Ketika Yel Ku Dan NgeYel Mu Bersatu

Jika ingin wanita yang super dewasa, mohon maaf bukan disini tempatnya. 🙏🙏

🌹🌹🌹

Senyum Bang Rinto mengembang. Ia pun menjawab sapaan para anggota yang menyapanya dengan rasa bahagia.

"Senang sekali, Om??" Tanya Dinar.

"Iya lah, saya dapat jagoan." Jawab Bang Rinto dengan hati berbunga-bunga.

Dinar ikut tersenyum, sungguh ia merasakan kebahagiaan suaminya.

"Jaga baik-baik ya, Neng..!!" Pinta Bang Rinto.

...

Sesampainya di rumah dinas, beberapa orang sudah menunggu di depan pintu. Nampak Bang Satria sedang beradu argumen dengan beberapa orang tersebut.

Dinar menoleh seakan bisa menebak segala keributan di area rumahnya. Matanya melihat wanita muda yang lebih banyak bicara dengan Bang Satria.

"Dia Sherlyn?" Tanya Dinar.

Bang Rinto mengangguk. Rasanya tidak perlu lagi ada yang harus di sembunyikan.

"Iya, dia Sherlyn."

"Oohh..!!" Dinar menunjukan wajah malas meskipun terlihat santai saja. "Gendong Dinar..!! Malas jalan nih." Ucapnya saat mobil mulai berbelok ke arah garasi rumahnya.

Bang Rinto kembali kembali mengangguk. Ia pun juga tidak akan pernah menolaknya jika sang istri sudah meminta.

Tak banyak membuang waktu, Bang Rinto turun dan membuka pintu. Di saat itu seluruh pandangan tertuju padanya.

Gadis cantik bernama Sherlyn terus menatap Bang Rinto yang kemudian menggendong Dinar lalu menutup pintu mobil dengan sebelah kaki. Keningnya berkerut entah apa yang ada dalam pikirannya.

"Aduuuuhh.. turunkan Dinar. Dinar bisa jalan sendiri. Malu Abaaang..!!" Celetuk Dinar.

Jujur Bang Rinto tidak paham apa rencana Dinar. Tapi sapaan Dinar untuk pertama kali sungguh membuatnya gemas.

"Ayo turunkan..!!"

Kini Bang Rinto hanya bisa mengikuti setiap permainan dari istri tercinta. Ia menurunkannya dan membiarkan Dinar mendekati keluarganya namun dengan pengawasannya yang seratus persen super ketat.

Dinar berjalan menyalami keluarga namun tidak ada satupun yang menerima uluran tangan Dinar dan hal itu begitu menyakitkan hati Bang Rinto. Ia menarik tangan Dinar dan mengarahkan ke belakang punggungnya.

"Silakan angkat kaki dari rumah ini..!! Saya mewakili nyonya rumah untuk meminta kalian untuk pergi..!!" Usir Bang Rinto tidak terima melihat perlakuan keluarga pada Dinar.

"Kamu usir Mami????? Gila kamu??????? Mami hanya mau kamu menikah dengan Sherlyn, bukan dia. Ingat trah Papi kandungmu..!!" Bentak Mami Bang Rinto.

"Saya tidak mau berdebat dengan kamu..!!!!! Silakan pergi dari sini..!!!!!!" Bang Rinto mengajak Dinar untuk masuk ke dalam rumah.

Saat Mami dan yang lainnya akan menyusul, Bang Satria memasang badan untuk melindungi Bang Rinto dan Dinar.

"Cukup kalian merusak rumah tangga saya, jangan lagi mengganggu rumah tangga Rinto dan Dinar..!!!!" Bang Satria turut menghadang keluarga yang hendak mencari keributan di depan rumah Bang Rinto.

Bang Satria tanggap, ia segera menghubungi beberapa anggotanya untuk membuat keluarganya jera.

"Kamu jangan macam-macam, Satria. Mami punya anak buat juga di Kedaton." Ancam Mami.

"Kedaton mungkin adalah kekuasaanmu tapi disini, saya yang berkuasa..!!" Bang Satria balik mengancam keluarga.

