Soraya Kusuma, Gadis Yang Akrab Di Sapa Raya Anak Dari Wijaya Kusuma Dan Naraya Sekar Sari, sejak Ia Lahir Hidupnya Sudah Penuh pantangan. Ada Beberapa Pantangan Yang Tidak Boleh Di Lakukan Oleh Raya Yaitu Pergi Ke Air Terjun.
Larangan Itu Sudah Di Beritahukan Oleh Ibunya Raya. Saat Usianya Genap Sepuluh Tahun.
Namun Saat Raya Menginjak Usia Sembilan Belas Tahun Ia Diam-Diam Pergi Ke Sebuah Curug Bersama Kedua Teman Nya. Karena Mereka Membangun Sebuah Komunitas Untuk Di Unggah Di Sosial Media Nya. Hanya Untuk Memecahkan Sebuah Misteri Yang Sudah Di percaya Oleh Ibunya.
"Yang Sudah Di Takdirkaan Akan terus Membersamai" Ujar Arya Narendra
Sosok Laki-Laki Tampan Yang Membuat Mata Raya Terazimat Saat Pertama Kali Melihat Nya.
( Sambungan Kisah dari Cinta beda Alam )
" Happy Reading "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
Setelah Lama Berbincang Akhirnya Jiwa Bu Nara, Mau Di Bawa oleh Sinta ke istana Brawijaya.
Dengan Menyamar Sebagai Dayang Kebersihan, Bu Nara Siap Untuk Bertemu Dengan Raga Dan Jiwa Raya Yang Tersesat.
Dengan Rencana Yang Sudah di susun Rapih oleh Sinta, Akhirnya Bu Nara Berhasil Di Bawa Ke dalam istana.
"Semua Masih Tetap Sama," Batin Bu Nara, Saat Melewati Koridor Ruangan Dengan penjagaan Ketat.
Ruangan Yang Sama Sekali Tidak Pernah Berubah, Hanya Nampak Suram Dan Gelap Saja. Seperti Di Bawah Kekuasaan Pemimpin Yang Jahat.
"ibu Tunggu Disini Sebentar, Dan ikuti Semua Gerak-Gerik Mereka yang Membersihkan Ruang ini." ucap Sinta Sambil Melepaskan Tautan Tangan nya.
Bu Nara Mengangguk, Sementara Sinta Berlalu Pergi Ke Dapur, Sekepergiannya Sinta. Bu Nara Memperhatikan para Dayang Yang Nampak Sedang Membersihkan Ruang Luas.
"Apa Kau Dayang Baru?" Sapa Salah Satu Dayang, Yang Memiliki bekas Jeratan Di pergelangan Tangan nya.
"Eh-iya...." Lirih Bu Nara, Sambil Menunduk penutup Wajah nya Dengan Kain.
"Cepat Bereskan Kamar yang Mulia Raja Arya Narendra, Karena Malam Ini Adalah Malam Bulan Purnama Dan Beliau Akan datang." titah Nya, Seperti Nampaknya Sudah Senior
Bu Nara Yang tidak Berani Banyak Bicara, Akhirnya Langsung Berjalan Ke Ruangan Kamar Raja Arya Narendra.
Dengan Langkah Yang Gama Terpaksa Bu Nara Jalan Ke Arah Sana, Kamar Dua Puluh Tahun Yang Lalu Memiliki Banyak Kenangan Bersama Arya Narendra.
Saat Membuka Pintu Kamar, Angin Segar Menyibakan Sedikit Kain Yang bu Nara Kenakan. Rasa rindu Yang Selama ini Bu Nara Pendam Akhiran Bisa tersampaikan, Meskipun Kini Hanya Jiwanya lah, yang Datang.
"Masih Sama, Tidak Ada Yang Berubah" Bu Nara Meraba Kasur yang Dulu Pernah Menjadi tanda Cinta Mereka.
Tidak terasa Air Mata Jatuh Di pipi Bu Nara, Bu Nara Segera mengusap Nya. karena tujuan Awalnya Masuk Kedalam istana Brawijaya Adalah Mencari Raya. bukan untuk Menjalin Kasih Lama.
.
.
"Malam ini Adalah Malam Bulan Purnama Yang Mulia,,," Ucap Sailendra, Saat Ia Sedang Berada Di Dalam Goa Menemui Raja Arya Narendra.
"iya Aku Tahu itu, tapi Jiwa Yang Aku Inginkan Masih Berada di Alam nya" Ucap Raja Arya Narendra Tampa Menoleh.
Suasana nya Hening Kembali, Sailendra Merasa Bersalah Karena Telah Gagal Membawa wanita Yang raja nya Inginkan.
"Tapi Malam Ini Adalah Malam Bulan Purnama Yang Mulia, Dan Bukankah Sudah Beribu-Ribu Purnama yang Mulia tidak Berada Di Dalam istana?"
Raja Arya Narendra terdiam Sejenak, Karena Selama Raya Datang Ke Istana Juga Beliau Belum Melihat Nya.
"Baiklah Aku Akan Datang, Siapkan Kereta Kencana untuk Menjemput ku." Ucap Raja Arya Narendra Datar.
"Sendiko'dawuh yang Mulia" tentu Saja Sailendra Merasa Senang Karena Rajanya Mau Kembali Ke Istana.
Bala prajurit untuk Mengawal Raja Arya Narendra, Dan Juga Kereta Kencana, Dengan Kuda Putih telah Di Siapkan Di Depan Goa.
Tubuh Gagah Nan Tegap itu Kembali Beranjak Dari Tempat petapa nya. Berjalan Ke Depan Ke Arah Kereta Kencana.
