George Zionathan. Pria muda yang berusia 27 tahun itu, di kenal sebagai pemuda lemah, cacat dan tidak berguna.
Namun siapa sangka jika orang yang mereka anggap tidak berguna itu adalah ketua salah satu organisasi terbesar di New York. Black wolf adalah nama klan George, dia menjalani dua peran sekaligus, menjadi ketua klan dan CEO di perusahaan Ayahnya.
George menutup diri dan tidak ingin melakukan kencan buta yang sering kali Arsen siapkan. Alasannya George sudah memiliki gadis yang di cintai.
Hidup dalam penyesalan memanglah tidak mudah, George pernah membuat seseorang gadis masuk ke Rumah Sakit Jiwa hanya untuk memenuhi permintaan Nayara, gadis yang dia cintai.
Nafla Alexandria, 20 tahun. Putri Sah dari keluarga Alexandria. Setelah keluar dari Rumah Sakit Jiwa di paksa menjadi pengganti kakaknya menikah dengan putra sulung Arsen Zionathan.
George tetap menikahi Nafla meskipun tahu wanita itu gila, dia hanya ingin menebus kesalahannya di masalalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Incy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 IGTG
Tidak saling terima kesalahan masing-masing, untuk pertama kalinya, saudara kembar itu baku hantam.
George bergerak cepat, menerjang udara kosong, Felix mengikuti setiap gerakan George, sebelum menangkap tinjuannya. Mencoba beberapa kali menjatuhkan George ke lantai.
Sayangnya George bangkit dengan gesit dan kembalikan keadaan, Felix ter banting.
George memutar tubuhnya dengan mengarahkan sebuah pukulan ke punggung adiknya. Felix yang tak sempat menghindar itu mengeraskan rahangnya. Merasakan seluruh tubuhnya menyengat.
Petarungan berlangsung sangat gesit, keduanya sama sekali tidak ada yang mau mengalah, tidak ada rasa lelah pada keduanya, sementara Arsen hanya menonton sembari menikmati kopi.
Sedangkan Luna merasa khawatir, kedua putra sambungnya bisa saling melukai. “Arsen, kau harus melakukan sesuatu, lihatlah mereka bisa saling membunuh." Cemas Luna.
Arsen menghela nafas panjang, menyakiti tetapi merasa paling tersakiti, itulah George. Melihat Felix yang beberapa kali terjatuh, Arsen segera bangkit dan menarik dua senjata api dari balik punggungnya.
Arsen berjalan menghampiri keduanya yang posisinya George berada di atas tubuh sang Adik dan memberikan pukulan bertubi-tubi di wajah tampan itu.
Grep
Arsen menarik kerah kemeja George sampai membuat pemuda itu terjengkang kebelakang. Baik George maupun Felix keduanya sama-sama terengah-engah.
Beberapa detik kemudian, Arsen melempar dua pistol kearah keduanya. Membuat dua pemuda itu melihat kearahnya.
“Gunakan itu biar cepat selesai masalahnya, bagus kalau kalian berdua mati bersama." Arsen bicara seakan tidak perduli, tetapi tidak ada yang tau keadaan jantungnya seakan ingin meledak, bagaimana kalau keduanya benar-benar mengambil pistol itu dan saling menembak.
“Dad.. Kau.. " Felix ternganga tidak percaya.
Arsen menaikan sebelah alisnya. “Apa? bukannya kalian ingin saling membunuh? Daddy hanya mempercepat prosesnya." Jawab Arsen.
“Astaga!! Arsen, apa kau sudah gila bagaimana kalau.. "
“Biarkan saja, kita masih punya Carey atau kita bisa adopsi anak dari panti." Sela Arsen seakan tidak ingin pusing.
“Arsen!!" Geram Luna, bukan saatnya bercanda, tetapi suaminya seperti tengah menantang kematian kedua putranya.
“Kita sudah tua, Luna, saatnya menikmati hidup, bukan mempersulit hidup, kalau mereka tidak bisa berdamai dan ingin saling menghabisi biarkan saja." Ucap Arsen menghela nafas panjang.
“Kau benar-benar gila, mereka berdua putra.. "
“Tetapi mereka tidak menganggapku ada? kalau mereka menghormati ku sebagai Ayahnya, pasti akan mendengarkan nasehatku sejak tadi. Tetapi lihat apa yang mereka lakukan?.. Ingin saling menghabisi."
George dan Felix saling pandang, keduanya hanya diam tidak memiliki jawaban apapun. Seharusnya sadar sama-sama salah.
“Di dalam sana, Nafla tengah berjuang, entah apa yang akan terjadi padanya, pada calon cucu kita, dia sebagai suaminya bukannya menyesali perbuatannya malah menyalahkan adiknya." Lanjut Arsen, sudah hampir dua jam mereka belum mendapatkan kabar tentang kondisi Nafla.
“Dan dia.. " Arsen menunjuk kearah Felix. Menghela nafas panjang. “Dia juga tidak menyadari kesalahannya., sejak tadi aku sudah membuat jalan keluar agar keduanya bisa berdamai dan memperbaiki semuanya, tetapi Apa yang terjadi malah seperti ini, Luna."
