahkan meninggalkan panggilan video yang masih menyala, tanpa mengecek nya terlebih dahulu.

Vicky bergegas cepat keluar kamar, ia nampak tergesa gesa, karena tumben sekali Serra sudah datang jam segini. Dan Serra juga tidak ada memberikan kabar apapun, sedikit aneh. Tetapi apa yang tidak mungkin bagi gadis itu.

Vicky menuruni anak tangga dengan langkah sigap, ia sembari mengecek tas nya apakah ada barang yang ketinggalan. Tiba di bawah, ia bergegas menuju ruang tamu dengan masih sibuk menutup kembali tas nya. " Serra ayo berangkat, " Ucap nya tanpa menoleh.

Tetapi kenapa keadaan terdengar sepi, tak ada sahutan yang didengar nya, Vicky mulai merasa ada yang janggal. Ia kemudian menghentikan langkah nya. Menoleh ke arah kursi sofa disana.

Betapa terkejutnya dia , matanya membelalak, mulutnya sedikit terbuka, dan tubuhnya seketika membeku oleh rasa kaget yang tak terduga. Suasana berubah dari tenang menjadi penuh kejutan dalam sekejap.

Ini seperti ujan es di siang hari. Vicky sampai tak bisa berkata kata. " Kak El," Ucap nya gelagapan.

Di sebrang sana, El nampak duduk manis, menyambut ketegangan ini dengan memberikan senyuman. Tak lama ia beranjak bangun, kaki nya melangkah perlahan namun pasti, mendekati gadis yang berdiri dengan sejuta ketegangan di wajahnya.

Vicky menatap El dari bawah sampai ujung kepala, ia masih tak menyangka. Apakah ini mimpi? Atau bencana di pagi hari. Suasana menjadi sunyi, hening hanya terdengar jam dinding yang berdetak.

Tak cukup terdengar langkah ringan namun pasti , kedatangan bibi secara tiba tiba, yang membawa segelas air putih dengan nampan mewah. " Den Ini minu,,," Henti Bibi setelah sorot mata nya melihat Vicky dan El sedang saling berhadapan.

Suasana tambah sunyi, dengan ketidaksadaran Vicky dengan apa yang dia lihat. Ditambah El yang berdiri terpaku di hadapannya. Dan bibi yang rupanya juga ikut terdiam.

El menatap Vicky dengan senyuman di matanya, sudah cukup lama sampai dia menyadarkan gadis ini. "Hey, kenapa?," Tegur El, menyadarkan gadis di hadapannya.

Vicky tersadar, ia langsung memalingkan wajahnya sambil menarik nafas panjang. Membenarkan posisi berdiri nya. Disudut mata nya , terlihat seseorang. Vicky melihat bibi yang berdiri disana, dengan membawa segelas air putih, bibi hanya terdiam dan pandangannya tertuju pada mereka.

"Bi" Ucap Vicky.

"Ehhh,, iya . Den El, ini air putih nya," Gumam Bibi , melihat ke arah barang bawaan nya, hampir saja lupa. Ia segera meletakkan segelas air minum di meja tamu.

"Bibi kenal dia?," Tanya Vicky.

"Ouhhh, iya non. Tadi kan bibi udah bilang, ada temen non yang nunggu diluar,"

"Kata non suruh masuk aja, yaudah bibi suruh masuk," Jelas bibi.

Vicky semakin kebingungan, ia kembali menatap El dengan tatapan pusing. Ternyata dirinya salah mengira, " Loh , yang bibi maksud bukannya Serra?," Tanya Vicky memastikan.

"Engga non. Malah bibi kira non udah tau, soalnya tadi kata Den El. Dia udah nelpon non," Ucap bibi mengarah pada El.

Vicky menoleh ke arah El, menghela nafas panjang. Ia menggaruk dahi nya yang tidak gatal. Ia baru ingat pantas saja pria ini menelpon nya sepagi itu. Dan itupun video call. Satu lagi, ternyata kecurigaan nya selama ini benar. Bahwa halaman yang dia liat tadi adalah, halaman rumah nya.

Ya ampun, bagaimana ia bisa kecolongan hal sedetail ini. Vicky semakin pusing dibuat nya.

El meraih ponsel di saku bajunya , memperlihatkan layar ponsel nya yang masih menyala di panggilan tersebut, pada Vicky. Vicky terperangah, ia segera mengecek ponsel nya. Dan ternyata benar, ia belum mematikan teleponnya dan sejak tadi.

"Jadi, dari tadi telepon nya masih hidup. Dan dari tadi dia masuk ke rumah, ngobrol sama bibi itu sambil nelpon gue?," Ucap pikiran Vicky semakin berisik.

"Dan bodoh nya gue, engga ngecek semuanya sebelum akhirnya keluar dari kamar. Astaga Victoria, ini masih pagi. Otak Lo udah ngeleg, konsentrasi Lo udah turun aja," Berisik kepalanya tak habis habis.

Mengetahui semua hal ini membuat Vicky mulai merasa malu, wajahnya hampir memerah. Matanya sesekali menatap ke bawah dan sesekali mencuri pandang ke arah El. " Vicky , malu ihh. Mana tadi gue udah semangat banget , udah kepedean kalo itu Serra ,"

"Lagipula di ngapain sih pagi pagi kesini, pake segala video call masuk. Kan bisa tinggal bilang langsung,"

"Kalo gini. Gue mendadak gak pengen berangkat sekolah, rasanya " Gerutu nya tak habis habis.

"Bisa ga sih, tiba tiba gue jatuh sakit. Atau menghilang seharian ini, atau ujan badai kek. Malu banget," Gerutu nya sesekali menoleh pada El sambil menyembunyikan wajahnya.

Pria itu hanya berdiri terus terpaku menatap Vicky. Ia mulai tersenyum kecil, jelas ia bisa membaca jika gadis ini sedang menahan rasa malu nya. Gerak gerik nya sangat mencurigakan, apalagi ekspresi wajahnya yang mulai memerah.

"Bi, saya izin bareng Vicky, udah lumayan siang takut nya telat, " Izin El menyalimi bibi.

"Ouhhh,, iya den. Gak papa, kalo bisa tiap hari anter jemput non Vicky juga gak papa. Kasian harus nunggu taksi," Ceplos bibi dengan enteng.

Dalam suasana yang memalukan ini, bibi malah berbicara seperti itu. Vicky meringis kecil, ia menajamkan pandangan nya pada bibi. Ingin rasanya ia menghilang saat ini juga. " Bibi, ngapain ngomong kayak gitu. Mau Tarok dimana nih muka," Gerutu nya kesal.

Bibi tak sengaja melihat, Vicky yang tengah memendam kekesalannya. Wajahnya terlihat aneh sekaligus lucu , rahang nya seketika mengeras. " Non? Non kenapa?," Tegur bibi.

"Hahhh??, Engga . Gak papa,"

"Katanya tadi mau berangkat, ayo. Ini udah siang takut telat kan," Panik Vicky, segera melipir pergi lebih dulu.

El menggeleng perlahan, ia sedang menahan gelak tawa nya melihat tingkah Vicky yang panik. " Mari bi," Jelas El kemudian bergegas menyusul Vicky keluar.

"Iya den, tihati,"

"Dasar non Vicky, bibi tau non lagi nahan malu, plus pasti grogi . Lucu juga liat non kayak gitu," Jelas bibi tertawa kecil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!