Selamat Membaca kisah Key And Bian 💖💖
Takdir masa lalu Presdir Adiguna Group dan seorang model bernama Jesika, telah membuat sebuah benang kusut untuk kehidupan anak-anak mereka.
Key dan Bian dua manusia yang mengenal arti cinta dengan cara berbeda. Semua terasa sederhana jikalau itu hanya tentang rasa mereka berdua. Tentang cinta berbeda status, tentang orang ketiga. Namun takdir masa lalu orangtua telah menyeret mereka dalam hubungan rumit tentang penghianatan, tentang ibu yang tersakiti, tentang kebencian yang diwariskan.
Dan bagaimana kalau takdir masa lalu itu memunculkan seseorang, anak yang tak diketahui. Dari situlah rumitnya takdir masa lalu itu akan terurai.
Akankan cinta Key dan Bian bersatu menuju perayaan?
Akan ada banyak tawa dan bahagia, namun juga akan ada airmata.
selamat membaca 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaSheira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Canggung
Bian menatap kesal, namun hanya
melihat Anjas lewat sorot mata kebencian. Sekretaris cantiknya sedang berdiri
menunggunya menandatangani beberapa berkas. “ Susi bisa belikan saya es
campur?” Bian memberi perintah setelah selesai menandatangani berkas. Anjas
langsung merengut, demi mendengar perintah Bian. Susi cuma tersenyum dan
mengangguk.
“ Gak ada bosennya minum es campur!”
“ Diam!”
Susi tersontak kaget, dia berhenti melangkah, dia tidak pernah
mendengar Bian bicara sekeras itu. Matanya penuh tanda tanya.
“ Haha, dia sedang kesal padaku.
Kalau sudah selesai, Susi bisa pergi, belikan dua ya. Ini uangnya.” Anjas yang
menyerahkan uang.
“ Baik Pak.” Dia buru-buru berlalu,
menoleh sebentar ke arah Bian yang duduk menyenderkan kepala di kursi.
“Sepertinya Pak Bian sedang ada masalah.” Gumamnya lirih. Lalu dia pergi keluar
kantor, meminta sopir kantor mengantar, membeli es campur langganan.
“ Lalu aku musti bagaimana lagi.
Ketua yang ingin seperti itu.” Posisi Anjas serba salah, karena lagi-lagi dia
hanya menjalankan perintah.
“ Apa perlu melakukannya? ahh,
hanya pacaran saja sudah membuatku muak, apalagi harus diresmikan menjadi
pertunangan. Apa dia sudah gila.” Bian memejamkan matanya berusaha menguasai
diri.
“ Itu perintah ketua Bi. Aku tidak
bisa melakukan apa pun, dia sendiri yang akan mengumumkan pertunangan kalian.”
Bian mengusap wajahnya, mendongakan kepala. “ Aku akan bicara
padanya.”
“ Bi acaranya besok, bisakah tidak
membuat kekacauan di detik-detik terakhir.” Khawatir dengan watak Bian jika sudah
berhadapan dengan ketua.
“ Siapa yang mau membuat kekacauan,
aku hanya ingin bicara padanya.” Tambah emosi saja Bian rasanya. “ Hanya
bicara, bicara, dengar tidak. Bicara, memang aku mau melakukan apa”
“ Baiklah. Ini.” Mengalah saja
Anjas, kamu yang waras di sini, begitu pelipur laranya menghibur.
“ Apalagi? Kau membuat hari ini
menjadi menyebalkan!”
“ Teks pidatomu.”
“ Aaaaah.” Bian frustasi “ Katakan
padaku Kak, kenapa sampai sekarang kamu belum menikah, jangankan menikah, kau
bahkan tidak punya pacar kan?” Bian berusaha meyakinkan Anjas bahwa pertunangan
atau apalah itu adalah kesalahan besar jika dilanjutkan. “Kenapa? Kau juga
tidak percayakan?”
“ Apa?” tanyanya sok tidak paham
maksud pembicaraan Bian.
“ Apalagi, tentu cinta, kau juga
tidak percayakan dengan cinta. “
“ Aku percaya, hanya karena belum
menemukannya bukan berarti aku tidak mempercayainya Bi. Kau juga kan?” bijak ia
menjawab. Membuat Bian mendengus sebal. “ Konon begitulah takdir kehidupan kan,
laki-laki dan perempuan itu telah memiliki ikatan takdir yang dibuat oleh
Tuhan.”
“ Omong kosong apalagi kau Kak.”
Suara ketukan pintu. Susi cantik
sudah membawa nampan dan dua mangkok es campur, es serutnya yang berwarna merah
tercampur susu yang lumer. Ah Bian, sudah tergoda melihatnya.
