NovelToon NovelToon
Denganmu Lagi

Denganmu Lagi

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Murni
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: ginevra

"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.

Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.

Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."

Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?

Happy reading~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Buang sial

Happy reading~

.

.

.

Malam ini terasa senyap, bahkan bintang-bintang yang biasa menegur kali ini mereka bersembunyi dibalik awan gelap. Hanya angin yang berubah ekstrovert, sok ramah tidak berhenti menyapa.

Nindya mengencangkan laju motornya agar tidak bertemu hujan malam itu. Sudah banyak virus flu yang menyapanya saat mengajar di tempat les Bu Titik. Tidak ditambah dengan hujan.

Usahanya tidak sia-sia. Hanya berselang menit Nindya sampai di rumah, hujan pun turun. "Untung saja sudah sampai rumah."

Kemudian dia meletakkan helm dan memasukan sepeda motornya di garasi samping rumah.

Kedatangannya disambut dengan hangatnya teh buatan Ibu yang sedang terkantuk. "Kalau sudah mengantuk mending Ibu tidur gih," ujarnya kepada Ibu.

"Masih jam 8 kok Nin, Ibu sedang menunggu telpon dari adikmu. Katanya dia mau telpon setelah pulang kerja."

Nindya duduk di sofa depan televisi dan menyeruput teh buatan Ibu.

"Si Tony jam segini belum pulang? Bukannya di sana udah jam 10 ya?"

Tony adik Nindya sekarang sudah resmi menjadi TNI berpangkat Prada (prajurit dua), pangkat terendah di TNI. Dia ditugaskan di Ambon, Maluku.

"Maklum Nin, kalau atasannya belum pulang ya dia belum bisa pulang. Sudah untung adikmu dekat dengan komandannya, jadi hidupnya masih terbilang enak."

Nindya hanya mengangguk dan kembali menyeruput tehnya. Selang beberapa menit HP Ibu Nindya berdering, dengan kecepatan cahaya Ibu Nindya mengangkat telpon dari Tony dan men-load speakernya.

Tony : Assalamu'alaikum Bu!

Ibu : Wa'alaikum salam. Bagaimana kabarmu nak? Ibu kangen.

Tony: Baik bu... Ini sudah di kamar habis makan malam.

Ibu: Jam segini baru makan?

Tony: Makan malam yang kedua hehehe

Ibu : Kamu itu sekarang rakus ya. Dulu pas kamu kecil, kamu suka pilih-pilih makanan.

Tony:  Yakan dulu bu, sekarang kalau nggak makan ya lemes lah.

Tony: Oh ya bu, tanah yang kemarin jadi dibeli kan? Nanti aku tranfer angsurannya per bulan.

Ibu: Iya jadi. Kamu itu beli tanah buat apa? Tanah ibu masih banyak kalau dibagi buat kamu mah masih cukup.

Tony : Buat persiapan nikah.

Mendengar itu Nindya menyemburkan teh hangatnya dan berteriak, "Hei kamu masih kecil. Umur kamu aja masih 21 tahun. Sudah mikir nikah aja lu!"

Tony : Jangan samakan aku dengan kamu yang kayak biksuni itu ya! Aku butuh sentuhan wanita!

Nindya: oh ya? Pokoknya aku nggak mau kamu nikah cepat-cepat. Tanah kamu itu angsurannya 5 tahun! Berarti kamu boleh nikah setelah 5 tahun keatas!

Tony: Apaan sih sok ngatur banget! Tahun besok aku mau langsung nikah biar sekalian cuti panjang.

Nindya: Tanahmu aja belum lunas dodol!

Tony : ya kan hutangnya pakai SK jadi nggak masalah.

Nindya: Istri lu mau dikasih makan apa tong? Batu?

Tony: halah bilang aja kamu nggak mau dilangkahin!

Ibu: Sudah-sudah, kalian itu selalu aja bertengkar. Kamu istirahat dulu Ton! Besok kita omongin lagi.

Tony pun menutup telponnya.

"Ibu nggak beneran nurutin omongannya Tony kan?"

Ibu hanya diam tampak berpikir.

"Ibu selalu saja nurutin omongannya Tony. Kemarin dia minta transfer uang 10 juta juga langsung Ibu beri. Bukannya apa-apa, kalau dia masih punya hutang mending jangan nikah dulu. Lagian dia masih muda banget. Kelakuannya aja masih kayak anak kecil." Nindya nerocos.

"Makanya cepat cari cowok biar nggak dilangkahin adikmu!" Tiba-tiba Ibu melontarkan kalimat tidak masuk akal.

"Lah kenapa jadi aku yang disuruh cepat nikah. Kita lagi ngomongin Tony," kata Nindya dengan keheranan yang nampak diwajahnya.

"Besok kamu udah 24 tahun. Cepat nikah biar tenang hati Ibu!"

Tanpa mau mendengarkan perkataan ibunya lebih lanjut, Nindya berjalan cepat menuju kamarnya.

"Heran, kenapa semua orang mau cepat nikah? Sedangkan aku? pacar aja nggak punya, huwaa.." batinnya.

Sudah hampir 6 tahun Nindya hidup menjomblo. Bukan karena tidak laku, tapi setiap ada cowok yang mendekat ada aja sesuatu yang membuat Nindya kehilangan minatnya. Mulai dari omongan yang terlalu cringe, terlalu sombong, atau malah sebaliknya terlalu insecure.

"Hah... Memang cowok paling idaman hanya ada di drama," batinnya lagi.

***

Keesokan harinya...

Sebelum subuh, Ibu Nindya berjalan mengendap-endap masuk ke kamar Nindya yang memang tidak dikunci.

Ibu Nindya pelan-pelan mengangkat beberapa helai rambut Nindya. Kemudian beliau mengambil gunting yang sudah beliau siapkan di saku dasternya.

Gerakan kecil itu membuat mata Nindya terbuka.

"Hah!"

Nindya kaget dengan pemandangan diatas kepalanya. Bayangkan ada gunting besar dan tajam tepat didepan mata kamu.

"Ssttt! Jangan bergerak!"

Nindya mau tidak mau menuruti perkataan sang Ibu agar matanya tidak terkena gunting tajam.

"Kress!"

Beberapa helai rambut Nindya berhasil terpotong.

"Hahahaha" Ibu tertawa layaknya tokoh antagonis di film-film sambil memungut helaian rambut yang terpotong.

"Ngapain sih bu?"

Ibu tidak menghiraukan perkataan Nindya. Kemudian beliau membuang rambut itu di jendela sambil mengatakan beberapa kalimat seperti sedang merapal mantra.

"Pergilah kesialan! Pergilah! Datanglah jodoh untuk anakku! Datanglah!"

Ibu Nindya masih memejamkan matanya dan menengadahkan tangannya untuk berdoa.

"Ck ck ck"

Decakan Nindya membuat mata Ibu membuka dan meninggikan suaranya," sebaiknya kamu aminin! Cepat!"

"Amiiin."

"Nah gitu...siapa tahu buang sial di ulang tahunmu ini bisa mendatangkan jodoh yang baik untukmu."

"Hem... Ibu ada-ada aja! Emangnya kalau nggak dapat jodoh itu namanya sial?"

"Kamu kalau dikasih tahu Ibu selalu aja membantah!"

"Wle..." Nindya menjulurkan lidahnya.

"E.. dasar! Cepat sana ambil wudhu langsung sholat!" Perintah Ibu sambil memukul punggung kecil Nindya.

***

Nindya merasa apa yang dilakukan Ibunya itu sangat lucu. Sampai segitunya Ibu menginginkan jodoh untuk anaknya.

Kalau ingin anaknya segera punya jodoh bukankah lebih efektif kalau beliau menjodohkannya dengan anak temannya atau orang yang sudah ia kenal.

Tapi masalahnya anak jaman sekarang jarang mau kalau dijodohkan. Anak teman orang tua Nindya kebanyakan sudah punya pasangan jadi tidak mau kalau dijodohkan dengannya.

Ditambah lagi dengan sifat Pak Broto, ayah Nindya yang sangat pemilih. Semakin lengkaplah alasan mengapa Nindya belum menemukan jodohnya sampai sekarang.

Namun semua itu berubah ketika negara api mulai menyerang.

Tiba-tiba ada tamu yang datang membawa pesan. Dia adalah bu Titik, pemilik tempat les dimana Nindya bekerja.

Beliau datang membawa seamplop uang tunjangan akhir tahun.

'Mengapa beliau samapi jauh-jauh datang ke rumah hanya untuk memberikannya bonus? Padahal minggu depan ia juga akan datang untuk mengajar? Jangan-jangan ini pesangon? Gawat!' batin Nindya.

"Mbak Nindya punya pacar?" Tanya Bu Titik.

Nindya yang masih dalam lamunan tidak terlalu mendengarkan karena sibuk membayangkan skenario terburuk di kepanya.

"Mbak...mbak..." Panggil Bu Titik.

"Eh iya bu, saya belum punya pacar. Ada apa ya bu?"

"Kalau kamu mau, saya ingi mengenalkanmu dengan...."

Kepala Nindya berhenti memproses. 'Mengenalkannya kepada siapa? Bukankah anak Bu Titik masih SD? Apa anak pertamanya? Lah dia masih SMA.'

"...dengan teman di sekolah saya."

Nindya hanya diam, masih tertegun dengan perkataan Bu Titik.

"Dia juga mengajar di tempat lesku loh! Tapi jadwalnya hari Jumat. Makanya kalian tidak pernah bertemu."

"Ah itu..." Nindya menggaruk tengkuknya karena bingung menjawab.

.

.

.

Apakah Nindya setuju? Apakah dia akan menjadi male lead kita?

Nantikan episode selanjutnya... Mukucih ea....

1
@dadan_kusuma89
Sampai Upin Ipin rambutnya gondrong sekalian ya 😁
@dadan_kusuma89
Nindya, aku hampir salah paham dengan kamu yang "membawa HP lebih dari biasanya" 😁. Aku pikir tadi kamu membawa dua sampai tiga HP setelah ketemu Denis😁.
ginevra: hehehehe...bener juga kak
total 1 replies
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
watak keibuan banget Nindya nihh 🤭
☕︎⃝❥⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘƳ𝐀Ў𝔞 ℘ℯ𝓃𝓪 🩷
jangan tralu gelisah, coba saja dulu biar gak terus kepikiran 😌
Muslikah
ehem juga
Muslikah
mila heboh banget deh
Muslikah
love you too
Muslikah
jangan remehkan
Muslikah
semangat nindya
Muslikah
kok aku tersindir ya
Muslikah
betul itu
Iyikadin
Anak sd sekarang udah bedaaaa😭
MARDONI
Kesan Mila adalah karakter yang lebih meledak-ledak atau vokal langsung terbentuk😄
MARDONI
Kalimat pembuka ini langsung bikin pembaca paham perjalanan emosinya. Kesan bahwa Nindya berusaha bangkit terasa kuat dan natural.
Burhan_part
ibunya ada ada aja
Muffin🧁
Wah mapan nih haha🫣
Burhan_part
walah walah
Burhan_part
kamu ekstrovert juga nggak
Muffin🧁
Favorite nya sejuta umat sih
Muffin🧁
Kamu cantik mangkannya dia bilang wah 😌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!