Deskripsi Novel: Batu Rang Bunian
"Batu Rang Bunian" adalah sebuah petualangan seru yang membongkar batas antara dunia kita yang penuh cicilan dan deadline dengan alam Bunian yang misterius, katanya penuh keindahan, tapi faktanya penuh drama.
Sinopsis Singkat:
Ketika seorang pemuda bernama Sutan secara tidak sengaja menemukan sebongkah batu aneh di dekat pohon beringin keramat—yang seharusnya ia hindari, tapi namanya juga anak muda, rasa penasaran lebih tinggi dari harga diri—ia pun terperosok ke dunia Bunian. Bukan, ini bukan Bunian yang cuma bisa menyanyi merdu dan menari indah. Ini adalah Bunian modern yang juga punya masalah birokrasi, tetangga cerewet, dan tuntutan untuk menjaga agar permata mereka tidak dicuri.
Sutan, yang di dunia asalnya hanya jago scroll media sosial, kini harus beradaptasi. Ia harus belajar etika Bunian (ternyata dilarang keras mengomentari jubah mereka yang berkilauan) sambil berusaha mencari jalan pulang. Belum lagi ia terlibat misi mustahil.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HARJUANTO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13: Markas di Dimensi Kaca dan Peran Baru Sang Pangeran
BAB 13: Markas di Dimensi Kaca dan Peran Baru Sang Pangeran
Bagian I: Menuju Dimensi Cermin
Setelah berhasil memurnikan Laksamana Guntur dan menyelamatkan Jantung Samudra, Duta Sutan, Raja Pualam, dan Pangeran Senja (yang kini bertugas sebagai penasihat ritual) kembali ke markas rahasia mereka di bawah Beringin Larangan.
Kelelahan terasa, tetapi tidak ada waktu untuk istirahat. Ratu Puspa Sari telah mengirimkan pesan darurat melalui Batu Putih Sutan.
"OPD tidak pernah menyerah," kata Sutan, menatap peta dimensi di laptop Buniannya. "Mereka langsung pindah markas utama. Mereka sekarang berada di dimensi yang disebut Aether Kaca."
Pualam, yang kini bertukar pikiran dengan Pangeran Senja tentang cara efektif menghilangkan bau amis laut dari jubahnya, mendongak. "Aether Kaca? Itu adalah dimensi yang sangat sensitif! Dinding dimensi itu terbuat dari materi cermin yang memantulkan pikiran. Hanya makhluk dengan integritas niat yang bisa bertahan di sana."
"Tepat," sambung Pangeran Senja, wajahnya serius. "Jika seseorang membawa niat kotor atau konflik batin ke sana, Aether Kaca akan memantulkan dan menggandakannya. OPD memilih tempat itu karena mereka yakin, siapa pun yang datang pasti punya kelemahan tersembunyi."
Sutan tersenyum tipis. "Mereka tidak tahu. Aku adalah Raja Utang Kopi. Ketakutan terbesarku sudah aku hadapi di terowongan Bunian. Dan aku yakin, niatku—melunasi utang dimensi—sudah cukup murni."
Sutan membalik laptopnya. "Aku sudah melacak bug frekuensi yang ditinggalkan Laksamana Guntur. Bug itu menunjukkan bahwa Markas OPD terletak di pusat Aether Kaca. Kita harus bergerak sekarang."
Penebusan dan Evolusi Sang Pangeran
Sebelum mereka pergi, Sutan menoleh ke Pangeran Senja. "Pangeran, kau adalah penasihat ritual kami, tapi di Aether Kaca, kita akan butuh lebih dari sekadar naskah. Kita butuh kekuatan niat."
Pangeran Senja menarik napas panjang, mata lamanya yang penuh kepahitan kini digantikan oleh kejernihan. "Aku tahu, Sutan. Di sana, niat kotor akan membunuhku. Aku telah merenungkan pengkhianatanku. Ambisiku untuk Chaos adalah akibat ketakutan akan stagnasi. Aku mencari kekuatan yang salah."
Pangeran Senja mengulurkan tangan. Ia menyentuh Batu Putih cenderamata Sutan. "Batu ini... ia memancarkan niat murni. Aku telah belajar, Sutan. Kekuatan sejati Bunian adalah Keseimbangan Diri. Aku tidak bisa bertarung dengan pedang seperti Pualam. Tapi aku bisa menggunakan niat yang murni untuk memanipulasi refleksi."
Sutan mengangguk. "Kalau begitu, Pangeran, inilah peran barumu: Master Ilusi Keseimbangan. Kau akan menjadi mata dan perisai psikologis kami."
Pualam menepuk bahu Pangeran Senja, senyum kecil akhirnya tersungging di wajahnya. "Selamat datang di tim, Kakak. Sekarang, ayo kita tunjukkan pada OPD bahwa kehormatan Bunian tidak hanya terletak pada pedang, tapi juga pada penebusan."
Melangkah ke Dimensi Cermin
Sutan membuka portal menuju Aether Kaca menggunakan kombinasi Batu Putih dan sebuah field generator energi Bunian portabel yang baru dikembangkan.
Mereka melangkah masuk.
Aether Kaca adalah dimensi yang sangat indah namun memusingkan. Seluruh lanskapnya, mulai dari tanah, langit, hingga 'pepohonan', terbuat dari kaca cermin yang tak terhingga. Di mana pun Sutan menoleh, ia melihat pantulan dirinya, Pualam, dan Pangeran Senja, berulang hingga tak berbatas. Setiap gerakan menghasilkan pantulan ribuan kali.
"Aduh, pusing," gumam Sutan, memegang kepalanya.
"Fokus, Sutan! Jangan biarkan matamu tertipu!" perintah Pualam, berjalan dengan langkah berhati-hati.
Pangeran Senja menutup matanya sejenak. Ketika ia membukanya, matanya bersinar. "Aku bisa merasakan niat mereka, Sutan. OPD menggunakan pantulan ini untuk memproyeksikan ilusi dan menggandakan kekuatan mereka. Mereka sedang menguji kita."
Tepat saat ia bicara, pantulan di hadapan mereka mulai bergerak aneh. Bukan Sutan yang bergerak, tapi salah satu pantulan Sutan—Sutan yang lelah dan penuh utang—keluar dari cermin.
"Kau seharusnya tidur, Sutan! Menyelamatkan dimensi itu melelahkan! Utang kopimu sudah lunas, nikmati saja," desis pantulan itu.
"Ini ilusi!" teriak Sutan. "Dia mencoba menembus pertahananku dengan rasa malas!"
Pantulan lain dari Pualam, yang tampak murka dan penuh kebencian terhadap teknologi manusia, juga muncul. "Kotak logam sialan! Aku akan menghancurkan semua ponsel dan gadget!" raung pantulan Pualam.
Pangeran Senja melangkah maju. Ia menutup matanya dan memfokuskan niat penebusannya.
"Aku menolak pantulan ini!" seru Pangeran Senja. "Aku telah menerima dosaku! Aku memilih Keseimbangan!"
Pangeran Senja mengulurkan tangannya ke cermin. Alih-alih pantulan yang berlipat, ia memproyeksikan pantulan Dirinya yang Murni: seorang Bunian yang agung dan tenang.
Pantulan-pantulan ilusi itu bergetar, tidak sanggup menghadapi niat murni yang baru ini. Dalam sekejap, semua ilusi pecah, dan Aether Kaca kembali hening.
"Luar biasa, Pangeran!" seru Sutan.
"Kita tidak boleh berhenti," kata Pangeran Senja, terengah-engah. "Markas mereka ada di 'titik buta' dimensi ini—tempat yang tidak memantulkan apa pun. Aku akan memandumu."
Mereka bergerak, mengikuti petunjuk Pangeran Senja, yang kini memancarkan cahaya biru redup saat ia berjalan.
Inti Markas dan Wajah Lama
Mereka tiba di sebuah struktur besar yang terbuat dari kristal gelap yang tidak memantul—Markas OPD. Di sana, Sutan melihat puluhan Bunian Pengkhianat dan beberapa Jin Wentira yang sibuk memasang kabel dan perangkat.
Di tengah Markas, berdiri sebuah perangkat raksasa: Cermin Keseimbangan Multidimensi, yang siap memproyeksikan Chaos ke dimensi mana pun.
"Kita harus menghancurkan Cermin itu!" bisik Pualam.
"Tunggu," kata Sutan. Ia menunjuk ke sosok yang berdiri di depan Cermin. Itu adalah Direktur OPD, yang selamat dari Wentira dan kini mengenakan pakaian pelindung reflektif.
Dan di sampingnya, berdiri sosok yang mengejutkan: Putri Malam Sunyi. Adik Ratu yang seharusnya diasingkan di Hutan Bisikan!
"Dia bersekutu dengan OPD!" desis Pangeran Senja, wajahnya memancarkan kekecewaan yang mendalam.
Putri Malam Sunyi tersenyum sinis. "Selamat datang di markas kami, Kakak, Pualam, dan si Duta Rendahan. Aku tidak pernah diasingkan. Aku adalah Pendiri Strategis OPD. Aku yang merekrut Direktur ini, dan aku yang merancang penculikan Ratu. Semua demi satu tujuan: Menciptakan Dimensi Baru yang sepenuhnya dikendalikan oleh kekuatan, tanpa Keseimbangan bodoh!"
"Dan kalian membawa Keseimbangan yang tak murni itu ke Aether Kaca? Kalian ingin menciptakan Cermin Chaos?" tanya Sutan.
"Tepat," jawab Putri Malam Sunyi. "Dan kau membawakan kuncinya. Aku sudah memprediksi kau akan membawa Batu Rang Bunian yang asli. Berikan padaku, Sutan. Atau aku akan membuat Aether Kaca ini memantulkan semua ketakutan terdalam di dunia Bunian dan dunia Manusia!"
Tiba-tiba, dari kegelapan di luar Markas, muncul sosok yang tidak mereka duga.
Itu adalah Tetua Kelam (Pangeran Senja versi lama).
Brak!
Pangeran Senja yang asli (yang bersama Sutan) tersentak dan jatuh. Pantulan ketakutan lamanya telah berhasil menembus pertahanannya.
Lanjutan Bab 14 akan mengungkap siapa sosok Tetua Kelam yang muncul, pertarungan terakhir Sutan dengan Putri Malam Sunyi, dan apakah Sutan akan kembali terjerumus ke dalam 'utang' dimensi!