NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25: Kebangkitan Sang Pengintai Perak

Baskara melihat kakinya mulai memudar menjadi asap hitam namun di saat yang sama, Arini mendadak bangkit dengan mata yang sepenuhnya berwarna putih perak. Cahaya dari matanya menyambar seluruh asap kemenyan di dalam kedai tersebut hingga menciptakan ledakan energi yang sangat dingin dan sangat mencekam secara terus-menerus.

Para bangsawan lelembut yang berada di sekeliling meja batu nisan berteriak ketakutan sambil menutupi wajah mereka yang hanya berupa kumpulan otot berdenyut. Mereka merasakan hawa suci dari mata perak Arini mulai membakar jubah-jubah mereka yang terbuat dari jalinan dosa masa lalu para manusia secara berulang-ulang.

Arini melayang rendah di atas lantai yang terbuat dari usus manusia sambil mengulurkan tangannya yang kini memancarkan aura keperakan yang sangat menyilaukan mata. Ia mencengkeram udara di depan wajah bangsawan tanpa kulit tersebut hingga mahluk itu terangkat tinggi dan meronta-ronta dengan sangat hebat secara terus-menerus.

"Kembalikan apa yang sudah kamu curi dari saudaraku, atau aku akan menghapus namamu dari catatan seluruh penghuni Alas Mayit!" perintah Arini dengan suara yang bergema secara berulang-ulang.

Baskara terpana melihat transformasi rekannya yang semula sudah hampir mati kini justru menjadi sosok yang sangat berkuasa dan sangat menakutkan bagi para lelembut. Ia merasakan rasa perih di kakinya perlahan menghilang saat asap hitam yang tadinya melahap dagingnya mulai tertarik kembali ke arah meja batu secara terus-menerus.

Daging dan tulang kaki kiri Baskara kembali terbentuk secara ajaib namun meninggalkan bekas pola garis-garis perak yang terus bersinar redup di bawah kulitnya. Baskara segera berdiri tegak dan mengambil kembali jam tangan milik ayahnya yang tadi sempat dijadikan bahan taruhan di atas meja judi nasib secara berulang-ulang.

"Arini, benarkah itu kamu? Apa yang sebenarnya terjadi dengan jiwamu sehingga kamu bisa memiliki kekuatan sebesar ini?" tanya Baskara dengan perasaan yang sangat campur aduk.

Arini menoleh perlahan ke arah Baskara namun sorot matanya yang berwarna putih perak itu tidak lagi menunjukkan emosi manusia yang biasa Baskara kenal. Ia melepaskan bangsawan lelembut itu hingga terhempas menghantam dinding kedai yang seketika mengeluarkan suara jeritan dari usus yang robek secara terus-menerus.

"Arini yang kamu kenal sedang tertidur di dalam lindungan cahaya perak ini agar jiwanya tidak dimakan oleh kegelapan pasar jiwa," jawab sosok itu dengan nada datar secara berulang-ulang.

Bangsawan yang terhempas tadi mencoba merangkak kabur melalui pintu rahasia di balik meja nisan namun Arini dengan cepat menghentakkan kakinya ke lantai. Seketika itu juga seluruh ruangan bergetar hebat hingga rak-rak berisi cawan tengkorak jatuh berantakan dan hancur menjadi debu yang sangat halus secara terus-menerus.

Baskara menyadari bahwa kedai judi nasib ini akan segera runtuh akibat benturan dua kekuatan yang sangat besar antara cahaya perak dan kegelapan lelembut. Ia segera menarik lengan Arini agar mereka bisa segera keluar dari bangunan yang dindingnya mulai mengeluarkan nanah hijau akibat tekanan energi secara berulang-ulang.

"Kita harus segera pergi ke koordinat yang ada di jam tangan ini sebelum seluruh pasar ini menyadari keberadaan kita!" seru Baskara sambil menunjuk ke arah jam tangannya.

Sosok bermata perak itu mengangguk singkat lalu melambaikan tangannya hingga menciptakan lubang besar pada dinding usus yang mengarah langsung ke bagian belakang pasar. Mereka berlari menembus lubang tersebut dan mendapati diri mereka berada di sebuah lorong sempit yang lantainya dipenuhi oleh lidah manusia yang masih basah secara terus-menerus.

Setiap kali kaki mereka menginjak lidah tersebut, terdengar suara bisikan tentang rahasia-rahasia paling kelam yang pernah dilakukan oleh tim penyelamat selama bertugas di hutan. Baskara berusaha mengabaikan suara-suara itu meskipun hatinya terasa sangat sakit saat mendengar nama-nama rekannya yang sudah gugur disebutkan dengan nada mengejek secara berulang-ulang.

Mereka sampai di ujung lorong dan melihat sebuah menara tinggi yang puncaknya terbuat dari susunan kepala kerbau yang matanya terus menyala berwarna merah darah. Di depan menara tersebut berdiri ratusan prajurit kerdil yang memegang tombak dari tulang rusuk manusia yang ujungnya selalu meneteskan racun hitam secara terus-menerus.

