NovelToon NovelToon
Sebelum Segalanya Berubah

Sebelum Segalanya Berubah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Dunia Masa Depan / Fantasi / TimeTravel
Popularitas:810
Nilai: 5
Nama Author: SunFlower

Rania menjalani kehidupan yang monoton. Penghianatan keluarga, kekasih dan sahabatnya. Hingga suatu malam, ia bertemu seorang pria misterius yang menawarkan sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal. "Kesempatan untuk melihat masa depan."

Dalam perjalanan menembus waktu itu, Rania menjalani kehidupan yang selalu ia dambakan. Dirinya di masa depan adalah seorang wanita yang sukses, memiliki jabatan dan kekayaan, tapi hidupnya kesepian. Ia berhasil, tapi kehilangan semua yang pernah ia cintai. Di sana ia mulai memahami harga dari setiap pilihan yang dulu ia buat.

Namun ketika waktunya hampir habis, pria itu memberinya dua pilihan: tetap tinggal di masa depan dan melupakan semuanya, atau kembali ke masa lalu untuk memperbaiki apa yang telah ia hancurkan, meski itu berarti mengubah takdir orang-orang yang ia cintai.

Manakah yang akan di pilih oleh Rania?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SunFlower, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#18

Happy Reading...

.

.

.

Hari ini, sepulang dari kantor Rania memutuskan untuk berjalan kaki menuju taman yang berada tidak terlalu jauh dari gedung perusahaan. Langkahnya pelan dan tanpa tujuan jelas, seolah hanya ingin menunda waktu sebelum kembali ke rumah yang belakangan terasa asing meski ia tinggal di sana sudah beberapa tahun. Taman itu tampak tenang pada jam-jam seperti ini. Lampu-lampu taman mulai menyala, memancarkan cahaya kekuningan yang lembut.

Rania memilih duduk di salah satu bangku kayu yang berada sedikit tersembunyi di balik pohon besar. Ia menghembuskan napas panjang, mencoba meredakan semua pikiran yang membuat kepalanya berat sejak tadi pagi. Dunia yang kini ia tempati adalah masa depan yang harusnya ia jalani meski masih terasa begitu asing. Ia ingin memahami segalanya, namun setiap kali mencoba mengingat, kepalanya justru semakin dipenuhi tanda tanya.

Beberapa menit berlalu dalam keheningan, sampai akhirnya suara dering ponselnya memecah suasana. Rania menunduk, melihat layar ponselnya dan seketika tubuhnya menegang. Arkana....

Ia menghela napas berat, ia tahu dirinya tidak bisa mengabaikannya untuk kesekian kali. Ia menekan tombol untuk menerima panggilan itu.

“Hallo?” suara Rania terdengar pelan, hampir seperti bisikan.

“Kamu ada di mana? Ini sudah malam. Kenapa belum pulang juga.” Suara Arkana terdengar jelas di seberang, sedikit meninggi. Bukan hanya marah tapi ada kekhawatiran juga. Nada yang tidak pernah ia dengar dari keluarganya di masa lalu, bahkan ketika ia pulang larut malam sekali pun.

Kata-kata itu membuat Rania menunduk semakin dalam. Ada perasaan hangat yang menyelinap pelan ke dadanya. Perasaan yang tidak ia ingin akui, namun tetap muncul tanpa bisa ia cegah.

“Aku…” Rania menelan ludahnya, kemudian mencoba menata napasnya. “Aku akan segera pulang,” katanya singkat.

Ia tidak memberi kesempatan Arkana untuk berkata apa pun lagi. Rania buru-buru menekan tombol untuk memutuskan panggilan itu. Ponselnya langsung ia letakkan di pangkuannya, dan ia menutup kedua matanya sambil mengusap wajahnya.

Di sisi lain, Arkana terdiam sejenak ketika sambungan telepon tiba-tiba terputus. Ia menatap ponselnya dengan ekspresi tidak percaya, lalu kedua matanya membulat. “Dia... memutuskan teleponku?” gumamnya lirih, antara kesal, bingung dan cemas sekaligus.