“ Silahkan Pak.” Dia meletakan satu
di hadapan Bian dan satu di hadapan Anjas. “Selamat menikmati.”
“ Terimakasih Susi, maaf selalu
merepotkanmu.” Anjas menerima esnya
sementara Bian sudah mulai menyendok esnya.
“ Tidak apa-apa Pak, saya permisi .” dia pamit kembali ke tempat duduknya.
“ Baiklah.” Pintu tertutup. Anjas
baru mau membuka mulut memasukan sesuap es, Bian kembali bicara. Duh, anak ini
pendendam amat.
“ Berhenti meyakinkanku tentang
cinta “ langsung berubah ketus.
“ Baiklah.” Mengalah dan ikut
menikmati es campur.
“ Paman sudah menemukan sesuatu?”
Yang disebut paman oleh Bian adalah
ayah Anjas, tangan kanan dari ayahnya. Orang yang selama ini harus melayani
kegilaan ayahnya. Dan ntah, mungkin darah seperti itu sudah mengalir di tubuh
keluarganya. Anaknya pun harus mengikuti kegilaannya.
“ Sepertinya belum. Ntahlah,
mungkin mereka pindah keluar negri, ke Afrika mungkin.”
Mereka sama-sama menikmati es
campur, Bian samar mengingat wajah itu. Model cantik berprilaku sopan,
beberapa kali mereka pernah bertemu. Namun,ingatan wajahnya samar di memorinya. Sebaik dan sesopan apa pun wanita
itu, ia jijik untuk hanya menyentuh tangannya.
Es Anjas sudah habis. “ Baca teks pidatomu, aku mau mengecek
persiapan final semuanya. Dan juga, kumohon, jaga sikapmu di hadapan ketua.”
Rasa sebal itu muncul lagi. Apalagi
kalau Anjas sudah sok mengguruinya, walaupun apa yang ia katakan memang benar. “
Aku tahu, pergi sana.” Setelah Anjas berlalu, dia masih menghabiskan es campur
yang ada di dalam magkoknya. Sambil membaca teks pidato. “ Apa-apaan ini, apa
dia mau aku mengatakan ini di depan umum. “ Malas ia membaca lagi, dibantingnya
begitu saja teks pidato. Terpuruk menyedihkan di ujung meja. Lalu ia meraih
ponselnya.
“ Dia bahkan tidak pernah mengirim
pesan padaku, chatnya pun dibuka terakhir kemarin. “ Bian habis memeriksa akun
chat milik Key. Gadis itu pasti sedang mengusap peluh melayani pelanggannya.
Tidak sabar untuk segera malam. Dia ingin menjadi dirinya sendiri, seorang Bian
yang tidak harus tersenyum kepada semua orang. Seorang Bian yang diterima
dengan sangat bersahabat oleh seorang penjaga kasir manis yang selalu tersenyum
kepada semua orang. Bahkan kepada dirinya, tanpa curiga tanpa pernah banyak
bertannya.
“ Apa yang sedang Kak Bian
pikirkan?” Key memandang wajah Bian yang sepertinya melamun tadi. “ Makanannya
tidak enak ya?”
Bian tersadar dari lamunannya.
Bodohnya ia, kenapa bisa melamun di situasi seperti ini. Bukankah dia selalu
menunggu waktu malam untuk berada di situasi semacam ini. “ Ah tidak, boleh aku
tanya sesuatu Key?”
“ Tentu.”
“ Apa yang kamu pikirkan tentangku, saat
pertama kali kita bertemu? Apa kau menyukaiku.”
Key menggelengkan kepala. “ Tidak.
Haha. Key sebal dengan sikap Kak Bian.”
“ Jujur sekali.” Mendengus sebal.
“ Haha, tapi kenapa tiba-tiba
menanyakan itu?” Key merasa bersalah jadinya kan.
“ Tidak apa-apa, hanya penasaran
saja. Aku pun tidak menyukaimu.” Wajah key langsung berubah sedih. “ Kenapa
dengan wajahmu itu?”
“ Habis Kak Bian tadi bilang tidak
menyukaiku, aku kan jadi sedih.” Key makan lagi, walaupun tidak seantusias tadi.
Key terperanjak saat Bian menyentuh
rambut dan menyelipkannya di telinga. Dadanya tiba-tiba berdebar kencang. Dia
memalingkan wajah begitu pula Bian.
Apa aku sudah gila, kenapa aku menyentuh rambutnya. Bagaimana ini, apa yang akan
dipikirkan Key.
Bian tidak berani mengintip untuk
melihat reaksi yang muncul di wajah Key.
