NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:602
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20

“Sudah kubilang. Bertarung dalam keadaan penuh amarah hanya akan membuatmu bunuh diri, Shin.” Taza berkata.

Tiba-tiba, sebanyak 20 orang datang dengan pakaian hitam-hitam seperti yang dipakai oleh Sai. Bala bantuan. Atau para peneror yang sejak awal bersembunyi sambil melempar senjata. Mereka bertiga terkepung. Shinkai dan Taza merentangkan tangan untuk melindungi Aimee.

Tidak ada cara lain selain bertarung.

“Kau pasti tahu bahwa kau tak akan menang jika kami berdua melawanmu yang sendiri.”

“Jika tidak satu lawan satu, maka dua lawan dua puluh satu,” ujar Sai dengan senyuman miring.

Ia benar-benar terlihat seperti pemimpin bagi orang-orang itu. Sebab tinggi badannya yang jauh, hingga bagaimana ia memperlihatkan aura kepemimpinannya. Shinkai masih belum sepenuhnya fokus, ditambah sebuah kalimat pahit yang dilontarkan Sai.

“Apakah kau benar-benar membunuh Tevy?” tanya Aimee dengan suara bergetar tanpa menengok ke Shinkai.

Taza menelan ludah, berusaha untuk fokus pada pertarungan.

“Sampaikan permintaan maafku pada bu Dyn jika aku terbunuh di sini.”

“Itu bukan cara untuk membayar utang nyawa, sialan!” ujar Aimee.

WUSHHH.

Belasan senjata meluncur. Taza mengeluarkan senjata dan menangkis serangan-serangan itu. Bersamaan dengan Shinkai yang tak kalah cepat. Setelah itu, musuh merangsek maju bersamaan dan masing-masing mengincar Shinkai, Taza dan Aimee. Gadis itu hanya bisa menutup mata sambil menahan rasa takut yang mendalam.

Senjata demi senjata ditangkis oleh Shinkai dan Taza. Suara bising yang menakutkan di telinga Aimee. Ia belum pernah mengalami hal semacam itu. Ditambah bayang-bayang ungkapan Sai tentang Shinkai.

Musuh menghentikan penyerangan dengan senjata kecil mirip kunai itu. dengan serempak, mereka melemparkan salah satu tanga ke belakang. Dalam sekejap, mereka mengeluarkan masing-masing sebilah pedang.

“Baiklah, Shin. Aku membawa yang seperti mereka,” ucap Taza. “Senjata apa yang kau bawa?”

“Hanya yang kita jarah dari peneror kelas teri itu.”

“Artinya kau masih tidak mau menggunakan senjata Tevy.”

“Diamlah, kau jangan membahas senjata. Karena aku tidak berniat membiarkan siapapun mati di sini.”

Semua lawan kecuali Sai merangsek baju dengan pedang masing-masing. Taza juga membawa pedang. Sedangkan Shinkai hanya menggunakan pisau dan senjata jarahan tempaan klan Amev.

Mereka tidak bisa bergerak ke banyak tempat karena melindungi Aimee.

SRETTT.

Taza berhasil menorehkan luka pertama pada lawan.

ZING ZING ZING!

Taza terus mengayunkan pedang dengan sangat lihat. Begitupun dengan Shinkai, senjata tajam semacam itu bukanlah masalah bagi Shinkai yang hanya menggunakan pisau dapur.

Setengah dari musuh sudah tak mampu bertarung lagi. Sebaliknya, Shinkai dan Taza sudah berada di atas angin. Karena melihat kondisi lebih terkendali, mereka merangsek maju meninggalkan Aimee sementara. Setelah berhasil salah satu musuh lagi, maka mereka akan kembali ke tempat. Menyerang dan bertahan.

“Senjata yang bagus. Sayangnya, mereka benar-benar seorang amatir.” Shinkai berkata.

“Ya, mereka bukan ahli pedang. Hanya orang-orang pengecut yang ahli sembunyi dan menyerang lewat kegelapan,” timpal Taza.

Shinkai berhasil menyamakan senjata musuh dengan merebut salah satu pedang. Taza juga menjarahnya karena senjata musuh lebih bagus.

Akhirnya, Aimee memberanikan diri untuk melihat pertarungan lebih lekat. Kata-kata Shinkai dan Taza membuatnya lebih percaya diri. Benar, dua pemuda itu adalah murid-murid kesayangan Tevy, pamannya yang dulunya seorang pengawal elit kerajaan.

Tak lebih dari lima menit, mereka berhasil mengalahkan semua musuh, menyisakan Sai yang masih seperti patung dengan senyuman miring.

“Kau pikir kami sudah kelelahan dan tak bisa mengalahkanmu, hah?” Shinkai berkata.

Sai menarik napas panjang. Bergeming. Matanya mengarah ke lampu-lampu di depan sana.

