NovelToon NovelToon
Aku Bisa Tanpa Dia

Aku Bisa Tanpa Dia

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / Janda / Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: Minami Itsuki

Aku sengaja menikahi gadis muda berumur 24 tahun untuk kujadikan istri sekaligus ART di rumahku. Aku mau semua urusan rumah, anak dan juga ibuku dia yang handle dengan nafkah ala kadarnya dan kami semua terima beres. Namun entah bagaimana, tiba-tiba istriku hilang bak ditelan bumi. Kini kehidupanku dan juga anak-anak semakin berantakan semenjak dia pergi. Lalu aku harus bagaimana?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 22

“Angkasa!” aku kembali menyebut namanya dengan nada menekan. “Jangan pernah pikir aku akan menganggapmu sebagai direktur di sini. Kamu bukan siapa-siapa di mataku.”

Beberapa karyawan menunduk, pura-pura sibuk dengan berkas, tapi jelas telinga mereka menguping.

Angkasa tersenyum tipis. “Kalau begitu, jangan buang waktumu untuk terus menatapku. Fokus saja pada pekerjaanmu, Erlangga.”

Aku mengepalkan tangan. “Berani sekali kamu bicara begitu? Jangan sok suci!"

Nada bicaranya tetap datar, tenang, menusuk. “Ratu meninggalkanmu karena hatinya sudah tidak tahan diperlakukan seperti barang. Aku hanya hadir di saat dia sudah terlalu lelah.”

Aku terdiam sejenak, tapi amarah di dalam dadaku semakin membara. “Jangan mengaku-ngaku pahlawan, Angkasa. Ingat, kamu tetap orang baru di sini. Jangan coba-coba mendikte hidupku.”

Angkasa menatapku dalam, lalu berkata lirih tapi tegas, “Aku tidak perlu mendikte hidupmu, Erlangga. Kamu sendiri yang menghancurkan rumah tanggamu.”

Suasana ruangan mendadak hening, hanya suara detak jam dinding yang terdengar.

"Diam kamu!" Aku menujuk jariku ke arah wajahnya, gigiku terus saja mengeluarkan suara karena menahan emosi. Aku masih tidak terima jika Ratu bisa memiliki hubungan.

Perlahan Angkasa berjalan ke arahku dengan wajah santai tapi sedikit tajam, aku sempat terpaku melihat mimik wajahnya, napasnya tenang tapi suaranya dingin seperti besi.

“Yang seharusnya diam itu anda bapak Erlangga. Kamu itu bawahan saya, jadi jangan berbuat macam-macam di sini. Kalau tidak, saya akan berbuat sesuatu.”

Kata-kata itu seperti pecahan kaca yang menjatuhkan segalanya jadi sunyi. Beberapa orang di sekeliling mendekat, nada bisik mereka berubah jadi waspada. Jantungku berdentang keras — bukan karena takut, melainkan karena harga diri yang diinjak. Siapa berani mengancam aku di depan banyak orang?

“Apa maksudnya itu?” suaraku keluar serak, berusaha terdengar lebih tenang dari yang kurasa. Tapi di dalam, bara amarah berkobar.

Angkasa menatap lurus, tidak sedikit pun goyah. “Ini bukan soal siapa berani dan siapa tidak. Ini soal menjaga ketertiban. Kalau mau lanjutkan adegan memalukan, silakan — tapi konsekuensinya akan ditanggung sendiri.”

Seorang rekan dari HR tiba-tiba muncul, menengahi dengan suara tegas. “Pak Erlangga, tolong tenangkan diri. Di kantor ini tidak boleh ada tindakan yang mengarah ke kekerasan atau intimidasi. Mari kita selesaikan baik-baik.”

Aku merasakan seluruh pandangan tertumpuk padaku: ada simpati, ada kecaman, ada pula rasa ingin tahu yang kejam. Dalam sekejap, rasa marahku berubah jadi malu. Bilding yang sebelumnya terasa seperti lapangan pertempuran kini mendadak menyempit menjadi panggung yang mempermalukan.

Aku ingin membalas; ingin meneriakkan semua kebusukan yang kurasakan, menuduh balik, menjerit bahwa semuanya berawal dari rumah yang hancur dan pengkhianatan. Tapi kata-kata itu tercekat. Angkasa tetap tenang — bukan karena kalah, tapi karena tahu bagaimana membuat lawan kehilangan pijakan.

Akhirnya aku menghela napas panjang, menggertak diri sendiri agar tidak melakukan hal bodoh. “Baik,” jawabku pelan, suaraku berat. “Untuk sekarang, aku pergi.”

Kulangkahkan kaki dengan langkah penuh dendam, meninggalkan bisik-bisik dan tatapan yang menusuk. Di dalam dada ada tekad yang aneh: bukan menunduk, bukan pula menyerah — melainkan rencana. Jika tidak bisa menang di tempat ini, mungkin ada cara lain untuk membuat situasi berubah. Tapi untuk sekarang, rasa kecewa dan kehinaan yang pekat mengikutiku pulang.

