Suara Raja Bramasta terdengar tegas, namun ada nada putus asa di dalamnya
Raja Bramasta: "Sekar, apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah bilang, jangan pernah menampakkan diri di hadapanku lagi!"
Suara Dayang Sekar terdengar lirih, penuh air mata
Dayang Sekar: "Yang Mulia, hamba mohon ampun. Hamba hanya ingin menjelaskan semuanya. Hamba tidak bermaksud menyakiti hati Yang Mulia."
Raja Bramasta: "Menjelaskan apa? Bahwa kau telah menghancurkan hidupku, menghancurkan keluargaku? Pergi! Jangan pernah kembali!"
Suara Ibu Suri terdengar dingin, penuh amarah
Ibu Suri: "Cukup, Bramasta! Cukup sandiwara ini! Aku sudah tahu semuanya. Aku tahu tentang hubunganmu dengan wanita ini!"
Bintang Senja terkejut mendengar suara ibunya. Ia tidak pernah melihat ibunya semarah ini sebelumnya.
Raja Bramasta: "Kandahar... dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."
Ibu Suri: "Tidak seperti yang kupikirkan? Jadi, apa? Kau ingin mengatakan bahwa kau tidak berselingkuh dengan dayangmu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainul hasmirati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kisah Tentang Bintang Jatuh dan Harapan
Perjalanan menuju Kerajaan Utara terasa seperti mimpi yang menjadi kenyataan bagi Bintang. Setiap hari yang berlalu, ia semakin tenggelam dalam pesona Pangeran Kael. Mereka berbagi cerita, tawa, dan bahkan mimpi-mimpi terpendam di bawah langit senja. Bintang mulai melihat Kael bukan hanya sebagai seorang pangeran, tetapi sebagai seorang pria dengan hati yang tulus dan penuh perhatian.
Suatu malam, di sebuah penginapan kecil yang terletak di tepi hutan yang sunyi, mereka duduk berdua di beranda. Langit malam bertaburan bintang, menciptakan suasana yang magis.
"Lihatlah bintang-bintang itu, Pangeran," bisik Bintang, matanya berbinar. "Mereka seolah menari di angkasa."
"Ya, Bintang," sahut Kael, nadanya lembut. "Mereka mengingatkanku pada keindahan yang tersembunyi di dalam dirimu."
Bintang tersenyum, pipinya merona. "Aku selalu percaya pada bintang jatuh," katanya. "Konon, setiap kali ada bintang jatuh, harapan akan menjadi kenyataan."
Kael menatapnya dengan rasa ingin tahu. "Benarkah? Aku belum pernah mendengar tentang itu."
"Itu adalah kepercayaan kuno di Kencana Loka," jelas Bintang.
"Kami percaya bahwa jika kita mengucapkan harapan dengan sepenuh hati saat melihat bintang jatuh, alam semesta akan mendengarkannya."
"Mungkin kita harus mencobanya malam ini," usul Kael dengan senyum menggoda. "Siapa tahu, impian kita bisa menjadi kenyataan."
Bintang tertawa kecil. "Aku akan sangat senang jika itu terjadi, Pangeran."
Mereka terdiam sejenak, menikmati keheningan malam yang hanya dipecah oleh suara jangkrik. Tiba-tiba, sebuah bintang jatuh melesat di langit, meninggalkan jejak cahaya yang mempesona.
"Lihat, Pangeran!" seru Bintang dengan semangat. "Bintang jatuh! Cepat, ucapkan harapanmu!"
Kael tersenyum dan menutup matanya. Dalam hatinya, ia memohon agar Bintang selalu bahagia dan berada di sisinya. Setelah beberapa saat, ia membuka matanya dan menatap Bintang dengan tatapan penuh kasih.
"Aku sudah mengucapkan harapanku, Bintang," katanya. "Sekarang giliranmu."
Bintang mengangguk dan memejamkan matanya. Ia berharap agar ia bisa menemukan kedamaian dan kebahagiaan sejati dalam hidupnya, dan agar cintanya pada Kael bisa bersemi selamanya. Ketika ia membuka matanya, ia merasa ada sesuatu yang berubah di dalam dirinya.
"Aku juga sudah mengucapkan harapanku, Pangeran," katanya dengan suara bergetar. "Semoga harapan kita bisa terkabul."
"Aku yakin itu akan terjadi, Bintang," balas Kael, menggenggam tangannya dengan erat.
Suasana di antara mereka menjadi semakin intim dan romantis. Bintang merasa jantungnya berdebar kencang.
"Pangeran," kata Bintang dengan nada serius. "Ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu."
"Apa itu, Bintang?" tanya Kael dengan lembut.
Bintang menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Apakah kau benar-benar mencintaiku?"
Kael terkejut dengan pertanyaan itu. Ia menatap Bintang dengan tatapan yang dalam dan tulus.
"Ya, Bintang," jawabnya dengan sungguh-sungguh.
