Nicholas Alistair adalah definisi dari bahaya yang memikat. Seorang Boss Mafia kelas kakap dengan kerajaan yang dibangun di atas ketakutan dan baja. la dingin, kejam, dan memiliki segalanya-kecuali hati. Hidupnya sempurna di bawah kendali, hingga ia harus melakukan perjalanan ke pelosok desa terpencil untuk menyelesaikan urusan bisnis yang berdarah.
Di sanalah ia bertemu Rania
Rania, si gadis desa dengan pesona alami yang polos dan lugu, memiliki keindahan yang memabukkan. Postur tubuhnya yang ideal bak gitar spanyol adalah magnet yang tak terhindarkan, membuat mata Sang Don tertuju padanya. la adalah bunga liar yang tumbuh di tempat yang salah, dan Nico, Sang Penguasa Kota, memutuskan ia harus memilikinya.
Apa yang dimulai sebagai obsesi, perlahan berubah menjadi hasrat yang membara. Nico menarik Rania dari kehidupan sederhananya, memaksanya
masuk ke dalam sangkar emas yang penuh intrik, kekayaan, dan bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aretha_Linsey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16 Titik Didih Cemburu dan Balas Dendam
Nicholas Alistair tidak pernah secepat ini. Setelah mendengar jeritan Rania, dia memimpin perburuan dengan kemarahan buta yang mengerikan.
Marco dan Gio, yang terkejut melihat kekejaman baru Sang Don, bekerja cepat. Melalui pelacakan sinyal ponsel Vito dan jaringan informan, mereka melacak Vito ke sebuah gudang tua di pinggiran kota.
Nicholas tidak menunggu polisi. Dia memimpin serangan itu sendiri bersenjatakan senapan serbu dan amarah yang siap meledak.
"Marco, pastikan Rania tidak terluka. Sisanya, bunuh semua yang bergerak, " perintah Nicholas, suaranya serak dan mematikan.
Di dalam gudang, Rania masih dikat ke kursi. Dia gemetar, air mata mengering di pipinya," bisik Vito, menjulurkan jarinya untuk menyentuh buah dada Rania.
"Dia membuang miliaran demi kecantikan ini. Aku tidak akan membunuhnya, Rania. Aku hanya akan menikmatimu, dan mengirim video itu pada Don kesayanganmu."
Vito mendekat, menjulurkan tangannya. Rania memejamkan mata, menjerit dalam hati.
Tepat saat jari Vito menyentuh kulit Rania, dinding gudang itu meledak.
Nicholas masuk seperti badai. Dia melihat Vito berdiri di depan Rania yang terikat, tangannya menjulur. Itu adalah pemandangan yang menghancurkan semua akal sehat Nicholas.
"VITO". teriak Nicholas. Suara itu adalah perpaduan teriakan amarah dan kesakitan.
Nicholas melepaskan senjatanya, menghajar anak buah Vito yang tersisa dengan tembakan cepat dan mematikan. Tanpa membuang waktu, Nicholas berlari ke Vito dan menghajarnya. Itu bukan pertarungan; itu adalah
pembantaian. Nicholas menyerang Vito dengan tinju dan kaki, tidak menggunakan senjata, ia ingin merasakan setiap pukulan yang Nicholas berikan.
Vito jatuh ke lantai, darah mengalir dari hidungnya
Nicholas mengabaikan segala sesuatu di gudang itu, termasuk Marco dan Gio yang sedang mengamankan area.
Nicholas berlutut di depan Rania, membuka ikatan di tangan dan kakinya.
"Rania, sayang. Aku disini. Aku minta maaf. Kau aman,"
Vito, yang terkapar dan nyaris tak sadarkan diri, melihat Nicholas memeluk Rania. Itu adalah pemandangan cinta yang membuat Vito muak. Dalam sisa sisa kesadaran terakhirnya, Vito tahu satu satunya cara untuk
membalas dendam adalah dengan menghancurkan Nicholas secara emosional.
Vito tertawa parau, meludah darah.
"Kau terlambat, Nicholas!" teriak Vito.
"Wanitamu ini.. dia sudah aku hangatkan! Dia tidak menolak, kau tahu? Dia sudah tidur denganku!
Aku sudah menyentuh, bahkan mencium buah dadanya! Dia milikku Nicholas! Aku sudah mengambilnya darimu!"
Kebohongan itu, yang diucapkan dengan kejam dan penuh keyakinan, menghantam Nicholas seperti palu godam.
Nicholas menegang. Ototnya mengeras. Dia melepaskan Rania, perlahan berdiri, tatapannya kosong. Kata kata Vito tidur dengannya, menyentuh buah dadanya, menusuk posesif Nicholas ke titik yang paling gelap.
Amarah dan cemburu Nicholas yang selama ini terkendali, meledak tak terkendali.
Nicholas berbalik ke Vito, matanya merah darah dan gila. Dia kembali menghajar Vito, bukan untuk balas dendam, tetapi untuk menghilangkan kebohongan itu dari bumi.
"Kau bohong! Kau bohong!" Nicholas meraung, setiap pukulan diringi teriakan.
"Dia wanitaku! Dia tidak akan pernah mau di sentuh olehmu !"
Rania yang baru saja dibebaskan, melihat kemarahan Nicholas yang jauh lebih mengerikan daripada saat dia menembak di ballroom. Kemarahan ini bukan profesional; ini personal.
Rania menjerit histeris, menyangkal kebohongan Vito.
"NICHOLAS! JANGAN! ITU BOHONGI DIA BOHONG! AKU TIDAK! AKU TIDAK PERNAH DISENTUH!" Rania merangkak, meraih kaki Nicholas.
"Tolong! Lihat aku! Aku hanya takut padanya!"
Nicholas berhenti, tangannya berlumuran darah Vito. Dia melihat Rania yang gemetar dan histeris di lantai, dan dia melihat Vito yang kini hampir mati di bawah kakinya.
...----------------...
Nicholas mundur dari Vito, menarik napas berat. Dia melihat Vito yang telah dihajar hingga tak berbentuk. Dia hampir membunuh Vito hanya karena kebohongan cemburu.
Nicholas berbalik, menatap Rania. Mata Rania kini dipenuhi ketakutan ganda: takut pada kekejaman Vito, dan takut pada kegilaan posesif Nicholas yang baru saja ia saksikan.
Rania merangkak menjauh, menjerit lirih,
"Jangan sentuh aku! Aku tidak disentuh! Aku takut!"
Nicholas melihat kehancuran di mata Rania. Dia telah menyelamatkan Rania dari penculik, tetapi dia telah menanamkan trauma baru dengan kemarahan cemburunya.
Nicholas berjalan perlahan ke Rania, berlumuran darah Vito. Dia berlutut di depan Rania, air mata mengalir di pipinya sendiri. Dia mengulurkan tangan. Rania menjerit sekali lagi, memalingkan wajah, terperangkap antara cinta dan ketakutan yang mutlak.
Nicholas menyelamatkan Rania, tetapi apakah dia telah kehilangan kepercayaannya selamanya?