Pulang kerja, bukannya langsung pulang ke rumah aku justru melajukan mobil ke arah apartemen Megan. Pikiran tentang perceraian dengan Ratu masih menekan dadaku, seolah-olah udara malam pun terasa sesak.

Sesampainya di apartemen, Megan sudah menungguku di ruang tamu dengan balutan gaun santai. Senyum tipisnya muncul, tapi matanya segera menangkap wajah kusutku.

“Mas, kenapa mukanya muram begitu? Dari tadi aku nungguin,” tanyanya sambil menyodorkan segelas minuman.

Aku menjatuhkan tubuh ke sofa, mengusap wajah kasar dengan kedua tangan. “Aku… resmi cerai dengan Ratu. Sidang kemarin sudah putus. Rasanya… aku benar-benar dipermalukan di depan banyak orang, Megan.”

Megan terdiam sesaat, lalu duduk di sampingku. Tangannya menyentuh lenganku, lembut tapi terasa mengendalikan. “Bukankah itu memang yang Mas mau? Bukannya Mas sudah bilang dari awal kalau Ratu cuma bikin hidup Mas ribet?”

Aku menoleh cepat, menatapnya. “Bukan begitu. Aku memang sering jengkel sama dia, tapi aku nggak pernah benar-benar niat buat cerai. Aku masih butuh dia. Sekarang semuanya berantakan.”

Megan mendengus kecil. “Mas… Jangan bilang Mas nyesel ya? Padahal Mas punya aku. Aku selalu ada buat Mas. Bukannya lebih baik bebas dari perempuan yang nggak pernah ngerti Mas?”

Aku terdiam. Kata-kata Megan terasa manis, tapi ada getir yang menusuk di dalam hati. Memang benar dia selalu ada, tapi apakah kebebasan ini benar-benar membahagiakan? Atau justru aku baru saja menghancurkan satu-satunya sandaran yang pernah setia di rumah?

Aku menghela napas panjang, menatap kosong ke arah balkon apartemen. “Entahlah, Megan… aku cuma tahu sekarang semua terasa semakin berat. Rumah, anak-anak, bahkan pekerjaanku. Semua makin kacau.”

Megan merapat, menyandarkan kepalanya di bahuku. “Sudahlah, Mas. Lupakan saja dia. Selama Mas ada aku, semuanya pasti baik-baik saja.”

Tapi dalam hati kecilku, aku tahu itu tidak sesederhana yang ia katakan. Karena bayangan Ratu, juga semua kata-kata terakhirnya di pengadilan, terus menghantui pikiranku malam itu.

Aku duduk termenung di sofa apartemen Megan, menatap lampu gantung yang berayun pelan. Pikiran liar berputar di kepalaku.

Kalau saja Megan bisa kugandeng menjadi istri… mungkin semuanya akan lebih mudah. Dia cantik, perhatian, dan jelas lebih membuatku bahagia dibanding Ratu. Tapi… apa Megan mau menggantikan peran Ratu di rumah?

Aku melirik ke arahnya. Ia sedang sibuk membuat makan malam untukku.

Tidak… aku tidak bisa bilang padanya. Kalau dia tahu aku berharap dia mengurus rumah, anak-anak, dan segala kerepotan itu, bisa-bisa dia malah kabur. Megan tidak sama seperti Ratu, dia tidak terbiasa dengan beban berat rumah tangga. Dia hanya tahu bagaimana membuatku merasa diistimewakan.

Aku menghela napas panjang, berusaha menutupi keresahan dengan senyuman tipis.

“Megan…” panggilku pelan.

Ia menoleh sambil tersenyum manis. “Iya, Mas? Kenapa?”

Aku sempat ingin jujur, tapi kata-kata itu tertahan di tenggorokan. Aku hanya menggeleng kecil. “Nggak, cuma… aku lagi mikir. Kalau aja semua masalahku bisa selesai cepat, aku bakal lebih sering sama kamu.”

Megan terkekeh ringan, lalu mendekat dan merangkulku. “Tenang aja, Mas. Masih ada aku kok. Nggak usah mikirin yang ribet-ribet.” Megan kembali fokus dengan pekerjaanya yang masih menyiapkan makan malam.

Sedang kan diriku masih ragu untuk menawarkan dia menjadi istriku. Aku takut ia akan menolaknya.

"Megan...?" panggilku sekali lagi

1
Anonymous
Ini sdh end?
Riani Putri
mantap, tinggal liat gimana menderitanya dia ditinggal ratu, belum lg ketauan korupsi dikantor nya, ayo Thor dilanjutkan lg cerita nya
Riani Putri
mana lanjutannya thor
Riani Putri
ayo dong kk, up lagi, seru ceritanya
Pajar Sa'ad: oke, siap.. ditunggu ya
total 1 replies
Himna Mohamad
mantap ini
Pajar Sa'ad: terima kasih, kak.. tunggu update selanjutnya ya kak 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!