"Aku mencintaimu lebih dari yang bisa kau bayangkan. Aku mencintai kecantikanmu, kecerdasanmu, dan hatimu yang penuh kasih. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu."
Air mata haru mengalir di pipi Bintang. Ia tidak pernah menyangka bahwa Kael benar-benar mencintainya.
"Aku juga menyayangimu, Pangeran," bisiknya dengan suara lirih. "Tapi, aku tidak yakin apakah aku pantas untukmu. Aku memiliki rahasia yang mungkin akan mengubah pandanganmu tentangku."
Kael mengerutkan kening. "Rahasia apa, Bintang?"
"Aku adalah seorang putri yang melarikan diri dari kerajaanku," ungkap Bintang dengan nada cemas.
"Aku melarikan diri karena aku tidak ingin dijodohkan dengan pria yang tidak kucintai. Aku adalah Putri Bintang Senja dari Kencana Loka."
Pangeran Kael kaget dan terdiam sejenak, mencoba mencerna informasi itu. Kemudian, ia tersenyum dan menggenggam tangan Bintang dengan lebih erat.
"Aku tidak peduli siapa kau sebenarnya, Bintang," katanya dengan tulus. "Aku mencintaimu apa adanya. Kau tidak perlu menyembunyikan apa pun dariku."
Bintang merasa lega dan terharu mendengar kata-kata Pangeran Kael. Ia merasa diterima dan dicintai tanpa syarat apapun.
"Terima kasih, Pangeran," katanya dengan suara bergetar. "Kau adalah pria yang luar biasa."
Kael mendekatkan wajahnya ke wajah Bintang, matanya memancarkan cinta yang mendalam.
"Aku ingin menciummu, Bintang," bisiknya dengan nada penuh hasrat.
Bintang mengangguk, tidak mampu berkata apa-apa. Ia juga merasakan keinginan yang sama.
Kael dengan lembut menyentuh bibir Bintang dengan bibirnya. Ciuman itu dimulai dengan lembut, tetapi kemudian menjadi semakin dalam dan penuh gairah. Bintang merasa seperti seluruh tubuhnya terbakar oleh api cinta.
Ketika mereka akhirnya melepaskan ciuman itu, mereka saling menatap dengan tatapan yang penuh dengan cinta dan kerinduan.
"Aku menyayangimu, Bintang," bisik Kael dengan suara serak.
"Aku juga menyayangimu, Pangeran," balas Bintang dengan nada yang sama.
"Aku berjanji akan selalu melindungimu, Bintang," kata Kael dengan sungguh-sungguh. "Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu."
"Aku percaya padamu, Pangeran," jawab Bintang dengan yakin.
"Aku juga berjanji akan membantumu kembali ke Kencana Loka dengan selamat," lanjut Kael. "Aku akan membantumu menyelesaikan masalahmu dengan keluargamu."
Bintang merasa hatinya dipenuhi dengan rasa syukur dan cinta yang tak terhingga. Ia tahu bahwa ia telah menemukan pria yang tepat untuk menghabiskan sisa hidupnya.
"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan," pikir Bintang dalam hati. "Tapi, aku tahu bahwa aku ingin selalu berada di sisi Pangeran Kael. Ia adalah pria yang kucintai dan kupercayai. Bersama, kami bisa menghadapi segala rintangan yang menghadang."
Akhirnya, mereka tiba di Kerajaan Utara. Bintang terpesona dengan keindahan dan kemegahan kerajaan itu. Istana-istana yang megah, taman-taman yang indah, dan jalan-jalan yang ramai dipenuhi oleh orang-orang yang berpakaian warna-warni.
Festival budaya diadakan di sebuah lapangan luas di pusat kota. Berbagai macam pertunjukan seni dan budaya ditampilkan di sana. Mulai dari tarian tradisional, musik klasik, hingga pertunjukan teater modern. Bintang merasa sangat terhibur dan terinspirasi dengan semua pertunjukan itu.
Selama festival budaya, Bintang dan Kael selalu bersama. Mereka mengunjungi berbagai stan pameran, mencicipi makanan-makanan khas Kerajaan Utara, dan berinteraksi dengan para seniman dan budayawan. Bintang merasa semakin dekat dengan Kael. Ia mulai menyadari bahwa ia tidak hanya menyayangi sang pangeran, tetapi juga mencintainya dengan segenap hatinya.
Suatu malam, saat mereka sedang menonton pertunjukan kembang api di langit malam, Kael menggenggam tangan Bintang dan menatapnya dengan tatapan penuh cinta.
"Bintang," kata Kael dengan suara lirih. "Ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu."
"Apa itu, Pangeran?" tanya Bintang dengan nada penasaran.
"Aku mencintaimu, Bintang," kata Kael dengan tulus. "Aku mencintaimu lebih dari apa pun di dunia ini. Aku ingin kau menjadi ratuku dan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku."
Bintang terkejut mendengar pengakuan Kael. Air mata mulai mengalir di pipinya, tetapi kali ini adalah air mata kebahagiaan.