“Aku tidak meremehkan kalian. Sama sekali tidak meremehkan kalian.”

Tiba-tiba lampu yang seperti pasar malam itu mati. Menyisakan gelap di sana-sini. Hanya mengandalkan cahaya rembulan yang membantu pertarungan tadi. Mereka berada di lokasi yang jauh dari pemukiman warga.

Sekejap, suara langkah segerombol orang terdengar. Datang dari tempat dengan lampu-lampu menyala tadi. Ternyata di sana bukan pasar malam, melainkan musuh-musuh yang sengaja menunggu.

Tak perlu waktu lama, tak kurang dari 50 orang muncul dengan pakaian yang sama. Sama-sama hitam dan penutup wajah.

Tenaga mereka sudah lumayan terkuras. Sekarang ditambah ada 50 musuh tambahan.

“Baiklah, apa rencanamu sekarang?” Taza bertanya.

“Aimee, kali ini kau harus benar-benar lari setelah ada celah.” Shinkai berkata, mengabaikan pertanyaan Taza.

Tampak samping, Aimee melihat senyuman tulus dari Shinkai. Ia tidak mampu membendung rasa, bahwa Shinkai benar-benar ingin melindunginya sampai titik darah penghabisan.

“Bodoh, kau bilang tidak akan membiarkan siapapun mati,” ujar Taza.

“Entahlah. Aku bisa melihat belasan Sai di antara mereka,” jawab Shinkai.

Tiba-tiba Aimee berdiri, lantas memungut salah satu pedang milik musuh.

“Hei, apa yang kau lakukan, gadis aneh?” Shinkai bertanya jengkel.

“SERANG!” Aimee menjerit dan berlari tanpa ragu. Dari caranya memegang pedang saja sudah jelas bahwa itu pertama kali ia melakukannya.

Tanpa berlama-lama, Shinkai mengejar Aimee karena beberapa musuh turut berlari karena jeritan Aimee.

“Bodoh! Kau kira ini sebuah permainan, hah? Diam di tempat!”

Shinkai menangkis serangan lawan sambil melindungi Aimee. Ia terkena beberapa sebetan pedang, namun ia juga banyak menorehkan luka pada lawan. Hanya saja, orang-orang yang mereka lawan ini jauh lebih lihai dibanding sebelumnya.

Hanya enam orang yang maju. Tiga orang melawan Taza dan tiga orang lainnya melawan Shinkai.

Belum sempat ada musuh yang benar-benar kalah, enam musuh lainnya menyusul untuk menyerang. Sama seperti pola tadi. Kini masing-masing mereka melawan enam orang.

Taza lebih leluasa karena hanya fokus pada dirinya. lain halnya dengan Shinkai yang sambil melindungi Aimee. Kedua pemuda itu terpaut lima meter. Belum ada celah untuk bersatu.

Atmosfer pertarungan semakin memanas di sela malam yang dingin. Berkali-kali Aimee berusaha bergabung di pertarungan. Walaupun sampai saat ini ia hanya berdiri gemetar dengan pedang yang pertama kali ia sentuh itu.

Seiring berjalannya detik, luka-luka kian bertambah.

Tiba-tiba, masing-masing dua musuh merangsek maju lagi ke tempat Shinkai dan Taza. Saat sampai, salah satu dari mereka malah melempar pedang dan menarik lengan Shinkai hingga terjatuh dan terpisah dari Aimee.

Ia segera bangkit dan hendak kembali ke tempat, namun ia kini dihadang.

“SHINKAI!” jerit Aimee.

“Kalian bau keringat bercampur nasi basi. Menyingkir dariku!”

Seperti ada angin misterius yang muncul.

WUSHHH.

Shinkai bergerak secepat kilat dan menghajar penghalang hingga terjerembab jatuh. Saat ada yang hendak menghalangi lagi, ia menendang mereka sekuat tenaga. Shinkai sampai di tempat orang-orang yang mengepung Aimee. Dalam sekejap, semua penghalang tersingkir dan ia langsung merebut Aimee dari tangan musuh.

“Lawan kalian, aku. Bukan gadis yang tidak berdaya. Pengecut!”

DHUAKKK.

Satu lagi yang mencengkram Aimee sudah dikalahkan. Pertarungan masih berlanjut. Shinkai dalam mode serius dan fokus. Di sisi lain, Taza juga masih bertahan. Sekalipun luka dan tenaga sama-sama hampir sampai batas.

Shinkai dan Taza berhasil bersatu setelah ada celah untuk mendekat. Namun Aimee tiba-tiba lemas karena terlalu banyak melihat darah. Ia terjatuh sebelum benar-benar sampai di tempat Taza. Itulah kesempatan musuh untuk menyerang dengan mengarahkan pedang untuk menusuk Aimee. Dengan kecepatan kilat, Shinkai melompat dan melindungi Aimee dengan punggungnya.

“SHINKAI!” Taza menjerit.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!