"pasukan Jalan...." Kereta Kencana Mulai Berjalan, Saat Raja Arya Narendra Sudah Berada Di Dalam nya.
Hari Sudah Mulai Sore, Matahari Juga Mulai tenggelam, Raya Sedang Berada Di teras Balkon istana, Melamun Sambil Memikirkan Semua yang telah Terjadi Di Dalam istana Brawijaya.
Namun Matanya Tersirat Saat Melihat Sebuah rombongan Disertai Dengan Kereta Kencana.
"Siapa yang Datang?" Raya Mengerutkan Kening Nya Saat Melihat Kereta Kencana.
Fikiran Raya Merasa Janggal, Namun Saat Mencoba Mengingat Siapa Sebenarnya Dirinya, Kepala Raya Malah Terasa Pusing Dan ingatan itu Seketika Hilang.
"Sebenarnya Aku Ada Dimana?" Raya Memijat kening nya yang Berdenyut Nyeri.
"Sedang Apa Kau Disini?" Seperti Biasa Suara Sinta Selalu Mengagetkan Raya.
"Kapan Kau Datang? Kenapa Kau Sudah Ada Di Dalam Kamar Ku" tentu Saja Raya Semakin Kesal Dengan Sikap Sinta yang Selalu Datang Sesuka Hati, Dan Pergi tampa pamit.
Sinta Menarik Nafas Dalam, Tersenyum Getir Melihat Raut Wajah Raya yang Penuh dengan Kecemasan. "ini Minumlah, Dan ingat Malam ini Kau Akan Melihat Semua nya." Ucap Sinta, Memasang Senyum Menakutkan.
Raya Meraih Gelas yang ada di Tangan Sinta, Bukan Langsung Meminum nya. Namun Raya langsung Melempar Gelas itu ke Sembarang Arah. "Katakan Apa Yang Sebenernya Kau inginkan? Apa Kau Juga Yang Sengaja Menaruh Sesuatu Pada Minuman itu? Agar ingatan ku Tidak Kembali Pulih!" Raya Mencengkeram Kuat Lengan Sinta. Sorot Mata nya Tajam.
Sinta Membuang Wajah Kesal, "Cek.... Sudah Ku Katakan Pada Mu Raya, Aku Hanyalah Seorang Dayang. Aku Juga Melakukan Semua itu Karena Titah Atasan!" Sinta Kembali Menatap Raya Sinis.
"Apa Yang Sebenarnya Mereka Mau?!" Amarah Raya Mulai Mereda, Nada Bicara Raya Kembali Normal.
"Aku Tidak Tahu Raya, Kita Adalah Sama! Dan Mungkin Malam ini Kau Akan Tahu yang Sebenarnya Kenapa Kau Bisa Sampai Di istana Brawijaya." Ucap Sinta Kembali Datar, lalu ia Keluar Dari Kamar Raya.
Selepas Sinta Pergi, Raya Kembali Menangis Tersendu. "Apa Yang Sebenarnya terjadi Pada Ku? Apa Sebenarnya Aku telah Mati?" Raya Bicara Pada Dirinya Sendiri, tangisan nya Meledak. Raya Menutup wajah nya Dengan Kedua Tangan Nya.
Saat Tangisan nya Mulai Menjadi Sebuah Suara Lirih Dan Lembut Terdengar Di telinga. " Nak' Pulang lah, ibu Menunggu Mu," Bayangan Wanita Separuh Baya Melintas Di Benak Raya.
"ibu... ibu, ibu.... " Raya Mulai Mengingat Setitik Asal usul nya.
"ibu...." Raya Menangis, Sambil Bersedekap, Namun Wajah Sang ibu Masih Samar Dalam Ingatan nya.
Hingga Cerah Mulai Berganti Gelap, Raya Masih Menangis pilu. Di Malam Bulan Purnama ternyata Di Dalam Kamar Raya Tidak Ada Yang Berubah.
Biasanya Bunga-Bunga Indah Di teras Balkon Akan Berubah Menjadi Hewan Melata, Namun Di Malam ini tidak Ada Yang Berubah. Semua nya Masih terlihat Sama.
Sailendra Masuk Kedalam Kamar Raya, Ia Bingung Mendapati Raya Sedang terduduk Menangis pilu." Apakah Sinta tidak Memberinya wedang Serbad? Kenapa Raya Tidak tertidur padahal hari Sudah Menjelang Malam?" Perlahan Sailendra Berjalan Mundur, Ia takut Jika Raya Melihat Wujudnya Yang Sebenarnya.
"Arya Narendra (Sailendra) tunggu.... " Raya yang Mengetahui Ada Sepasang Mata Yang Sedari tadi Mengintai nya, Raya Langsung Beranjak Dari Duduk nya.
terpaksa Sailendra Menghentikan Langkah Nya. Dan Raya Mulai Berjalan Mendekat ke Arah Sailendra. "Katakan Apa Yang Sebenernya terjadi Disini? Dan Katakan Siapa Sebenarnya Diriku?" Hardik Raya penuh Amarah, Ia Tidak Melihat rupa Sailendra Yang Aneh. Karena Malam ini Adalah Malam Bulan Purnama Semua Mahluk masih Bisa Mangli.
"Eh-Raya Kenapa Kau Belum Tidur, Sudah Malam, tidurlah" Ucap Sailendra Lembut.
"Aku Tidak Akan percaya Lagi Pada Mu! Katakan Pada Ku Yang Sebenarnya Jika Tidak Aku Akan Memaksa Pergi Dari Sini!" Raya Mengancam Sailendra
Sailendra Diam terpaku, Tidak Percaya Semua Rahasia Itu Akan Berakhir Malam ini!