NovelToon NovelToon
REVENGE

REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nona Jmn

Sejak kematian ayahnya yang misterius, Elina diam-diam menyimpan dendam. Saat Evan—teman lama sang ayah—mengungkapkan bahwa pelakunya berasal dari kepolisian, Elina memutuskan menjadi polisi. Di balik ketenangannya, ia menjalankan misi berbahaya untuk mencari kebenaran, hingga menyadari bahwa pengkhianat ada di lingkungan terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Jmn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Amarah

"Arghhhh, sial! Sial!"

Brugh!

Evan membanting semua yang ada di depannya hingga berantakan. Napasnya berat, matanya merah penuh amarah. Ia melempar jasnya sembarangan, lalu merobek bajunya hingga memperlihatkan tubuh berotot dan tato di punggungnya.

"Sialan! Siapa yang memberi tahu polisi sialan itu!" geramnya.

Evan mengambil botol wine, meneguknya sekali, lalu melemparkannya ke dinding.

Brugh! Botol pecah, wine-nya menetes ke lantai seperti darah. Ia mengepalkan tangan kuat-kuat, mengingat wajah Valencia yang muncul di pelabuhan tadi.

Sementara itu, Rio hanya berdiri tak jauh dari sana, membiarkan bosnya meluapkan emosi akibat kerugian besar. Ia tahu, kali ini amarah Evan tak bisa diredam siapa pun.

•●•

Di kantor polisi, para aparat dan detektif sedang mengobati luka mereka. Untungnya, tak ada korban jiwa dalam operasi pemberantasan mafia kali ini.

"Bagaimana keadaan kalian?" tanya Bayu pada kedua rekannya.

"Aman, Yu," jawab Alaric.

Valencia hanya mengangguk pelan. "Pak Andra bagaimana?"

"Marahnya sih sudah reda," jawab Bayu santai, mencoba mencairkan suasana. "Tapi tetap saja, dia pasti kesal. Kira-kira siapa ya yang udah berkhianat sampai rencana ini gagal?"

"Mungkin salah satu anak buah Evan?" duga Alaric.

"Kayaknya bukan. Kalau iya, mana mungkin Evan kelihatan panik waktu polisi datang," jawab Bayu, lalu menoleh ke Valencia. "Val, lo kenapa diam aja?"

Valencia menoleh sebentar. "Gue nggak kenapa-napa, Yu."

"Krekk!"

Pintu terbuka, terlihat Cakra masuk. "Guys, habis makan siang kita ada rapat lagi. Jadi sekarang cepat makan dulu," ucapnya.

"Kita makan di resto sebelah aja," usul Bayu.

"Gimana, guys? Kita isi perut dulu, kerjaan butuh tenaga."

Alaric menatap Valencia. "Lo gimana, Val. Mau makan siang sendiri lagi?"

"Ikut aja sama kita, masa sendirian terus," tambah Cakra.

Valencia terdiam sejenak. Sejak pindah ke tim Alaric, dia memang jarang sekali makan bersama mereka. "Baiklah," jawabnya akhirnya.

•●•

Di restoran sebelah kantor pusat, keempat detektif itu makan siang bersama.

“Guys, gue ke toilet dulu,” ucap Valencia sambil beranjak dari kursinya.

“Gue temenin gak?” goda Bayu dengan nada bercanda.

Valencia menatapnya malas, lalu berjalan pergi tanpa menanggapi.

Alaric mengikuti punggung Valencia dengan pandangan dalam. Ada sesuatu yang terasa aneh—seolah rekan satu timnya itu sedang menyembunyikan sesuatu.

•●•

Di dalam toilet, Valencia tidak benar-benar ingin buang air kecil. Ia langsung mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Evan.

Satu kali panggilan... dua kali... tapi tak juga diangkat.

“Om, plis... angkat,” gumamnya gelisah. Ia tahu Evan pasti sedang kecewa padanya.

Di sisi lain, Evan hanya menatap datar ponselnya yang terus berdering. Di layar, nama Elina berkali-kali muncul.

Elina: Om, tolong angkat. Om salah paham.

Dengan nada kesal, Evan akhirnya mengangkat panggilan itu.

“Hm,” jawabnya dingin.

“Om, El benar-benar nggak tahu soal kasus tadi. El mau hubungi Om, tapi ponsel El disita, dan satunya lagi di mobil,” jelas Valencia cepat, to the point.

Evan terdiam.

“Om, mereka nyimpen kamera CCTV di area pelabuhan—arah timur sama basement,” tambah Valencia cepat. “Om, El nggak bisa lama-lama. El tunggu Om di pantai malam ini."

Tanpa menunggu jawaban, Valencia langsung mematikan panggilan itu. Ia hanya berharap Evan mau percaya dan tidak lagi salah paham padanya.

Evan mengepalkan tangannya, lalu beranjak dari duduknya.

“Tuan, apa El telah berkhianat?” tanya Rio hati-hati.

Langkah Evan terhenti. Ia menatap Rio tajam. “El nggak berkhianat! Kenapa kamu bicara seperti itu, hah?”

“Maaf, Tuan. Saya hanya curiga karena dia muncul di lokasi tanpa memberi tahu kita,” jelas Rio.

Evan tak menjawab, hanya melangkah ke arah pintu. “Ikut aku,” ucapnya datar.

1
Alfi Hidayati
cerita yg bgus..
bab slnjut ny thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!