Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria Asing
"Hanya teman lama," jawab Inayah santai.
Setelah selesai membayar semua belanjaan nya, Ibra mengajak Inayah untuk makan siang, kebetulan saat itu sudah jam 1 siang.
"Kita makan dulu, kamu mau makan apa?" Tanya Ibra.
"Apa aja, terserah Bapak,"
"Aku ingin makan sushi, ayo kita kesitu," Ibra mengarahkan wajahnya ke salah satu restoran sushi di Mall tersebut. Inayah hanya mengangguk, tanda setuju dan mengikuti langkah Ibra.
Kemudian mereka duduk, saling berhadapan lalu memilih dan memesan makanan, "sebentar ya aku ke toilet," kata Ibra kemudian bangkit dari kursinya.
Inayah membuka ponselnya, begitu banyak chat yang masuk, terutama di grup mereka.
Ririn
Iya, gimana kalau siang ini kita makan bareng? ayolah.
Mawar
Iya boleh banget tuh, gimana yas?
Yasmin
Oke, ini si Ina kemana sih, dia yang buka percakapan tapi malah nggak nongol,
Inayah tersenyum melihat chat dari ketiga sahabatnya itu, dan mulai mengetik...
Maafkan aku sahabatku yang cantik-cantik. aku nggak bisa, sekarang aku lagi bekerja.
Saat Inayah sedang asyik dengan ponselnya, tiba-tiba saja seseorang menarik ponsel yang ada di genggaman nya,
"Eh," Inayah menoleh ke pria itu, ia mengira itu adalah Ibra ternyata bukan.
"Berikan aku nomor ponselmu," ucap pria itu sambil melakukan panggilan melalui ponsel Inayah untuk mendapatkan nomornya.
"Kan bisa minta baik-baik, kenapa harus merampas hapeku segala sih?" Inayah merasa kesal, kemudian mengambil kembali ponselnya dari pria itu.
"Kalau nggak dengan cara seperti itu, aku yakin kamu nggak akan memberikannya padaku," ucap pria itu seraya tersenyum.
Ibra sudah kembali dari toilet dan segera menghampiri Inayah yang sedang bertengkar kecil dengan seorang pria.
"Ada apa ini?" suara Ibra mengagetkan keduanya.
"Lo lagi?" Ibra mulai kesal, kenapa pria itu lagi yang bersama Inayah. pria itu menatap sinis ke Ibra.
"Inayah, kalau dia ada kepentingan denganmu, sebaiknya kamu makan saja semeja dengan dia, biar aku makan sendiri disini," ucap Ibra dengan nada kesal.
"Enggak Pak, saya disini aja," jawab Inayah.
"Ayolah Ina, apa kamu nggak kangen sama aku?" Ucap pria itu sambil menatap Inayah dan sedikit melirik ke Ibra.
Ibra mengerutkan dahinya, ada hubungan apa mereka?
"Maaf Bang Riki, sekarang aku sedang bekerja. dan ini adalah Bos ku, lain waktu aja," jawabnya tanpa ragu.
"Hm, apa makan bersama bos adalah bagian dari pekerjaan? aku baru tahu ada pekerjaan seperti itu," jawabnya sinis.
"Iya, ini memang bagian dari pekerjaan Inayah, lantas urusan lo apa?" Ibra benar-benar kesal dengan tingkah pria yang tak ia kenali itu.
"udah, udah. tolong Bang tinggalkan kami, nanti lain waktu kita mengobrol, kan kita udah saling bertukar nomor ponsel, oke?" Ucap Inayah sambil berdiri.
"Oke Ina, aku pegang kata-katamu ya."
Kemudian seorang pria yang bernama Riki itu benar-benar pergi meninggalkan mereka berdua, Inayah bernafas lega. Sementara Ibra masih memasang wajah kesal.
"Maaf ya Pak, atas kejadian hari ini." Inayah merasa tidak enak karena telah merusak mood Ibra yang ia tahu Ibra pasti sangat kesal.
"Iya, kalau aku boleh tahu, ada hubungan apa kamu dengan dia? kalau kamu nggak mau jawab juga nggak apa-apa." ucap Ibra kemudian menyeruput minuman nya.
"Dia kakak kelas saya saat di SMA Pak," Jawab Inayah.
"Hanya itu?" Tanya Ibra lagi karena tidak yakin dengan jawaban Inayah.
Inayah hanya diam tidak menjawab lagi, tak lama kemudian pelayan mengantar pesanan mereka.
Dia nggak jawab, aku yakin bukan sekedar teman, mereka pasti punya hubungan di masa lalu. ah, urusan apa denganku.
"Mending kita makan dulu Pak, saya lapar." Inayah langsung menyantap pesanan nya yaitu dimsum ayam.
"Ah panas,"
"Maka nya hati-hati, lapar berat?" Tanya Ibra sambil menaikkan alisnya.
"Iya, soalnya tadi sarapan nya cuma dikit,"
"Hem, kamu nyindir aku?"
"enggak kok Pak," jawab Inayah tersenyum manis.
"setelah ini kalau kamu mau makan lagi, boleh kok. aku traktir makan sepuasmu,"
"enggak usah Pak, ini aja udah cukup kok."
Kemudian mereka berdiam sejenak, menikmati dan menghabiskan makanan masing-masing.
"Nayah," panggil Ibra pelan.
"Iya Pak?"
"Sarapan tadi pagi itu masakan kamu?"
"Iya, kenapa?"
"Sepertinya lidahku cocok dengan masakan kamu," Ibra berkata jujur, lidahnya telah jatuh hati dengan masakan Inayah. Sejak kepergian Mamanya baru kali itu Ibra merasakan masakan enak, yang membuat ia merindukan masakan Mamanya.
"Lalu?" Inayah megerutkan dahinya mencoba mendengarkan apa yang ingin di katakan Ibra.
***
Bersambung....
like
komen
vote
thankyou ❤
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri