WARNING!!
INI HANYA SEKEDAR CERITA KHAYALAN SEPINTAS. TANPA MENGIKUTI NORMA HUKUM DAN AGAMA.
BIJAKLAH DALAM MEMBACA, KHUSUS YG SUDAH MENIKAH SAJA.
Apa yang harus di lakukan, jika tiba-tiba gadis yg belum menikah, dan merasa tidak pernah melakukan hubungan badan dengan seorang lelaki manapun, tetapi tiba-tiba di perut nya ada janin yang sudah tumbuh.
"Tidak,, ini semua mustahil, apa iya di jaman sekarang masih ada perempuan yang hamil, tanpa lelaki. Seperti jaman Siti Maryam."
Naura menangis sambil menekuk kakinya, dia bingung dengan apa yang menimpanya.
PENASARAN???
BACA CERITA PERTAMA AKU YA,,
MOHON MAAF, SAYA PENULIS PEMULA, PASTI BANYAK SALAH-SALAHNYA, MOHON MAKLUM, DAN JANGAN LUPA KRITIKNYA..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Di tempat lain, seorang lelaki menghela napas lega, setelah mendengar kabar dari orang suruhannya, yang mengatakan bahwa perempuan yang di ikutinya baik-baik saja, tanpa ada penyakit yang serius.
Tapi walau bagaimanapun, penyebab Naura sakit, itu karena perbuatannya.
****
Dua orang gadis sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Sepulang dari tempat kerjanya, Nia dan Andin langsung menuju kontrakan Naura. Tapi, yang mereka temui malah pemilik kontrakan itu.
Andin terus menggerutu, menyalahkan Nia. Pasalnya, tadi, setelah ibu kontrakan menceritakan bahwa Naura di temukan pingsan, dan di larikan ke rumah sakit, oleh seorang laki-laki, Nia langsung panik dan berlari menuju mobilnya.
"Harus nya tuh ya, tadi elo tanya dulu ke ibu kontrakan, kemana Naura di bawa. Elo malah main cabut aja, ogeb dasar!"
Andin masih saja menyalahkan Nia, sudah dua rumah sakit yang mereka datangi, tapi tiap menanyakan ke bagian pendaftaran, selalu saja jawabannya, "tidak ada pasien yang bernama Naura."
Nia berdecak, "terus, elo ngapain aja? kenapa bukan elo yang nanya ke ibu kontrakan, tadi?"
Andin mengerjap sambil menggaruk tengkuknya, padahal tidak gatal. "Yaa, kan gue ngikut elo, takut di tinggal, gue"
Nia memukul kepala Andin pelan, "berarti elo yang be9o, udah tau gue panikan orangnya."
Setelah rumah sakit ke tiga yang mereka datangi, mereka menghembuskan nafas lega, setelah mendengar nama Naura terdaftar sebagai pasien, dan di rawat di salah satu ruangan rumah sakit itu.
****
Aldi baru sampai di ruangan kerja Arya. Tadi sewaktu masih di rumah sakit, papanya itu terus menghubunginya, beruntung Naura sudah sadar, jadi dia sedikit lega waktu meninggalkan cewek itu.
"Papa dengar, kamu habis nemenin seorang cewek?"
Aldi memutar bola matanya malas, papanya itu selalu saja mengetahui kegiatannya, entah kabar dari siapa, tapi yang Aldi tau, papanya itu tidak pernah berhenti menyuruh orang untuk membuntuti nya.
Merasa tidak mendapat jawaban dari anaknya, Arya melanjutkan perkataannya.
"Papa akan dukung kamu, untuk cewek kamu yang sekarang. Asal kamu terus bekerja dengan lebih giat lagi."
Aldi hanya mengangguk, tapi perkataan akhir papanya, berhasil membuat dia senang, sekaligus takut.
"Sepertinya, dia gadis yang sangat baik, Papah setuju sama pilihan kamu. Tapi, kalau Papa mendengar, sedikit saja tentang keburukannya, yang bisa bikin Papa malu, Papa minta, kamu tinggalin dia." Arya keluar, setelah menepuk pundak Aldi.
***
Setelah menemukan ruangan yang tadi di tunjukan oleh perawat. Nia dan Andin langsung masuk, tanpa mengetuk pintu.
Naura yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit, langsung menoleh dan tersenyum ke arah kedua sahabatnya.