Luna mengangguk pelan. Ya, keduanya hanya perlu saling memaafkan saja dan memulai dari awal, tetapi kembali lagi, sama-sama egois dan tidak mau saling mengalah.
“Dad.. "
Arsen mengangkat sebelah tangannya. “Sudahlah.. Lanjutkan saja.. Ayo Luna, kita lihat bagaimana keadaan wanita malang itu."
Arsen membawa langkahnya kembali masuk ke rumah sakit, kalaupun kedua putranya ingin saling menembak, mungkin sudah takdirnya.
***
Sakit tertusuk belati tidaklah seberapa, meskipun bekas jahitannya kembali terbuka dan mengeluarkan cairan merah, George tidak merasa sakit sama sekali.
Dia hanya mengepalkan kedua tangannya erat, berdiri tegak di depan pintu ruangan, menunggu Dokter keluar, sampai beberapa menit kemudian, terdengar pintu terbuka.
“Dok, bagaimana keadaan menantuku?" Luna lebih dulu memberikan pertanyaan.
Dokter membuka maskernya dan menghela nafas berat, dari raut wajahnya menunjukkan ada penyesalan.
“Menantu Anda sedang hamil dua minggu, tetapi dia mengalami abortus insipiens atau lebih jelasnya di sebut juga keguguran yang tidak bisa di hindari." Ucapnya.
Luna menutup mulutnya dengan kedua tangannya, matanya memerah, wanita itu menoleh ke arah Arsen yang memejamkan matanya.
Sementara George wajahnya nampak memerah, dia tetap berdiri di posisinya.
“Terjadi pukulan sangat keras di area perutnya, sehingga menyebabkan pendarahan dan keguguran yang tidak bisa di hindari. Sekali lagi tolong maafkan kami Nyonya, kami sudah berusaha semaksimal mungkin dan hanya bisa menyelamatkan nyawa menantu Anda." Lanjut sang Dokter.
Hancur, itulah yang George rasakan, dia mengangkat kedua tangannya, tangan itulah yang memberikan pukulan beberapa kali pada perut istrinya sendiri.
“Dok, bagaimana keadaan istriku?" Tanya nya.
“Saat ini, pasien masih belum sadar, Tuan, luka tembak yang di alaminya juga cukup serius, peluru yang di bersarang di punggungnya memiliki racun." Jawab Dokter itu.
Setelah mengatakan penyesalannya, Dokter itu segera pergi ke ruangannya dan beberapa suster bersiap untuk memindahkan Nafla ke ruangan VVIP.
Wanita cantik itu terbaring lemah di atas ranjang, George hanya bisa melihat tanpa berani menyentuhnya.
George tidak tau setelah ini bagaimana dia akan menghadapi Nafla, apakah istrinya itu masih menerimanya atau akan memberontak dan meninggalkannya.
“George, kau mau kemana?" Tanya Luna, ketika melihat dia George hendak pergi.
George menghentikan langkahnya. “Aku akan mengurus sesuatu, tolong jaga dia." Jawabnya tanpa menoleh.
***
George menghentikan mobilnya di bangunan yang nampak sepi, matanya memanas kala melihat seorang wanita yang berdiri menunggu kedatangannya.
Wanita cantik, yang pernah dia cintai, apapun dia lakukan hanya untuk menyenangkannya, bahkan sempat membuatnya berpikir ingin sedikit memberikan pengampunan atas apa yang sudah terjadi.
Tetapi kali ini tidak akan ada kesempatan itu, dia kembali menyakiti Nafla dan membuat calon bayinya tiada. George membuka pintu mobilnya dan keluar.
“George!!" Naraya menghampiri pria pujaannya. Seperti biasanya manja.
Naraya sebenarnya ingin bertanya sejak kapan George bisa berjalan? Tetapi dia mengurungkan niatnya, tidak ingin membuat mood pria itu berantakan.
“Kau dari mana saja? apakah kau sudah menangkap Nafla? di mana dia? Aku ingin memberikannya pelajaran karena sudah membunuh Daddy." Tanya Naraya terlihat begitu kehilangan.
Mendengar kata Daddy, perut George kembali mual, dia mengingat kembali video yang Arsen berikan.
“George.. "
Naraya melebarkan matanya dan mundur beberapa langkah sembari memegangi perutnya. Sedangkan George hanya menatapnya datar.
Memang seharusnya sejak awal seperti ini, dia tidak perlu bertele-tele, langsung saja ke intinya.
“George.. Kau.. "
“Hmm, aku hanya mempercepat prosesnya, kau pasti sangat merindukan Daddy sekaligus penghangat ranjang mu, kan? Jadi susul saja dan sekalian kau bawa calon bayi kalian." ucap George menyeringai.
Naraya terjatuh dengan nafas tercekat... George melangkah mendekat dan..
“Arghhhhh!" Dengan kuat kaki George berada di atas perut Naraya dan menekannya kuat.
gk pnts jd ank
puas kau... kau tendag perut ny brkali"... laki kau...
tlg psh kn merk
kalau aku jadi nafia aku si ogah balik lagi ke orang yg plin plan
ud aq tebak dy gk gila cp" kau nara