Auristella Queensha Syahreza
Stella. Primadona sekolah,siapa yang tidak terpesona dengannya? Gadis cantik dan tajir semua orang mengaguminya.
Kenan Alvaro Melviano
Kenan. Mostwanted yang dikagumi para gadis. Tetapi memiliki sifat dingin yang tak tersentuh.
Sebuah keberuntungan bagi stella dapat berpacaran dengan kenan. Lelaki yang menurutnya romantis walaupun terkadang menjadi posesif Namun semua kandas ketika dia tahu bahwa kenan hanya menjadikannya bahan taruhan.
Seperti tidak ada rasa bersalah. Kenan tetaplah kanan,selalu mengekang stella walaupun tidak ada hubungan apa-apa.
🌸
"Gue ngak ijinin lo makan ini."
"Dan gue ngak perlu ijin lo." Sinis Stella.
"Gue ngak suka penolakan."
"Gue ngak perduli."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lailararista, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mawar putih
"Aaaaah...Bundaa."
Stella berteriak ketakutan ketika melihat hewan menggelikan yang mengeliat-liat ditanah.
"Yaampun Queen, itu cuma cacing." Lauren menggelengkan kepalanya.
"Iiih bunda aku kan geli, cepetan buang bunda. Tuhkan, dia mendekat. Bundaaa." Stella berlari keteras rumah, sungguh dia takut dengan hewan tak berkaki itu. Ini alasannya stella tidak pernah mau menanam bunga, apalagi menyentuh tanah. Bukan karena takut kukunya jadi rusak, tapi takut melihat hewan itu.
Minggu pagi ini, Lauren dan Stella bercocok tanam. Sebenarnya hanya Lauren sendiri sih, tetapi Stella hanya membantu saja. Karena bosan tidak melakukan apa-apa.
Lauren dengan mudahnya mengambil cacing dan memasukannya kedalam pot yang sudah diisi tanah.
"Tuh, cacingnya udah gak ada lagi. Kamu sama cacing sekecil itu aja takut."
"Gak takut tapi geli!" Bela stella.
Stella dengan ragu-ragu kembali ketempatnya semula. Memperhatikan kesekeliling, apakah masih ada hewan tak berkaki itu?
"Ada cacing dikaki kamu."
Stella sepontan melompat dan berteriak histeris. Lauren tertawa ketika berhasil mengerjai anak perempuannya.
"Bundaaa."
"Ayah, bunda jahat." Rengek Stella.
Reza yang sedang menyesap secangkir kopi dengan ditemani koran diteras rumahnya. Hanya mengeleng-gelengkan kepala melihatnya.
Alexa terdiam dipembatas pintu melihat interaksi mereka. Betapa beruntungnya Stella mempunyai orang tua seperti Reza dan Lauren.
Sedangkan dia, kedua orang tuanya sama sekali tidak pernah memeperhatikannya. Mereka sibuk dengan pekerjaan mereka.
Dulu sewaktu Alexa kecil mereka sangat sayang sama Alexa. Bahkan mereka memanjakan Alexa, Nicholas juga sangat menyayangi Alexa, adiknya.
Tetapi semenjak kedatangan Marsya kerumahnya, yang dimana waktu itu Marsya berumur 5 tahun. Hidup Alexa berubah, kedua orang tua yang dulu memanjakannya sekarang mengacuhkannya.
Mereka lebih sayang dengan Marsya. Kasih sayang yang mereka berikan dulu telah berpindah. Bahkan kakaknya pun berubah karena Marsya.
Itu sebabnya Alexa sangat membenci Marsya, Marsya seperti benalu dihidupnya.
Alexa selalu memlirik Marsya sinis. Mau mendekati pun tidak berani, dia dilarang keras tidak boleh berdekatan dengan Marsya. Karena dulu dia pernah mendorong Marsya sampai kepalanya berdarah, karena menurutnya Marsya itu sok baik dan sok cantik, padahal cantikan juga dia.
"Alexa kamu kenapa berdiri aja disitu?"
Alexa tersadar dari lamunannya, Alexa tersenyum malu.
"Ah iya om,tadi saya mau cari Stella."
Reza tersenyum maklum melihat Alexa yang tampak canggung. Dia memang sudah mengetahui masalah Alexa, Stella sudah menceritakan semuanya.
"Kamu sudah makan? Tadi tante sama Stella masak nasi goreng. Makan gih." Lauren tersenyum lembut.
"Iya, mendingan lo makan. Dari pada mati."
Lauren menabok lengan Stella pelan
"Hus, gak boleh ngomong gitu."
"Lah kan emang bener."
"Biarin aja tante, aku udah biasa ngedengernya. Stella emang gitu ngomong gak difilter dulu."
"Heh lo juga kali." Tuduh Stella.
Alexa hanya diam mengacuhkan Stella.
"Eh gausah, mendingan sekarang kamu makan. Makanan ada didapur." Cegah Lauren ketika Alexa hendak membantunya menanam bunga.
"Ngak papa kok tante, makannya nanti aja. Lagian aku masih kenyang."
"Lo nurut aja, lagian lo gak terbiasa. Nantik yang ada lo teriak-teriak gak jelas 'aduh stel kuku gue patah, kok kulit gue tambah item yah' " cibir Stella.
"Lo juga gitu ya."
Mereka mulai beradu mulut yang membuat Lauren pusing.
"Udah-udah gak usah berantem, kalian buat kepala bunda pusing tau gak. Mendingan kita sama-sama ngerjainnya biar cepat selesai. Oke?"