Arkana berdiri dari duduknya, berjalan memutar dengan langkah gelisah. Ini bukan pertama kalinya hari ini Rania membuatnya bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.

.

.

.

Rania meraih tasnya dan berdiri pelan. Ia memeluk dirinya sendiri sebentar ketika angin malam kembali berhembus, membawa hawa dingin yang lebih menusuk.

“Aku harus mulai belajar hidup sebagai diriku yang sekarang,” gumamnya lirih, meski ia sendiri tidak yakin bagaimana caranya.

Dengan langkah pelan, Rania keluar dari taman, meninggalkan bangku kayu yang sejak tadi menjadi tempatnya bersembunyi. Sementara itu, jauh di rumah, Arkana masih memandang layar ponselnya berusaha menahan kekesalan sekaligus rasa cemas.

.

.

.

Arkana bergegas keluar dari ruang kerjanya ketika mendengar suara pintu utama terbuka. Suara langkah kaki Rania yang masuk ke dalam apartemen membuat Arkana spontan berdiri dari kursi dan berjalan cepat. Ketika melihat Rania muncul di ambang pintu ruang tengah, ekspresi Arkana langsung mengeras, memperlihatkan kemarahan yang selama beberapa jam terakhir ia tahan.

“Kamu dari mana? Kenapa baru pulang? Kamu tahu ini sudah jam berapa?” suara Arkana terdengar tegas, marah, namun jelas mengandung kekhawatiran yang ia coba tutupi.

“Maafkan aku,” jawab Rania pelan. Nada suaranya terdengar lelah dan datar, seolah ia tidak memiliki energi untuk menjelaskan apa pun.

Justru jawaban itu membuat Arkana semakin kesal. Ia melipat kedua tangannya di dada, menghela napas kasar sebelum kembali menatap Rania. “Lalu kenapa kamu tidak membalas pesanku? Padahal jelas- jelas kamu sudah membacanya.” Kali ini nadanya lebih tinggi. Ada ketidaksabaran di sana.

“Aku sibuk,” ucap Rania sambil melewati Arkana, seolah ia ingin mengakhiri percakapan itu secepat mungkin.

Namun Arkana tidak tinggal diam. Ia memutar tubuhnya dan kembali berdiri di hadapan Rania, menghalangi jalannya. “Kamu kenapa, sih? Apa benar-benar terjadi sesuatu semalam? Atau kamu membuat masalah lagi?” tanya Arkana, dengan ekspresi cemas yang mulai muncul di balik kemarahannya.

“Tidak terjadi apa-apa,” jawab Rania singkat.

Arkana memperhatikan wajah Rania dengan penuh tanda tanya. Ia tidak menemukan ekspresi yang biasanya selalu ia kenali. Rania terlihat... jauh. Pikirannya seolah tidak berada di tempat yang sama dengannya.

“Lalu kenapa kamu bertingkah aneh seperti ini sejak pagi?” tanya Arkana lagi, lebih pelan dan lebih hati-hati.

Rania menatap Arkana beberapa detik sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya. “Tapi kenapa Bapak masih di sini?” tanya Rania tiba-tiba, membuat Arkana spontan mengerutkan kening.

“Ini apartemenku…” jawab Arkana perlahan, nada suaranya berubah bingung. “Seharusnya aku yang bertanya itu pada kamu.”

Rania terdiam. Bahkan ia tidak berusaha menyembunyikan kebingungannya. Wajahnya menegang, seakan mencoba memahami sesuatu yang tidak ia ketahui. Kemudian ia kembali membuka mulut, dengan nada suara yang lebih ragu. “Tunggu... kita sebenarnya ada dalam hubungan seperti apa?”

Pertanyaan itu membuat Arkana menatapnya lama. Ia bahkan sempat mengernyit, seolah mencoba memastikan bahwa ia tidak salah dengar. “Kamu ingin membahas masalah itu lagi?” balas Arkana dengan nada yang terdengar frustasi.

“Aku sudah bilang, aku tidak akan mempublikasikan hubungan kita,” lanjut Arkana, kali ini lebih tegas, seolah kalimat itu pernah mereka bahas berulang kali.

