Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Aryo Melarikan Diri
Dewa dan lainnya kembali siang harinya lalu memberikan kabar kepada Nadia bahwa mereka tak menemukan informasi apapun mengenai keberadaan Dion.
Rumah yang ditunjukkan Aryo sebagai tempat pembuangan bayinya ternyata sudah tak berpenghuni sejak 1 bulan lalu. Tetangga mengatakan jika pemilik aslinya berada di luar kota dan hanya 2 orang pekerja pria yang datang setiap hari hanya untuk membersihkan dan merawat rumah. Mereka juga menyampaikan tak pernah mendengar suara bayi di rumah itu.
"Jadi, di mana Dion berada?" tanya Nadia kembali menangis.
Dewa mengendikkan bahunya.
"Apa mungkin Aryo sudah melenyapkannya?" Nadia menuding.
Dewa, Delon dan kedua orang tuanya saling pandang.
"Aku harus menemui Aryo lagi. Dia pasti sudah menghabisi anaknya!" terka Nadia lagi.
"Sepertinya ada seseorang yang memungut Dion!" ucap Delon coba menebak.
"Apa kalian sudah melihat CCTV tetangga rumah itu?" tanya Nadia.
"Sudah. Beberapa bulan lalu, tepatnya satu hari setelah Dion menghilang ada mobil berhenti di depan pagar dan menurunkan sebuah kardus minuman. Selang satu jam kemudian, ada mobil yang berhenti di depannya juga. Diyakini itu mobil pemilik rumah, dia mengambil kardus dan membawanya masuk ke mobil," jawab Dewa menuturkan penelusurannya di kota itu. Tetangga rumah itu juga tampak syok dan terkejut ketika mengetahui bahwa kardus berisi bayi. Namun, mereka memang tak pernah sekalipun mendengar suara tangisan bayi.
"Apa kalian tahu wajah pemilik rumah itu?" tanya Nadia lagi.
Dewa dan Delon menggelengkan kepalanya.
"Masa 'sih tidak terlihat?" kesal Nadia.
"Karena arah posisi CCTV tetangganya sangat jauh dan samar makanya tak terlihat jelas," ujar Delon turut menjelaskan.
"Ya ampun, Dion, kamu di mana 'sih, Nak?" Nadia duduk dan meraup wajahnya, ia begitu frustrasi.
Nella duduk merangkul putrinya lalu memeluknya, menguatkannya agar tetap sabar dan yakin jika suatu hari nanti akan menemukan Dion.
-
Marcell datang berkunjung karena sudah 2 hari Nadia tak datang memberikan ASI Mario. Tentunya, kehadirannya juga ingin mengetahui tentang keberadaan anaknya wanita itu. Sebelum bertemu langsung dengan Nadia, ia terlebih dahulu menyapa dan berbincang dengan kedua orang tuanya Nadia.
Marcell merasa kasihan sebab keinginan Nadia berjumpa dengan putranya gagal. Ia juga tak dapat memaksa Nadia menyusui Mario hari ini meskipun Mario terus rewel. Marcell mau Nadia sendiri yang penuh kesadaran penuh menghampiri putranya.
Begitu Nadia keluar kamar dan berhadapan dengan Marcell, tanpa canggung Nadia memeluknya. Nadia meluapkan kesedihannya di dada pria itu.
Marcell hanya diam ketika Nadia memeluknya, ia membiarkan Nadia menyampaikan curahan hati yang sangat memilukan. Ia juga tak mampu mengucapkan kata 'sabar' karena belum tentu juga dirinya bisa.
Setelah Nadia puas menangis dipelukannya Marcell, ia mendongakkan kepalanya menatap pria itu dan bertanya, "Bagaimana kabar Mario? Dia tidak rewel 'kan selama aku tinggal beberapa hari ini?"
"Dia baik-baik saja, kamu tidak perlu khawatir," jawab Marcell berbohong.
"Aku sangat merindukannya!" kata Nadia.
"Aku juga!" ceplos Marcell.
Nadia mengernyitkan dahinya menatap pria yang ada dihadapannya.
"Hari ini kamu tak usah ke rumah, tenangkan saja dirimu dulu. Jika memang sudah siap, kamu boleh menemui Mario dan menyusuinya," Marcell mengalihkan pembicaraan.
"Sepertinya aku tidak bisa meninggalkannya terlalu lama. Karena akan membuat tubuhku sakit!" kata Nadia.
"Tubuhmu sakit?" Marcell tampak heran.