//

Dari dalam rumah Bang Rinto mengintip dan memastikan keadaan di luar sana. Dinar pun ikut mengintip di bawah dada Bang Rinto.

"Jadi Om dari trah Kedaton juga??"

"Iya." Jawab Bang Rinto masih mengamati dengan serius.

"Kedaton mana? Kenapa kita tidak saling kenal?" Tanya Dinar.

"Pantai Utara."

"Haaaaahh.. Berarti Gusti Kromo??? Abang Raden Mas, donk???"

"Iyaaaa.." Bang Rinto sampai tidak konsentrasi melihat keadaan di luar sana karena Dinar terlalu banyak bertanya.

"Kenapa tidak di hadapi saja?? Dinar berani."

"Saya yang tidak berani." Ucap singkat Bang Rinto seperti biasanya saat tidak ingin berdebat dengan Dinar.

"Dinar juga keputrian, Dinar bisa menghadapi mereka. Bukankah tidak boleh ada yang menyentuh putri Kedaton lain atau antar Kedaton akan menjadi perang." Kata Dinar.

"Benar, tapi kamu sedang hamil besar. Saya nggak mau ada apa-apa sama kamu. Mereka itu orang nekat."

"Apa gunanya Om disini? lindungi Dinar, donk..!!" Dinar beranjak hingga puncak kepalanya menghantam dagu Bang Rinto.

dddhggg..

"Allahu Akbar..!!!"

"Aaaaww....!!!!!!" Dinar mengusap keningnya yang sempat terkena bulu tipis dari dagu Bang Rinto yang belum sempat di cukur hari ini.

Bang Rinto mengelus dagunya, begitu lah sang istri yang memang banyak tingkah.

"Ayo sekarang kita hadapi Mami dan Sherlyn..!!!!" Ajak Dinar.

Secepatnya Bang Rinto menarik tangan Dinar. "Jangan gegabah..!!! Nanti saya yang tangani..!!"

"Om nggak mungkin menangani, dia itu perempuan. Jadi biar perempuan sesama perempuan yang selesaikan..!!" Kata Dinar seakan habis kesabaran.

"Saya akan selesaikan dengan cara saya sendiri."

"Cara apa??? Menikahi Sherlyn???????" Ujar Dinar kini meluapkan amarahnya.

"Mulutmu..!!!!" Tegur keras Bang Rinto.

"Cara apalagi??? Begitu kan, caranya damai..!!!"

"Kamu benar mau saya nikahi dia?????" Terkadang Bang Rinto juga kehabisan kontrol, pikirannya pecah terbagi saat sudah lelah menghadapi banyak hal.

"Nikahi saja kalau Om berani." Oceh Dinar.

"Kamu menantang saya????? Saya bisa menikahi sepuluh wanita sekaligus kalau saya mau................."

plaaaaaaakk..

Dinar melayangkan satu tamparan keras di pipi Bang Rinto. Sorot mata tajam Bang Rinto mengarah pada Dinar dengan tatapan membunuh. Ia menghantam daun pintu dengan kencang hingga keributan di luar sana ikut terhenti.

Tak cukup dengan itu, Dinar masih menyambar asbak kaca di atas meja lalu menghantam ke arah pelipis Bang Rinto.

Ubun-ubun Bang Rinto mau pecah rasanya tapi saat melihat perut besar Dinar, batinnya sungguh tidak tega.

"Masuk..!! Biar saya selesaikan masalah ini..!!" Pinta Bang Rinto dengan nada rendah lalu mengarahkan Dinar agar segera membersihkan diri dan masuk ke dalam kamar.

"Nggak mau..!!"

Bang Rinto hanya membulatkan kedua matanya tanpa ada kata sedikit pun tapi sudah cukup membuat Dinar takut. Dinar berjalan masuk sembari membawa tangisnya.

Setitik basah berwarna merah meleleh melewati pipinya. Bang Rinto segera mengusapnya sembari menarik nafas panjang.

"Kalau tidak buat saya sakit kepala, bukan Dinar namanya." Gumam Bang Rinto kemudian segera keluar dari rumah menghadapi keluarganya yang masih saja ricuh.

.

.

.

.