“Tapi kenapa?” tanya Rania lagi. Pertanyaan itu terdengar sangat tulus, bukan seperti Rania yang biasanya bicara dengan nada menantang atau menuntut.

Arkana mengembuskan napas panjang. “Kalau kamu tetap memaksa membicarakan hal itu, aku akan pergi,” ancamnya dengan nada serius.

“Aku hanya bertanya,” bantah Rania sebagai bentuk protes. “Hubungan kita ini apa?”

Hening memenuhi ruangan. Arkana menatap mata Rania dalam-dalam, seperti mencari sebuah jawaban. Tatapan itu berlangsung cukup lama hingga membuat Rania merasa tidak nyaman.

Akhirnya, Arkana membuka suara. “Kita saling memiliki,” ucapnya pelan, jelas namun mengandung ketegangan. “Tapi kita tidak terikat dalam hubungan apa pun.”

Rania menelan ludahnya perlahan. Kalimat itu terdengar asing namun familiar. Seolah ia sedang diberi potongan ingatan dari kehidupan yang tidak pernah ia jalani.

“Tidak terikat?” ulang Rania, suaranya lebih lirih. “Maksudnya?”

Arkana menautkan alisnya, wajahnya mencerminkan kebingungan bercampur kecemasan. “Kita sepakat seperti itu sejak awal. Aku tidak ingin terikat. Aku tidak ingin dinilai orang. aku tidak ingin hubungan ini menjadi bahan pembicaraan publik. Dan kamu menghargai keputusanku.”

Rania menggelengkan kepala. “Aku... Menyetujui semua itu.” gumamnya, hampir tak terdengar. Rania memejamkan kedua matanya sebelum membuka kembali. “Aku tidak ingat apa pun tentang perjanjian itu. Tentang hubungan kita. Tentang… apa pun yang kamu katakan.”

Arkana terdiam. Benar-benar terdiam. Hanya tatapannya yang bergerak, menelusuri wajah Rania tanpa berkedip, seolah ia sedang melihat orang asing yang kebetulan memiliki wajah yang sama.

“Apa yang sebenarnya terjadi semalam?” tanya Arkana akhirnya, kali ini dengan suara sangat pelan tapi penuh tekanan.

Namun Rania tidak menjawab. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena pertanyaan Arkana itu adalah pertanyaan yang selama ini juga memenuhi kepalanya.

.

.

.

Jangan lupa tinggalkan jejak...

1
Erni Kusumawati
nyesek bgt jd Rania😭😭😭😭
Puji Hastuti
Seru
Puji Hastuti
Masih samar
Puji Hastuti
Semakin bingung tp menarik.
Erni Kusumawati
masih menyimak
Puji Hastuti
Menarik, lanjut kk 💪💪
Erni Kusumawati
duh.. semoga tdk ada lagi kesedihan utk Rania di masa depan
Puji Hastuti
Masih teka teki, tapi menarik.
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya ya, duh penasaran jadinya.
Puji Hastuti
Gitu amat ya hidup nya rania, miris
Erni Kusumawati
luka bathin anak itu seperti menggenggam bara panas menyakitkan tangan kita sendiri jika di lepas makan sekeliling kita yg akan terbakar.
Erni Kusumawati
pernah ngalamin apa yg Rania rasakan dan itu sangat menyakitkan, bertahun-tahun mengkristal dihati dan lama-lama menjadi batu yg membuat kehancuran untuk diri sendiri
Erni Kusumawati
mampir kk☺☺☺☺
chochoball: terima kasih kakak/Kiss//Kiss//Kiss/
total 1 replies
Puji Hastuti
Carilah tempat dimana kamu bisa di hargai rania
Puji Hastuti
Ayo rania, jangan mau di manfaatkan lagi
Puji Hastuti
Bagus rania, aq mendukungmu 👍👍
chochoball: Authornya ga di dukung nihhh.....
total 1 replies
Puji Hastuti
Memang susah jadi orang yang gak enakan, selalu di manfaatkan. Semangat rania
Puji Hastuti
Kasihan rania
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!