( Musim Ke 2 : Perjalanan Menjadi Dewa Terkuat )
Setelah menepati janjinya yang tersisa pada Sekte Langit Baru dan Tetua Huo, Tian Feng tidak lagi bersembunyi. Didorong oleh sumpah pembalasannya, ia memulai perburuan sistematis terhadap Aula Jiwa Bayangan. Bersama Han Xue dan Ying sebagai mata-mata utamanya, mereka membongkar satu per satu markas rahasia Aula Jiwa Bayangan, bergerak seperti dua hantu pembalas dendam melintasi Benua Tengah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 315
Di bawah tatapan Segel Kaisar Naga yang agung, lima penjaga Dou Sheng yang sombong itu tetap bersujud, tubuh mereka gemetar karena campuran rasa takut dan kekaguman yang fanatik. Mereka telah menyerang kaisar mereka yang telah lama hilang. Ini adalah dosa yang tak terampuni.
Tian Feng menarik kembali Domain Dou Di-nya. Tekanan yang menghancurkan itu lenyap seketika. "Berdiri," perintahnya, suaranya tenang namun membawa otoritas yang tak terbantahkan.
Pria itu dan empat penjaga lainnya bangkit dengan susah payah, tidak berani mengangkat kepala mereka. "Yang Mulia Kaisar!" seru Pemimpin itu. "Hamba... hamba gagal mengenali Anda. Hukuman apa pun..."
"Cukup," potong Tian Feng. Ia tidak punya waktu untuk formalitas. "Antarkan kami ke Istana Naga Primordial. Aku harus bertemu dengan Jenderal Tao Ti."
"Segera, Yang Mulia!" Pemimpin itu, yang tadinya adalah seorang tiran sombong, kini bertindak seperti pelayan yang paling bersemangat. Ia memberi isyarat, dan kelima penjaga itu dengan cepat membentuk formasi pengawalan kehormatan di sekitar Tian Feng dan Xu Zhao.
Kelompok itu melesat ke langit emas pucat, terbang dengan kecepatan kilat menuju jantung Alam Naga.
Saat mereka melintasi pegunungan yang melayang dan sungai-sungai energi primordial, Xu Zhao (Dou Sheng 1) terbang mendekati Tian Feng, matanya yang abu-abu kelabu mengamati lanskap yang telah lama hilang dengan nostalgia.
"Tuan Muda," kata Xu Zhao pelan, kembali ke panggilan kompromi mereka. "Anda menangani mereka dengan baik. Menunjukkan kekuatan absolut adalah satu-satunya bahasa yang dimengerti para penjaga perbatasan sombong itu."
Ia berhenti sejenak, ekspresinya menjadi serius. "Tapi jangan mengira semua orang di Alam Naga akan semudah itu."
Tian Feng menoleh padanya. "Maksudmu para Tetua Naga yang licik?"
Xu Zhao mendengus. "Bukan hanya mereka. 'Alam Naga' adalah nama yang sedikit keliru. Sebenarnya, ini adalah Alam Binatang Suci. Rumah bagi lima ras agung."
"Setelah Perang Kuno melawan Dewa Iblis," jelas Xu Zhao, "Kaisar Long Yuan menggunakan kekuatannya yang tak terbayangkan untuk merobek dimensi ini dari Alam Abadi, menjadikannya benteng terakhir bagi kami. Klan Naga adalah yang terkuat, jadi kami yang memimpin dan memberi nama alam ini. Tapi kami tidak sendirian."
"Ada Empat Klan Binatang Suci Agung lainnya yang tinggal di sini, masing-masing menguasai wilayah mereka sendiri," lanjut Xu Zhao. "Mereka semua memiliki kekuatan Dou Di yang tertidur di garis keturunan mereka."
Tian Feng mendengarkan dengan saksama. Ini adalah informasi penting yang tidak disebutkan Kaisar Long Yuan.
"Pertama, Klan Phoenix Merah," kata Xu Zhao, nada suaranya sedikit kesal. "Mereka yang paling merepotkan. Sombong, pemarah, dan sangat keras kepala. Mereka percaya darah mereka sama mulianya dengan naga. Nyonya Feng Huang, pemimpin mereka, adalah seekor burung tua yang licik (Dou Di 5). Dia tidak akan mudah tunduk pada seorang kaisar baru, apalagi yang memiliki tubuh manusia."
"Lalu ada Klan Harimau Putih Pemecah Langit. Mereka buas, brutal, dan hanya menghormati kekuatan mentah. Raja Bai Hu (Dou Di 6) pasti akan menantangmu dalam duel fisik secara terbuka."
"Klan Qilin Giok lebih tenang. Mereka netral, adil, dan terlalu 'bijaksana'. Mereka tidak akan memihak, hanya akan menonton dari sela-sela."
"Dan terakhir, Klan Kura-kura Hitam Abadi. Mereka terlalu tua, terlalu lambat, dan terlalu malas," gerutu Xu Zhao. "Mereka mungkin masih tertidur sejak Kaisar Long Yuan jatuh. Jangan berharap banyak dari mereka."
"Kelima klan ini," simpul Xu Zhao, "hidup dalam keseimbangan yang rapuh. Dan satu-satunya yang menjaga keseimbangan itu selama tiga puluh ribu tahun terakhir... adalah orang yang akan kita temui."
Tian Feng mengangguk, memahami kerumitan situasi barunya. "Tao Ti."
"Tepat," kata Xu Zhao. "Tao Ti (Dou Di 7) adalah Jenderal Naga terkuat yang tersisa. Dia adalah 'Penjaga Tahta'. Dia sangat setia pada Kaisar Long Yuan, tetapi dia juga seorang tradisionalis yang pemarah. Para Tetua Naga lainnya mungkin licik, tapi empat klan lainnya adalah ancaman nyata bagi otoritas Anda. Kita harus meyakinkan Tao Ti terlebih dahulu. Jika dia tunduk... yang lain akan terpaksa mengikutinya."
Saat mereka berbicara, pemandangan di depan mereka berubah. Pegunungan biasa menghilang, digantikan oleh satu puncak gunung emas raksasa yang melayang, begitu besar hingga tampak seperti benua kecilnya sendiri. Di atas puncak itu, berdiri sebuah istana yang seluruhnya terbuat dari kristal emas murni, memancarkan aura agung yang membuat jiwa gemetar.
Istana Naga Primordial.
"Yang Mulia!" seru Pria itu dari depan. "Kita telah tiba!"
Di depan gerbang istana, puluhan naga bersisik perak, semuanya dalam wujud Dou Sheng, berdiri berjaga. Mereka menatap kedatangan kelompok itu dengan bingung, lalu dengan waspada saat melihat 'manusia' di tengah pengawalan.
Tian Feng menghela napas.