NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19

Burak mempersilahkan petugas polisi untuk masuk kedalam rumah.

“Silakan masuk, Pak. Kita bicara di dalam saja.”

Kedua petugas saling menatap sejenak sebelum mengangguk sopan.

Mereka melepas sepatu dan melangkah masuk ke ruang tamu yang masih dipenuhi aroma kopi dan roti hangat dari meja sarapan.

Mama Riana segera berdiri dari kursinya sambil menggendong Ava yang tampak penasaran menatap dua tamu berseragam itu.

Ibu Maria dan Ayah Yudha juga ikut duduk, sementara suasana di ruang makan berubah menjadi hening dan tegang.

Burak mempersilakan kedua petugas duduk di sofa panjang, lalu ia sendiri duduk di seberangnya.

“Baiklah, silakan jelaskan semuanya secara detail,” ucapnya dengan nada datar namun matanya tajam memperhatikan.

Salah satu petugas membuka map cokelat di tangannya dan mengeluarkan beberapa foto hasil olah TKP.

“Ini dokumentasi dari tim forensik, Pak. Kami menemukan sisa cairan mudah terbakar di dekat tangga dan di sisi luar jendela kamar. Pola penyebaran apinya juga menunjukkan adanya dua titik awal kebakaran, bukan satu.”

Burak mengerutkan keningnya, wajahnya semakin serius.

“Jadi, anda ingin mengatakan bahwa rumah putra saya sengaja dibakar?”

Petugas itu menatap langsung ke arah Burak dan mengangguk pelan.

“Ya, Pak. Semua indikasi mengarah ke dugaan pembakaran berencana.”

Mama Riana langsung menutup mulutnya, menahan seruan kaget.

“Ya Tuhan…” bisiknya lirih.

Burak menatap foto-foto itu lama, lalu menatap kedua petugas lagi.

“Apakah sudah ada tersangka?” tanya Burak dengan wajah penuh emosi.

Petugas kedua, yang sejak tadi mencatat di buku kecil, menjawabnya dengan hati-hati,

“Belum, Pak. Tapi kami sudah mendapat keterangan dari beberapa saksi di sekitar lokasi. Salah satunya melihat dua orang pria mengenakan jaket hitam keluar dari gerbang belakang sekitar pukul 10 malam sebelum beberapa menit sebelum kebakaran terjadi.”

Ayah Yudha menatap Burak dengan wajah murung.

“Itu artinya Husna dan Jovan hampir kehilangan nyawa karena seseorang yang sengaja ingin membakar mereka…”

Burak mengepalkan tangan di atas meja, rahangnya mengeras menahan emosi.

“Kalau benar ini ulah seseorang, saya ingin pelaku itu ditangkap secepat mungkin. Apa pun alasannya, mereka hampir membunuh menantu dan cucu saya.”

Petugas kepolisian menganggukkan kepalanya dan ia akan membantu untuk menangkap pelakunya pembakaran.

Setelah itu petugas kepolisian berpamitan kepada Burak.

Burak menatap wajah istrinya yang ada di sampingnya.

"Ayo, kita ke rumah sakit sekarang." ajak Burak.

Mama Riana menganggukkan kepalanya sambil menggendong Ava.

Burak langsung melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit.

Di dalam mobil suasana sangat hening dan hanya terdengar suara gumaman Ava.

Tak berselang lama mobil berhenti di area parkir rumah sakit, Burak segera turun dan membukakan pintu untuk Mama Riana yang masih menggendong Ava.

Mereka berjalan cepat menuju lantai tiga dimana ruang perawatan tempat Husna dirawat.

Aroma obat dan bunyi langkah perawat yang tergesa di lorong menambah suasana tegang pagi itu.

Sebelum masuk, Burak menghentikan langkah istrinya di depan pintu ruang perawatan Husna.

“Riana, tolong jangan katakan apa pun pada Husna soal kebakaran ini. Dia belum cukup kuat. Kondisinya baru stabil semalam. Jangan biarkan dia tahu kalau rumah itu sengaja dibakar, apalagi kalau sampai dia merasa dirinya jadi alasan kejadian itu.”

Mama Riana menganggukkan kepalanya ke arah suaminya.

“Iya, aku mengerti. Biarlah Jovan saja yang tahu dulu.”

Burak menatap Ibu Maria dan Ayah Yudha yang berdiri di belakang mereka.

“Mohon juga, Bapak dan Ibu, jangan sampai Husna tahu. Kita harus jaga mentalnya dulu. Kalau dia stres, lukanya bisa kambuh lagi.”

Ayah Yudha mengangguk tegas, sementara Ibu Maria menyeka air matanya.

“Baik, kami janji tidak akan bicara apa pun.”

Setelah semua mengangguk sepakat, mereka masuk perlahan ke dalam ruang perawatan.

Husna masih berbaring lemah, tapi matanya sudah terbuka.

Begitu melihat mereka datang, wajahnya langsung berseri-seri.

"Ma... Ma..."

Husna tersenyum tipis saat melihat Ava yang memanggilnya.

Bu Maria menggendong dan mendekatkan Ava ke Husna yang masih belum bisa menggendongnya Ava.

"Ava, rindu sama Mama?" tanya Husna.

"Ma...ma...."

Tangan Ava memegang pipi sambung menepuk pipi Husna.

Jovan duduk di kursi samping ranjang sambil memperhatikan Husna yang sedang bermain pelan dengan jari kecil Ava.

Wajah Husna tampak lebih cerah dibanding kemarin, meski kulitnya masih terlihat pucat.

Sesekali, tawa kecil Ava memecah kesunyian ruang perawatan yang kini terasa lebih hangat.

Burak berdiri di dekat pintu, memperhatikan pemandangan itu dengan mata yang lembut namun hati yang berat.

Setelah beberapa saat, ia menarik napas panjang, lalu menatap Jovan.

“Van,” panggilnya pelan.

”Iya, Ayah?"

“Ayo ikut Papa sebentar. Kita ke kantin, sarapan dulu.”

Jovan menatap ke arah istrinya yang sedang tertawa bersama Ava.

"Na, aku ke kantin dulu ya bersama Ayah Burak." ucap Jovan.

Husan menganggukkan kepalanya dan meminta suaminya untuk sarapan terlebih dahulu.

Mama Riana meminta Jovan untuk tidak khawatir karena ia yang akan menjaga Husna dan Ava.

Jovan keluar dari ruang perawatan dan berjalan bersama ayahnya menuju ke kantin rumah sakit.

Di kantin rumah sakit pagi itu tidak terlalu ramai dan hanya ada beberapa keluarga pasien yang duduk sambil menikmati kopi dan roti.

Aroma nasi goreng dari dapur bercampur dengan bau khas disinfektan yang samar terbawa dari koridor.

Burak dan Jovan duduk di sudut ruangan, agak jauh dari meja lain.

Burak memesan dua gelas kopi hitam dan sepotong roti tawar yang bahkan tidak tersentuh sejak disajikan.

Jovan menatap ayahnya yang diam sejak mereka duduk.

Raut wajah Burak serius, kedua tangannya saling menggenggam di atas meja.

“Ada apa,yah? Sepertinya ada sesuatu yang ingin Ayah bicarakan.”

Burak mengangkat pandangannya perlahan, lalu menghela napas panjang.

“Van, tadi pagi polisi datang ke rumah.” jawab Burak.

Jovan yang mendengarnya langsung mengernyitkan keningnya.

"Polisi? Ke rumah? Bukankah kebakaran di rumah kita karena konsleting listrik?"

Burak menatap wajah putranya sambil menggelengkan kepalanya.

"Ada yang membakar rumah kita, Van. Ada sisa bahan bakar yang ditemukan di dekat tangga menuju kamar. Polisi bilang, ada dua titik awal api. Mereka juga punya saksi yang melihat dua orang mencurigakan meninggalkan area itu sebelum kebakaran terjadi.”

Jovan membelalakkan matanya saat mendengar jawaban dari Ayahnya.

"Siapa yang sudah membakar rumah kita, Yah? Apa polisi sudah menemukan mereka?" tanya Jovan.

Disaat Burak akan menjawab, pelayan menaruh makanan dan minuman pesanan mereka

"Belum, Van. Polisi jug masih mencari siapa yang sudah membakar rumah kita." jawab Burak sambil menyeruput kopinya.

Burak meletakkan cangkir kopinya perlahan di atas meja, uapnya mengepul di antara mereka berdua.

Suasana kantin rumah sakit yang semula ramai kini terasa begitu sunyi di telinga Jovan.

“Van, ini bukan sekadar kebakaran biasa. Ini pembakaran berencana.” ucap Burak.

Jovan menatap cangkir yang ada di tangannya dan ia berjanji akan membalas semua yang diderita oleh Husna.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!