Demi melunasi hutang orang tuanya, Venzara harus menerima pernikahan paksa dengan anak majikan bibinya. Mau tidak mau, Venza akhirnya menerimanya dan siap menerima syarat yang ditentukan.
Tidak hanya terikat dalam pernikahan paksa, Venza juga harus menerima perlakuan buruk dari suaminya. Namun, sosok Venza bukanlah perempuan yang lemah, bahkan dia juga perempuan yang berprestasi. Sayangnya, perekonomian keluarganya tengah diambang kehancuran.
Jalan satu-satunya hanya bisa menikahkan Venza dengan lelaki kaya dengan kondisinya yang lumpuh.
Akankah Venza mampu bertahan dengan pernikahannya? yuk simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Selesai membantu suaminya mandi dengan rasa gugup dan juga takut kalau mendapat sial, sebisa mungkin Venza untuk berhati-hati. Setelah itu, Venza membantunya untuk mengenakan pakaiannya.
Bahkan sesuatu yang sangat menggelikan, pun harus ia jalani meski itu baru pertama kalinya merawat suami yang diberi kekurangan.
"Aku saja yang akan menyisir rambutku, dan lebih baik kamu mandi saja, aku mencium badanmu yang bau asem." Ucap Razen sambil meraih sisir rambut yang ada pada tangan istrinya.
Venza yang mendapat komentar dari suaminya, ia langsung mencium kedua ketiaknya secara bergantian.
'Perasaan gak bau asem, hem.' Batin Venza dan segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri tanpa ia ingat jika dirinya belum mengambil baju gantinya.
Begitu fokus karena terburu-buru, sampai-sampai ia lupa menyiapkan baju gantinya. Sambil menikmati air dingin di pagi hari membuat badan terasa segar, juga dengan aroma sabun mandi dan shampo tengah membuat ruang kamar mandi semakin semerbak wangi.
Selesai mandi, Venza segera mengeringkan badannya dengan handuk.
"Astaga! baju, aku belum mengambil bajuku, aih!"
Saat itu juga Venza langsung teringat jika dirinya belum menyiapkan baju ganti. Seketika, Venza memperhatikan handuknya yang berukuran kecil dan bukanlah handuk kimono, tentu saja berubah menjadi pucat pasi.
"Bagaimana ini? apa iya, aku harus mengenakan handuk kecil ini? yang benar saja."
Dengan frustrasi, Venza kebingungan dibuatnya. Lebih lagi dengan ukuran handuknya yang kecil, tentu saja membuat Venza berpikiran yang tidak karuan.
Karena tidak ada pilihan lain, dengan terpaksa si Venza mengenakan handuk yang ukuran kecil dan hanya cukup untuk menutupi sesuatu yang berharga miliknya.
Dengan sangat hati-hati Venza membuka pintu kamar mandi, kemudian dirinya mencoba mengintip seperti orang tengah mencintai.
"Apakah masih ada orang?" tanya Venza yang mencoba untuk mengecek kondisi kamar suaminya.
Hening.
"Apakah kamu bisa membantuku?" tanyanya lagi masih bersembunyi dibalik pintu, takut jika suaminya tiba-tiba nongol.
Masih hening.
Venza yang sudah mengeceknya yang kedua kali dan tidak ada jawaban, akhirnya terpaksa segera keluar. Namun, tiba-tiba diurungkan dan untuk mencobanya lagi.
"Apakah masih ada orang di kamar?" tanya Venza yang ketiga kalinya.
Masih saja hening, dan juga tidak ada respon apapun dari suaminya sama sekali. Karena sudah tidak ada pilihan lain, akhirnya Venza dengan terpaksa segera keluar dari kamar mandi dengan penuh kehati-hatian.
Pelan-pelan Venza membuka pintunya sedikit demi sedikit. Kemudian ia mengarahkan pandangannya tepat pada tempat tidur, dan mengarah ke sudut ruangan.
"Tida ada orangnya, kemana dia? mungkin saja ada di ruangan lain. Baguslah, aku tidak perlu was was untuk mengganti bajuku." Gumam Venza bertanya-tanya saat dirinya tidak mendapati suaminya didalam kamar.
Dengan percaya diri bahwa suaminya tidak ada didalam kamar, Venza segera keluar dari kamar mandi dan menutup kembali pintunya.
DEG!
Seketika, Venza sangat terkejut saat suaminya baru masuk ke dalam kamar. Bagai tertangkap basah saat dirinya hanya mengenakan handuknya yang berukuran kecil. Tentunya body mulus milik Venza dapat ditangkap oleh indra penglihatan suaminya dari ujung kaki sampai bagian leher jenjangnya, lantaran rambut panjangnya yang di kuncir ke atas dan membuat yang melihatnya, pun menelan ludahnya kasar.
Razen lelaki normal, siapa yang gak tergoda saat melihat pemandangan indah di depan matanya. Lebih lagi pada istrinya sendiri, tentunya dirinya sendiri tidak dapat untuk memungkirinya.
Sedangkan Venza sendiri merasa jika tubuhnya seolah terkunci, mundur susah, maju ke depan juga sulit.
'Mam_pus aku, pasti suamiku akan menyangka jika yang aku lakukan ini adalah kesengajaan.' Batin Venza yang tengah mengerutuki diri sendiri.
"Ngapain pakai handuk yang kecil gitu segala, mau menggodaku?" tanya Razen yang sengaja memergoki istrinya.
"Siapa juga yang mau menggoda kamu, aku itu tadi lupa untuk ambil baju ganti. Salahnya juga, aku tidak ambil handuknya yang besar. Jadi, terpaksa deh aku pakai handuk yang kecil ini. Salah sendiri, aku kan sudah memanggilmu, tapi gak ada jawaban sama sekali, ya udah akhirnya aku keluar aja dari kamar mandi." Jawab Venza mencoba memberi penjelasan kepada suaminya.
"Ngaku aja, gak usah banyak alasan kamu itu. Ya ... aku akui, suami kamu ini sangat tampan dan mempesona. Jadi, perempuan mana yang gak akan tertarik dengan suami kamu ini yang tampan." Ucap Razen dengan sengaja membuat istrinya geram.
Venza yang mendengarnya, pun hanya bergidik ngeri melihat suaminya sendiri.