"Kamu bisa nanti menanyakannya kepada istrimu!" ucap Nadia melepaskan pelukannya dan menyeka air matanya.
"Kenapa bukan kamu saja yang menjelaskannya?" tanya Marcell penasaran.
"Aku bukan istrimu!" jawab Nadia memukul pelan lengannya Marcell.
Nadia pun memutuskan ikut ke rumahnya Marcell, walaupun sedih ia tak mau Mario mencarinya apalagi sudah lewat 24 jam mereka tak bertemu.
Sesampainya di rumah Marcell, Nadia segera meraih tubuhnya Mario lalu menyusuinya. Sebelumnya ASI-nya sudah dibuangnya jadi ia membiarkan payu-daranya 1 jam kosong dan terisi kembali.
"Maafin Tante, ya!" Nadia merasa menyesal telah meninggalkan Mario lebih 1 harian.
Mario hanya memberikan senyuman singkat kala ditatap ibu susunya.
"Sebentar lagi kamu akan bertemu dengan Dion, Tante harap kamu tidak cemburu, ya!" kata Nadia lalu tersenyum.
***
Dua hari selepas pencarian bayinya, Aryo tiba-tiba mendadak menghilang. Rumah orang tuanya tampak kosong. Kantor milik Aryo juga telah ditutup, beberapa karyawan berada di luar menagih janji pembayaran gaji yang sudah 2 bulan tak dibayar.
Mendengar hal itu lagi-lagi membuat Nadia sedih. Jauh kemungkinan dirinya tak dapat bertemu lagi dengan anaknya. Menurut kabar beredar kalau Aryo melarikan diri ke luar negeri bersama Tania. Saat ditemui dikediaman wanita itu, orang tuanya Tania membantah putrinya ikut ke luar negeri. Mereka bilang jika Tania sedang berada di luar kota dalam urusan pekerjaan.
"Maafkan aku yang belum bisa membantumu maksimal!" ucap Marcell merasa bersalah karena tak dapat menemukan bayinya Nadia.
"Tidak apa-apa, Cell. Mungkin sekarang aku harus mengikhlaskan Dion!" kata Nadia dengan cucuran air mata.
"Tapi, aku akan tetap mencarinya. Apapun hasilnya!" janji Marcell.
"Terima kasih, Cell. Kamu sudah banyak membantuku!" kata Nadia lagi, ia tahu bagaimana usahanya mantan tunangannya mencari keberadaan anaknya.
"Sekarang kamu istirahatlah. Mario juga sudah tidur. Aku berangkat ke kantor, ya!" ucap Marcell kemudian berlalu meninggalkan kamar putranya dan Nadia.
-
Nadia terbangun 2 jam kemudian, ia melangkah ke dapur mencari makanan untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Padahal, dirinya telah sarapan 3 butir telur rebus, segelas susu sapi segar dan setengah buah mangga.
"Nona mau makan, biar saya buatkan!" ucapan seorang pelayan wanita.
"Masak yang mudah dan tak ribet saja!" kata Nadia memegang perutnya karena sangat lapar.
"Dada ayam panggang dan jus alpukat tanpa gula. Apa Nona mau?" sang pelayan menawarkannya.
"Boleh juga," kata Nadia lagi.
"Tunggu sebentar, Nona!" pelayan melangkah ke lemari es dan membukanya lalu mengeluarkan sepotong dada ayam.
Nadia menunggu di depan layar televisi, hal itu dilakukannya buat mengalihkan rasa laparnya.
Selang 15 menit kemudian, beberapa irisan potongan dada ayam di dalam wadah piring tersaji di meja begitu juga segelas jus alpukat. Nadia lalu menyantap hidangan yang dibuat oleh pelayannya Marcell.
Selesai makan, Nadia meletakkan piring dan gelas kotor ke wastafel cucian peralatan makan. Ia lalu kembali ke kamar dan menyusui Mario yang sudah bangun.
Setelah menyusui, Nadia membawa Mario keluar kamar menikmati udara dan matahari yang masuk ke rumah melalui jendela.
"Kita di sini saja, ya, bosan terus di kamar!" Nadia meletakkan Mario di keranjang ayunan yang berada di ruang televisi.
Mario membalas perkataan Nadia dengan tawa khas bayi.
"Kamu lucu banget!" Nadia tersenyum sembari memegang kedua pipi lembutnya Mario menggunakan jari jempol dan telunjuk tangan kanannya.
"Nadia, kenapa kamu di sini?"
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn