CINTA SETELAH PENGKHIANATAN

"Ah, ini uang dari Alex. Alex memberinya untuk pegangan, mulai sekarang kita hanya akan tinggal berdua. Karena Alexia akan pindah ke rumah suaminya."

Sukma nampak manggut-manggut. "Wah kok tebel banget, Ma. Coba dihitung."

Ambar menatap Sukma kesal.

Puk!

Ambar memukul Sukma menggunakan amplop tersebut. "Dasar, kalau urusan duit saja langsung ijo itu mata. Ayo ikut Mama masuk. Mama mau bicara sama kamu."

Sukma memutar bola matanya malas. Dengan langkah gontai Ia mengikuti Ambar.

"Ada apa sih, Ma? Bicara tinggal bicara kenapa harus mengajakku kesini? Orang hanya berdua juga." Kesal Sukma.

Puk!

Lagi-lagi Ambar memukul Sukma menggunakan amplop tadi.

"Kamu ini kebiasaan. Duduk dulu sini."

Sukma memutar bola matanya malas. Tapi, Ia nurut juga. Ia mendudukkan bobotnya di kursi sofa.

"Aku sudah duduk nih, terus Mama mau ngomong apa?"

"Mama mau kamu membatalkan rencana kita. Kita jangan lagi mencampuri atau mengganggu Alexia dan suaminya. Mama mau berubah."

Sukma mengerutkan keningnya. "Tumben? Kenapa tiba-tiba?"

"Mama mau taubat. Mama sadar kalau selama ini apa yang kita lakukan itu salah."

"Hmmm, kalau Mama menyuruhku untuk mundur sih, aku sudah mundur dari awal, Ma. Lagian kalau Mama tahu, Aris sekarang dipenjara karena suami Lexi. Tapi, aku tidak begitu tahu apa alasannya."

"Kamu tahu dari mana?"

"Apa Mama lupa, Alexia pernah mengatakan hal itu pagi itu, hanya aku kira itu sebuah omong kosong saja, eh ternyata benar. Dan, sebenarnya Aris sudah memiliki istri, Ma. Istrinya itu Amanda."

Ambar tersentak kaget. "Amanda sahabat kamu itu? Kok bisa?"

Sukma menggelengkan kepalanya.

"Sudah lah, Ma. Aku tidak mau membicarakan kedua manusia luknut seperti mereka. Yang terpenting sekarang aku sudah lepas dari Aris. Aku sama sekali tidak mengharapkan dia lagi. Aku saja yang terlalu bo-doh. Aku juga dari awal sebenarnya tidak menyetujui rencana, Mama. Sepertinya sekarang aku mau fokus kerja saja, Ma."

Sukma seolah-olah lupa jika dirinya pernah memiliki niat untuk mengan-cam Aris menggunakan video panas mereka.

"Kamu mau kerja? Kamu saja belum memiliki pengalaman apa-apa, Sukma."

"Aku akan mencoba, Ma. Aku juga tidak mau selalu dianggap benalu oleh orang-orang. Emm, apa saat ini kita sedang mendapat hidayah ya, Ma?"

Ambar terdiam. Ia menatap Sukma yang juga sedang menatapnya. Mungkin apa yang dibilang Sukma benar. Hanya saja mereka harus lebih bersyukur karena hidayah yang mereka terima tidak seterjal dalam sinetron.

"Kita harus bersyukur, Sukma. Bersyukur karena Alexia tidak mengusir kita dan tetap menerima kita, bahkan dia memaafkan semua kesalahan kita. Mama menyesal telah berbuat jahat kepadanya."

"Hmm, aku juga, Ma. Aku lelah harus terus-terusan memusuhinya. Padahal selama ini dia tidak pernah mengusikku. Dia juga selalu mengalah kepadaku. Mungkin aku harus meminta maaf secara langsung dengannya."

"Mama sangat mendukungmu, Sukma. Kamu memang juga harus meminta maaf kepadanya. Aku yakin, Alexia akan memaafkanmu. Bahkan mungkin Ia bisa membantumu untuk mendapatkan pekerjaan."

Sukma menganggukkan kepalanya. "Mungkin, Ma. Nanti aku akan mencoba menemui dia. Tapi, kalau masalah pekerjaan, aku tidak akan terlalu berharap. Nanti jatuhnya nglunjak."

Ambar manggut-manggut. Takutnya minta maaf hanya untuk memanfaatkan kesempatan. Serba salah juga.

*****

Alexia merasa jalan yang suaminya ambil bukanlah jalan menuju ke Kantor maupun ke rumah. Dia berpikir mungkin suaminya ada keperluan di tempat lain.

Beberapa menit kemudian, Alexia penasaran juga dengan tempat yang akan dituju oleh suaminya.