"Naura," Andin berlari, langsung memeluk Naura. "Akhirnya, setelah gue ubek-ubek kota ini, gue ketemu juga sama elo, gue berasa kayak lagi nyanyi lagunya Ayu ting ting tau gak?gagal mulu ketemu elo nya."
Nia merotasikan matanya malas, memukul pelan kepala Andin, "gak usah lebay, biasa aja kali."
Andin mengusap kepalanya, "kebiasaan lo, hobby banget mukulin pala gue, kalau gue geger otak, terus amnesia gimana? mau tanggung jawab lo!"
Nia berdecak, "yaa gapapa, syukur Alhamdulillah, biar sekalian elo lupa sama gue, pusing gue punya sahabat kayak lo, ngintilin gue mulu, stres gue lama-lama."
Andin memasang wajah sedih, tapi Naura dan Nia tau, kalau itu hanya akting.
"Iihh, elo kalau ngomong, tingkat ketajamannya makin sini makin runcing aja, sakit hati gue Maakk."
Nia merotasikan matanya. "seterah!"
Andin cengengesan, memalingkan tatapannya ke arah Naura, "lagian, kenapa lo pingsan trus pergi ke rumah sakit, tanpa hubungin kita dulu sih, Ra? hp lo pake gak aktf lagi, gue kan jadi susah, hubungin elo nya."
Nia yang sudah mengambil alih, memeluk Naura, sontak membesarkan matanya ke arah Andin, mendengar omongan cewek itu, sungguh membuat emosinya memuncak.
"Gue gibeng pala lo lagi, bisa pecah tuh, mau lo! mending pergi lo sonoh! lama-lama deket lo, bisa ikutan di rawat gue, gara-gara penyakit darah tinggi dadakan."
Naura tertawa, sambil mengusap punggung Nia, "sabar Buuk, sabar, hahahaha."
Memang cuma Naura yang selalu menanggapi celotehan Andin dengan tertawa. Bagi naura, justru kekonyolan Andin lah yang membuat dirinya selalu happy saat bersama mereka.
Nia yang selalu kepo, terus melontarkan berbagai pertanyaannya pada Naura, sedangkan Andin, cewek itu duduk di ujung ranjang, sedikit menghindar dari Nia, karena tatapan Nia masih saja terlihat menyeramkan saat melihat dirinya, dengan ponsel di tangannya, tapi telinganya dia runcingkan, karena Andin juga sangat kepo, ingin mendengar jawaban dari Naura.
Naura menceritakan semuanya, kecuali, kejadian saat dirinya terbangun dan berada di kamar hotel. Naura takut sahabatnya menjadi menduga-duga dan mengakibatkan dirinya menjadi kepikiran.
Setelah kedua sahabatnya pamit pulang, Naura mulai memejamkan kembali matanya, efek dari obat membuat dirinya mudah cepat mengantuk.
Saat setengah kesadarannya mulai menghilang, tangan besar seorang cowok mengusap kepalanya. Ada rasa nyaman yang dirasakan Naura, tanpa membuka matanya, Naura sudah berkelana di alam mimpinya.
****
Aldi masuk ke kamar Naura, dengan keresek besar bertuliskan nama salah satu supermarket yang terkenal. Saat menyimpan keresek itu di atas meja, Naura terbangun karena bunyi yang di akibatkan dari keresek itu.
Naura tersenyum ke arah Aldi, setelah kejadian tadi, hubungannya dengan Aldi menjadi sedikit membaik, entah kenapa, Naura menjadi merasa nyaman, saat bersama cowok itu. Tatapan teduh dari Aldi, meyakinkan dirinya, kalau Aldi gak seburuk yang dia dengar dari orang lain. Bukan karena Naura mulai menyimpan perasaan pada Aldi. Tapi, Naura yang selama ini hanya menjadi seorang kakak dari kedua adiknya, menjadi menginginkan sosok kakak dari diri orang lain. Dan saat bersama Aldi, dirinya menjadi merasa terlindungi.
-
-
-
-
-
**Hayooo.. siapa yang dukung ViRa (Vino-Naura) ?
Atau kalian dukung AlRa (Aldi-Naura)?
Siapapun yang kalian dukung, yang pasti, terus kencenging Vote nya ya, biar makin semangat akunya, pake point, gratis kok, hehehe
Like, koment nya juga jangan lupa.
Salam.. Semangat**
emang enak🤪