"Menara itu adalah pintu masuk menuju zona sunyi, tempat di mana waktu tidak lagi memiliki makna bagi manusia maupun mahluk halus," ucap Arini sambil menyiapkan energi peraknya secara berulang-ulang.

Baskara menghunus belati kuku miliknya dan berdiri di samping Arini dengan posisi siap bertempur melawan ratusan prajurit kerdil yang mulai mengepung mereka. Ia merasakan adrenalinnya meningkat pesat seiring dengan detak jantungnya yang kini selaras dengan getaran energi perak yang memancar dari tubuh Arini secara terus-menerus.

Salah satu prajurit kerdil melesat maju dengan kecepatan luar biasa namun Baskara dengan sigap memutar tubuhnya dan menebas leher mahluk itu hingga putus seketika. Darah hitam mahluk itu menyembur mengenai wajah Baskara namun ia tidak peduli dan terus menerjang prajurit lainnya dengan gerakan yang sangat lincah secara berulang-ulang.

"Jangan biarkan mereka menyentuh simbol kunci di tanganmu, Baskara, karena itu adalah target utama dari para penjaga menara ini!" teriak Arini sambil melepaskan gelombang cahaya perak.

Gelombang cahaya itu menghancurkan barisan depan prajurit kerdil hingga mereka berubah menjadi tumpukan abu yang baunya sangat busuk dan sangat menyengat indera penciuman. Baskara memanfaatkan celah tersebut untuk berlari menuju pintu menara yang terbuat dari lempengan emas murni yang dipenuhi oleh ukiran wajah-wajah yang sedang menangis secara terus-menerus.

Ia menempelkan simbol kunci di tangannya ke tengah pintu emas tersebut hingga terdengar suara mekanisme besi yang sangat berat sedang berputar di dalam menara. Pintu itu terbuka perlahan dan memperlihatkan sebuah tangga melingkar yang anak tangganya terbuat dari kumpulan sisir rambut wanita yang sudah sangat tua secara berulang-ulang.

Baskara dan Arini segera masuk ke dalam menara tepat sebelum ratusan prajurit kerdil lainnya berhasil menjangkau punggung mereka dengan tombak-tombak tulang mereka yang beracun. Di dalam menara, suasana mendadak menjadi sangat sunyi hingga suara napas mereka terdengar seperti suara badai yang sangat besar di dalam keheningan tersebut secara terus-menerus.

Mereka mulai menaiki anak tangga sisir tersebut namun setiap langkah yang diambil Baskara membuat bayangan dirinya di dinding menara mulai bergerak secara mandiri. Bayangan itu tampak lebih tua sepuluh tahun dari usia Baskara yang sekarang dan wajahnya dipenuhi oleh bekas luka jahitan yang sangat mengerikan secara berulang-ulang.

"Arini, lihat bayanganku! Kenapa dia tampak seperti orang yang sudah melalui peperangan selama puluhan tahun di tempat ini?" tanya Baskara dengan suara yang sangat rendah.

Arini tidak sempat menjawab karena tiba-tiba tangga sisir tersebut mulai bergerak berputar ke arah yang berlawanan dengan jarum jam dengan kecepatan yang sangat tinggi. Baskara kehilangan keseimbangan dan jatuh terjerembap sementara bayangannya di dinding mulai melompat keluar dan mencoba mencekik leher Baskara yang asli secara terus-menerus.

Baskara bergelut dengan bayangan masa depannya sendiri di atas tangga yang terus berputar kencang hingga ia merasa mual yang sangat luar biasa hebat di perutnya. Bayangan itu memiliki kekuatan yang sama persis dengan Baskara namun ia memiliki kuku-kuku yang jauh lebih tajam dan mata yang penuh dengan kebencian secara berulang-ulang.

"Kamu harus mati di sini agar aku tidak perlu merasakan penderitaan yang akan kamu alami di jantung hutan nanti!" raung bayangan Baskara sambil menekan tenggorokan Baskara.

Baskara hampir kehabisan napas saat ia melihat Arini juga sedang berjuang melawan bayangannya sendiri yang tampak sangat cantik namun memiliki sayap dari tulang gagak. Di tengah keputusasaan itu, Baskara melihat jam tangan ayahnya terjatuh dan jarum jamnya tiba-tiba muncul kembali namun bergerak mundur dengan sangat cepat secara terus-menerus.

Seketika itu juga tubuh Baskara mengecil menjadi seorang anak laki-laki berusia lima tahun sementara bayangannya membesar menjadi sesosok raksasa yang sangat mengerikan. Baskara yang kini berwujud anak kecil berteriak memanggil ibunya namun yang muncul justru sesosok mahluk tanpa wajah yang mengenakan gaun putih milik ibunya secara berulang-ulang.

Mahluk tanpa wajah itu kemudian mengangkat tubuh kecil Baskara dan melemparkannya ke dalam sebuah sumur yang airnya dipenuhi oleh ribuan jarum jahit yang sedang berdiri tegak.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!