Diapun berusaha menahan debaran dadanya sendiri.
Apa yang dilakukan Kak Bian, kenapa dia
menyentuh rambutku. Ah, aku bahkan tidak
berani melihat wajahnya sekarang. Key menunduk dalam.
Mereka sama-sama memilih menundukan
kepala dan menghabiskan makan malam. Suasana tiba-tiba berubah menjadi
canggung. Key bisa mendengar Bian menarik nafas kuat-kuat, begitu pula dirinya.
Mencerna kejadian yang baru saja terjadi.
“ Hemm, kenapa kak Bian tidak
menyukaiku.” Ragu Key bertanya. Setelah cukup lama mereka terdiam.
“ Sebal saja, melihatmu tersenyum
pada semua orang dengan entengnya. Apa karena kamu pegawai minimarket, jadi
tersenyum seperti itu pada pelanggan sudah seperti menghirup nafas, jadi aku
berfikir kalau senyumanmu itu palsu.” Bian menjawab cepat mengusir canggung.
Key menoleh, ada pelanggan yang
masuk. Itu malah menyelamatkan situasi yang sejenak tidak terkendali. Dia
berlari ke kasir. “ Selamat datang.” Key
menoleh ke arah Bian yang sedang menghabiskan makanannya. Berfikir keras, apa yang ada di kepala Bian sekarang.
“ Oo, ini saja Kak?” ia lalu
menghitung semuanya. Setelah pelanggan terakhirnya pergi, Key masih berdiri di
belakang kasir.
“ Apa kamu mau berdiri di belakang
kasir itu terus?” Suara Bian terdengar jelas menyuruhnya mendekat.
“ Oohh.” Key berjalan mendekati Bian. Dia sudah selesai
makan dari tadi. “ Sudah selesai Kak?”
“ Duduklah.” Key menurut saja, lalu
ia pun duduk. “ Katakan, kalau sekarang bagaimana aku menurutmu.”
“ Kenapa menanyakan itu lagi?”
canggung, ia mengaduk-aduk makanannya yang masih tersisa.
“ Tadikan belum selesai, apa
sekarang kamu menyukaiku.” Key terdiam. Binggung. “ Kalau aku, aku menyukaimu
sekarang. Maaf karena pernah berprasangka buruk tentangmu.”
“ Apa?” Binggung Key jadinya.
“ Ya sebagai temanmu.”
“ Oh iya. Key juga suka Kak Bian
sebagai teman. “
Mereka hanya saling menyukai
sebagai seorang teman. Sama-sama berbohong, namun sama-sama saling memalingkan
muka untuk mengakui. Key tanpa sadar menyentuh tangan Bian, mereka sama-sama
terkejut dan menarik tangan mereka secara bersamaan. Sambil tersenyum malu dan
canggung.
“ Sepertinya besok aku tidak bisa
datang.”
“ Kebetulan sekali, Key juga tidak bisa kerja besok Kak.”
“ Kenapa?” Penasaran di wajah Bian
muncul.
“ Ada pesanan somai buat pesta.”
“ Benarkah, aku juga ingin datang
ke pesta itu, belum pernah mencoba somainya key.”
“ Benarkah? Kalau begitu
kapan-kapan nanti Key bawakan somainya. Tapi...” ragu-ragu ia terdiam.
“ Kenapa?”
“ Itu, pestanya itu pesta khusus
Kak, cuma undangan yang boleh masuk. Tapi Key janji lain kali akan bawakan Kak
Bian somai.” Wajah Key terlihat khawatir, malah membuat Bian merasa lucu. Dan
dia pun tertawa, menikmati setiap inci ekspresi wajah itu. “ Kenapa malah
tertawa.”
“ Pasti pestanya mewah ya, cuma undangan
spesial yang bisa masuk.”
“ Tidak tahu juga Kak. Tapi Kak
Bian tidak kecewakan?”
“ Kenapa?”
“ Tadi, yang mau datang ke pesta.”
“ Haha, tidak Key. Aku juga ada
urusan besok.”
Malam semakin larut, Key menghitung
pendapatan, menutup toko, sekarang Bian yang selalu membantunya. Mereka bertemu
setiap malam. Bercerita tentang banyak hal. Lalu Bian pun mengantar Key sampai
gang depan rumah. Ah, kejadian itu berulang setiap malam, namun mereka selalu
saja merasa canggung ketika harus berpisah.
Bersambung................
Selamat datang dikawasan “suka tapi cuma bisa jadi teman”
^_^
Terima kasih tuk karya yg berkesan cantik..
kamu bisa di tegor atasan mu key🤣