NovelToon NovelToon
Mas CEO I Love You

Mas CEO I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Romansa
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Aluna, 23 tahun, adalah mahasiswi semester akhir desain komunikasi visual yang magang di perusahaan branding ternama di Jakarta. Di sana, ia bertemu Revan Aditya, CEO muda yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti drama. Aluna yang ceria dan penuh ide segar justru menarik perhatian Revan dengan caranya sendiri. Tapi hubungan mereka diuji oleh perbedaan status, masa lalu Revan yang belum selesai, dan fakta bahwa Aluna adalah bagian dari trauma masa lalu Revan membuatnya semakin rumit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 20

Malam terasa begitu panjang, bahkan makanan yang sudah tertata rapi tidak tersentuh sedikitpun, kabut seolah menyelimuti villa, udara dingin menyusup di selah-selah kayu pemisah antara dinding dan jendela. Lampu-lampu temaram di ruang tengah menyinari samar siluet dua insan yang duduk berdekatan di sofa panjang—dalam diam yang berat dan terselip luka. Di sana, Aluna terlelap dalam pelukan Revan, tubuhnya gemetar halus, sisa-sisa tangis masih terasa di napasnya yang tak beraturan. Pipinya basah, bulu matanya lengket oleh air mata, dan tangannya menggenggam erat sisi baju pria yang sejak tadi tak berkata banyak—Revan, suaminya, yang selalu tampak begitu tenang... dan dingin.

Namun malam ini, ada sesuatu yang berubah.

Revan menunduk, menatap wajah Aluna yang terpejam dalam kelelahan. Detak jantungnya terasa lebih lambat saat melihat betapa rapuh istrinya tampak saat tertidur seperti itu—seakan semua benteng pertahanan luluh dalam tangis yang ia simpan terlalu lama. Jemarinya yang biasanya kaku, kini bergerak lembut, menyeka sisa air mata di pipi Aluna dengan punggung tangannya.

“Maaf...” bisiknya pelan, nyaris tak terdengar—sebuah kata yang tak pernah dengan mudah keluar dari bibirnya.

Dengan hati-hati, Revan menyelipkan satu tangan ke bawah lutut Aluna, satu lagi menopang punggungnya. Ia bangkit perlahan, menggendong tubuh istrinya seperti membawa sesuatu yang begitu berharga, seakan satu gerakan kasar saja bisa membuatnya pecah. Langkah kakinya ringan namun mantap menuju kamar, melewati koridor yang sepi ditemani bayangan remang dari lampu dinding.

Sesampainya di kamar, Revan menurunkan Aluna ke atas tempat tidur dengan gerakan nyaris tanpa suara. Ia membetulkan letak selimut, menyibak beberapa helaian rambut yang menutupi wajah istrinya, lalu duduk di tepi ranjang, diam memandangi wajah yang masih menyisakan jejak luka itu.

Ia tak pandai merangkai kata, tapi malam ini tubuhnya bicara. Tatapannya bicara. Caranya menjaga Aluna dari jauh, lalu mendekat di saat paling rapuh—itu pun sebuah bentuk cinta.

Sebelum beranjak, Revan menunduk, menyentuhkan bibirnya di kening Aluna dengan lembut, lalu membisikkan satu kalimat, lirih namun penuh janji:

“Tidurlah... Aku di sini, dan tidak akan ke mana-mana.”

Di luar kamar, malam masih bergulir pelan. Tapi di dalam ruangan itu, dua hati yang terluka sedang belajar saling sembuh—dimulai dari sebuah pelukan, dan keheningan yang akhirnya terasa hangat.

***

Aluna mengerjapkan matanya perlahan, mencoba menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Cahaya matahari tampak menerobos celah-celah gorden putih yang menutup jendela kaca besar di salah satu sisi dinding. Tapi tatapannya teralihkan saat ia merasakan seseorang menggenggam tangannya, perlahan manik matanya menuju ke arah tangan kanannya,

"Pak Revan," gumamnya pelan saat melihat pria itu bahkan duduk di samping tempat tidur dengan tangan yang masih menggenggam tangannya dan tertidur bahkan dalam posisi duduk,

"Dia menjagaku semalaman," gumamnya lagi.

Dengan gerakan pelan, Aluna menyingkirkan tangan Revan tapi ternyata gerakan kecil itu mampu membangunkan pria itu,

"Kamu sudah bangun?" tanyanya begitu membuka mata.

Aluna menganggukkan kepalanya pelan, "Kenapa pak Revan nggak tidur di atas?"

"Memang boleh?" tanya Revan dengan senyum yang nyaris tidak terlihat, pertanyaannya benar-benar penuh harap.

"Kalau pak Revan tidurnya seperti itu, pak Revan bisa sakit pinggang."

"Tidak masalah." ucap Revan singkat kemudian ia berdiri, "Tunggu di sini, aku akan buatkan teh hangat untukmu." ucapnya kemudian berbalik.

"Tunggu," Aluna teringat sesuatu, ia buru-buru akan turun tapi dengan cepat Revan mencegahnya."

"Kamu mau ke mana?"

"Pak, ini sudah pagi kan? Pak Revan cuma menunda semua jadwal pak Revan sampai dua puluh empat jam, jadi sudah waktunya kembali kan sekarang. Ayo kita pulang pak, pak Bastian pasti sudah menunggu."

"Diam di sini, jangan kemana-mana. Bastian biar menjadi urusan saya." ucap Revan dengan tegas dan kali ini benar-benar berbalik dan meninggalkan Aluna.

Ia sengaja ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk Aluna.

Setelah beberapa saat ia kembali ke kamar dengan membawa nampan yang berisi nasi goreng juga teh hangat untuk Aluna.

"Makanlah, kamu pasti lapar. Semalam belum sempat makan apa-apa." ucap Revan sembari menyodorkan makanan ke arah Aluna.

Aluna tersenyum dengan usaha Revan, "Pak Revan sendiri yang masak?"

"Hmmm." Revan menganggukkan kepalanya, "Makanlah."

Aluna mulai menyuapkan nasi goreng ke mulutnya, mengunyahnya perlahan, lumayan rasanya ...

Tapi Aluna segera menghentikan kunyahannya saat mengingat sesuatu,

"Kenapa? Apa rasanya tidak enak?" tanya Revan yang menyadari ekspresi Aluna.

Aluna menggelengkan kepalanya, "Tidak, ini enak sekali. Tapi pak Revan kan semalam juga nggak makan. kenapa kita nggak makan bareng aja?"

"Kamu saja dulu yang makan. Aku masih kenyang." tolak Revan.

"Pak Revan nggak mau makan bareng sama aku?" tanya Aluna sembari memasang wajah cemberut.

"Bukan seperti itu...,"

Aluna tersenyum, "Baiklah, kalau begitu aku suapi," ucapnya sembari menyodorkan sendok yang berisi nasi goreng ke mulut Revan dan Revan terpaksa membuka mulutnya.

Mereka pun akhirnya makan sepiring berdua.

Bersambung

Happy reading

1
yuning
🔥🔥
Entin Fatkurina
makinn penasaran,peristiwa apa yang membuat revan trauma.
yuning
kamu rumahku, sweet
Entin Fatkurina
keren revan.
Entin Fatkurina
tetap semangat
yuning
dia jodohmu Tifani 😁
yuning
asisten sama bosnya sama
yuning
pak CEO keren
Entin Fatkurina
sebelas dua belas dengan bosnya.
Lina Herlina
yg bner aja pagi sampe jm 11 malem
Entin Fatkurina
revan benar benar keren.
Entin Fatkurina
menunggu detik detik penyelamatan aluna.
Entin Fatkurina
intinya, tetap semangat aluna.
yuning
Revan gak mau nurunin gengsi , Aluna gak punya kepercayaan diri 🥴
Entin Fatkurina
lanjut kak tri.
Tri Ani: siapppppp
total 1 replies
yuning
hmmm
Tri Ani: hmmmmm
total 1 replies
Entin Fatkurina
kuatkan imanmu Aluna😊😊😊
Tri Ani: mantap
total 1 replies
yuning
Revan tukang gengsi 😁
Tri Ani: setuju
total 1 replies
Entin Fatkurina
so sweet.
Tri Ani: makacihhhhhh😘😘😘😘
total 1 replies
yuning
pak Revan, sweet juga ya
Tri Ani: menyala
yuning: langsung lunglai kita 😅
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!