"Pusing...minum baygon - Aah." Stella meringis karena jitakan Lauren yang cukup keras. Alexa tertawa, menertawakan penderitaan Stella.
"Ayaah, bunda kdrt!"
"Kdrt bapakmu."
Reza hanya diam melihat mereka. Sudah terbiasa baginya melihat ibu dan anak itu. Kadang-kadang akur, tetapi terkadang bakalan ribut seperti kucing dan anjing.
Reza tidak mempermasalahkan, justru dia bahagia. Walaupun dalam ekonomi yang kurang mampu, tetapi keluarganya tetap harmonis. Karena mereka menyelesaikan masalahnya dengan dewasa.
Mereka mulai menanam bunga, Lauren yang bertugas memberi pupuk, Alexa yang mengisi tanah,sedangkan Stella menyiram bunga terkadang dia menyusun pot bunga agar tertata rapi.
"Kiran ada ngabarin lo gak?" Tanya alexa.
Stella mengeleng,"enggak tuh, minggu lalu sih masih kontekan. Tapi sekarang gak tau tuh. Kemana tu orang, nomornya juga gak aktif."
"Kiran udah mulai sombong sekarang, gak inget sama sahabatnya. Mungkin dia udah punya sahabat baru?" Kata Alexa lesu.
"Jangan berprasangka buruk dulu. Siapa tau Kiran disana sibuk,belum sempat buka hp."
"Iya, positif thingking aja. Lo mah, pikirannya buruk terus. Makanya otak tuh disuciin, biar sedikit berguna."
"Diem lo bangke!"
Stella acuh, tetap melakukan kegiatannya.
Stella menyimpan bunga didekat pembatas pagar. Stella terpaku melihat banyaknya bunga, lebih tepat bunga mawar putih, bunga kesukaannya.
Dia sangat menyukai bunga itu, bahkan dulu dia sering meminta pelayannya untuk menanam bunga disekitar rumahnya yang dulu.
Tetapi sekarang berbeda, setiap dia melihat bunga itu. Dia jadi teringat seseorang, seseorang yang pernah masuk kedalam kehidupannya.
Orang yang pernah membuatnya menjadi perempuan paling bahagia sekaligus menyedikan.
Flasback on
Stella mengerutu, sudah 20 menit dia menanti sang kekasih tapi tidak muncul-muncul juga. Padahal kakinya pegal sedari tadi berdiri terus. Awas saja kalau dia datang, Stella bakalan ngambek ngak mau ngomong sama dia.
Akhirnya orang yang sedari tadi ditunggu datang juga. Terlihatlah kenan yang keluar dari mobilnya. Stella hanya diam sambil memalingkan wajahnya kesamping ketika kenan sudah berdiri didepannya.
Kenan tersenyum, ternyata gadisnya ngambek.
"Kenapa hmm? Ngambek?"
"Pikir aja sendiri!" Balas Stella jutek.
Kenan tersenyum geli, menyelibkan rambut stella ke daun telingannya.
"Tadi aku kejebak macet. gak usah ngambek, ntar cantiknya hilang."
"Terus kalau aku ngak cantik lagi, kamu gak mau lagi pacaran sama aku gitu?" Sewot Stella.
"Hmm gimana yah?" Kenan pura-pura berpikir.
"Iih tau ah. Laki-laki semuanya sama, giliran ceweknya udah jelek aja cari yang lain." Stella cemberut.
Kenan tertawa. Tangannya tergerak mencubit kedua pipi Stella yang seperti bapau.
"Ini siapa sih?, gemesin banget." Kenan mencubit pipi Stella dengan gemas, kenapa dia bisa punya pacar semenggemaskan ini sih? Kan gak tahan!
Stella melepas paksa tangan kenan.
"Sakit ken. Aku masih ngambek yah."
Kenan tersenyum menarik kepala Stella untuk menghadap kepadanya. Menatap dalam manik mata Stella.
" Dengerin ya, apapun keadaaannya. aku akan tetap sayang dan cinta sama kamu. Rasa sayang dan cinta aku gak akan pernah hilang. Karena kita hanya ditakdirkan bersama. Kamu milikku, aku milikmu."
Stella menundukan kepalanya, pipinya memerah. Kenan terkekeh, dia membawa stella kedalam pelukannya.
"Janji gak bakal niggalin aku?" Stella mendongak menatap Kenan yang jauh lebih tinggi.
"Aku gak bisa janji, tapi aku akan usahain. Agar kita tetap bersama."
Stella tersenyum, berjinjit mencium rahang kenan.
"Cuma ini, gak sekalian ini." Kenan menunjuk bibirnya, menaik turunkan alisnya menatap Stella menggoda.
Stella yang malu, memukul dada Kenan pelan dan masuk kedalam mobil. Agar kenan tidak melihat wajahnya yang memerah.
Kenan melajukan mobilnya. Stella sedari tadi hanya diam,menatap lurus jalanan.
"Aku punya sesuatu buat kamu."
"Apa?" Tanya Stella.
"Ambil aja di jok belakang." Kenan menunjuk barang yang dimaksudnya.
Stella berbalik mengambil barang tersebut. Matanya berbinar senang, seperti anak yang baru mendapatkan mainan baru.
"Bunga mawar putih!"
Stella memeluk kenan dari samping.
"Maksih ya, kamu tau aja apa yang aku suka."
Kenan membalas pelukan Stella dengan tangan satunya yang bebas.
"Iya. Gak ada yang aku gak tau kalau itu menyangkut kamu. Perempuan yang paling aku sayang."
Flasback of