"Mas, sebenarnya kita mau kemana? Kok sejak tadi kita tidak sampai-sampai!" Heran Alexia.

"Nanti kamu juga akan tahu sayang."

Alexia melirik Alex kesal. "Jadi Mas Alex sekarang mau bermain rahasia-rahasiaan nih?"

Alex terkekeh. "Tidak sayang, hanya saja yah pokoknya nanti kamu akan tahu sendiri. Sebentar lagi kita akan sampai."

"Tapi, Mas. Aku baru masuk kerja loh, masak sudah telat-telatan begini sih?"

"Kamu tenang saja, kan disini aku bosnya. Hari ini kita tidak akan ke Kantor. Karena aku akan mengajakmu kesuatu tempat."

Benar suaminya itu bosnya tapi, karyawan di sana kan belum mengetahui siapa dirinya. Alexia menghela nafas. Lebih baik Ia menurut saja, karna semakin dipikirkan semakin membuatnya pusing saja.

Sekitar 10 menit kemudian, akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

"Loh, Mas. Ini bukannya butik ya?"

Alex mengangguk.

"Kita akan fitting baju pengantin. Waktu kita hanya tinggal 5 hari sayang. Kita harus cepat."

Alexia hanya mengangguk.

Mereka berdua masuk ke dalam butik, dimana butik tersebut milik salah teman almarhum mama Alex.

"Selamat pagi, Mbak. Kita mau bertemu dengan Bunbee. Kita sudah membuat janji sebelumnya."

Penjaga butik mengantar duo Al masuk ke dalam sebuah ruangan dimana banyak terpajang gaun-gaun cantik.

Mereka berdua dipersilahkan untuk duduk sembari menunggu Bunbee datang.

Mata Alexia berkeliling memindai ruangan tersebut.

Tak lama datang seseorang berpenampilan kemayu namun sangat terlihat dari perawakannya jika Ia laki-laki.

"Haloo sayang. Wah kamu tumbuh menjadi laki-laki yang gagah ya. Huuu cucok deh."

"Ah, Bunbee bisa saja."

Ya, yang datang menyapa mereka adalah Bunbee pemilik butik. Mereka saling berjabat tangan.

"Jadi, ini istrimu? Manis dan imut. Siapa namamu, sayang?"

"Alexia."

Bunbee tersentak. "Wow, Alex dan Alexia, cocok sekali. Bisa kebetulan begitu yah."

Alex dan Alexia saling pandang dan tersenyum. Rencana Tuhan tidak ada yang tahu.

Bunbee mengamati postur tubuh Alexia.

"Ah sepertinya gaun baruku cocok banget sama istrimu ini. Ayo sayang, ikut aku."

Alexia mengangguk.

Bunbee mengajak Alexia untuk mengambil dan mencoba gaun barunya. Di sana Bunbee menunjukkan dua pilihan, namun Alexia menjatuhkan pilihannya pada gaun yang menurutnya lebih terlihat sopan dan tidak terlalu mengumbar kulit.

Gaun berwana abu-abu yang memukau dari Bunbee menampilkan aplikasi renda yang halus dan manik-manik rumit yang menambah kesan elegan.

Alexia mencoba gaun tersebut dan benar saja, gaun tersebut benar-benar pas untuk Alexia. Alexia terlihat begitu cantik. Alex juga suka dan cocok dengan modelnya, karena tidak terlalu terbuka karena tertutup renda namun elegan. Tak lupa Alex juga diberi kemeja yang senada dengan gaun Alexia.

Alex juga sekalian meminta Bunbee untuk mengurus semua persiapan pesta.

Setelah deal, Alex dan Alexia berpamitan dengan Bunbee untuk pulang.

"Jadi, yang Mas Alex maksud akan mengajak aku ke suatu tempat itu butik tadi ya?"

Alex menggeleng. "Bukan sayang, tapi sebaiknya setelah ini kamu siapkan mental kamu ya. Mungkin nanti akan sedikit menguras tenaga dan emosi."

Alexia mengerutkan keningnya, Ia tidak paham dengan apa yang dimaksud oleh suaminya. Suaminya itu lagi-lagi bermain teka-teki.

Alex melirik istrinya dan tersenyum, lalu Ia menggenggam tangan Alexia. "Sudah, jangan terlalu dipikirkan. Sebenarnya aku ingin mengajakmu menemui Ayah, hanya saja Ayah orangnya keras dan istrinya sedikit pedas jika berbicara. Dan, yah nanti kamu bisa lihat sendiri."

Alexia membalas senyum suaminya dan manggut-manggut. Alexia menatap ke depan, mungkin benar jika dirinya harus menyiapkan mentalnya.