5 jiwa yang tertransmigrasi untuk meneruskan misi dan mengungkap kebenaran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kurukaraita45, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Hampir Celaka
Petunjuk :
"Semua yang terjadi bukanlah kebetulan. Pasti ada sebab tertentu bagi hidupmu."
...ΩΩΩ...
Pergerakan Bina Garuda berada di bawah pimpinan Rayn, sedangkan Bima Nasional berada di bawah pimpinan Renjana. Renjana lebih ingin turun langsung menghadapi musuhnya, dibanding harus memajukan teman-temannya yang lain. Namun kali ini, Renjana tak ingin gegabah, ia memerintahkan salah satu temannya untuk maju—–pion anak.
Dia adalah Dandu, posisinya berada di depan raja. Renjana memerintahkannya untuk menyusup ke markas mereka, karena benar dia mengetahui markas tersebut akibat mengikuti Celly pagi kemarin.
Tujuannya adalah untuk mencuri kembali buku tersebut. Namun sayangnya, buku tersebut tak ditemukan sama sekali. Entah di mana Rayn menyembunyikannya. Sehingga Dandu pulang dengan membawa tangan kosong.
Markas mereka adalah perpustakaan lama Bima Nasional, di sana mereka telah berkumpul, sekaligus mengumpulkan harap Dandu akan membawa kabar bahagia, namun nyatanya nihil. Tapi, dia tak lupa meninggalkan sebuah ancaman bagi mereka.
"Sial! Di mana si Rayn simpan buku itu?" Renjana menendang meja dengan keras.
"Tapi lo gak lupa 'kan buat ancam?" Tanya Renjana.
"Tentunya gak, gue udah jalanin sesuai rencana."
Sedangkan Alesya yang belum tau rencana awal merasa heran, karena hanya Alesya sendiri yang dihubungi setelah Dandu menjalankan misi.
"Kamu nyari buku itu?" Tanya Alesya, berhasil melerai amarah dalam diri Renjana.
Dia mengangguk. Sedangkan Alesya hanya tersenyum, "Makannya kalo ada misi kasih tau aku, buku itu ada aslinya. Cenyo, coba deh tarik 3 buku paling atas sebalah kanan rak itu!"
Cenyo mendengarkan perkataannya dan langsung melaksanakan tugas tersebut. Menakjubkan. Ada ruangan rahasia di dalamnya, yang dipenuhi dengan senjata buku-bukh dan juga alat kamera.
"Sejak kapan ada ini?"
"Udah lama. Cuman akupun baru tau 3 hari yang lalu dari Ibu kita. Awalnya Ibu introgasi aku karena habis ngumpul dan bahas sesuatu yang menurutnya aneh sama kalian, aku ngaku aja. Terus bukannya Ibu marah, dia malah dukung. Dia bilang kenapa gak kasih tau Ibu dari dulu, akhirnya ya dia ngasih tau ruangan tersembunyi ini." Alesya memberikan penjelasan.
Setelah mendapati semua hanya menganggukan kepala, Alesya melanjutkan pembicaraannya. "Buku aslinya yang masih bagus ada di situ," katanya.
Renjana segera mengeceknya, dan ternyata benar. "Buku itu hanya ada 2, dan satunya lagi di Bina Garuda mungkin sudah rusak atau apalah aku gak tau, buktinya mereka membutuhkan copy-an yang hanya ada 1 tersebut."
Renjana menatap Alesya dengan bangga, ia segera memeluk kekasihnya tersebut. "Makasih, honey!" Alesya membalas pelukan Renjana, dia bahagia bisa membuat kekasihnya tenang.
...ΩΩΩ...
"Mereka gak tau dimana kita nyimpan buku itu, dan aman." Kali ini Rayn mengumpulkan kelima temannya untuk misi penting, bukan sekedar berdiskusi.
"Tapi, aku yakin mereka meninggalkan sesuatu di sini." Evelyn berpendapat.
Rayn berfikir, "Benar juga."
"Ayok cari!"
Mereka semua mencarinya, dan benar ditemukan di dekat pintu ada sebuah kotak kecil, Daisen segera membawanya ke depan Rayn. Mereka membukanya, dan terdapat bangkai tikus yang masih berdarah, juga selembar kertas yang dilipat menjadi 2 yang di atasnya terdapat darah tikus tersebut.
'6667772664 9992664 55336277744466 3282664 255266 7777337337778444 44466444'
Begitulah isi kode dari kertas tersebut. "Apa ini?" Rayn membantingnya dengan kasar setelah membaca kode tersebut, dia segera membuangnya keluar.
"Sialan!"
"Itu ancaman," sela Lisa.
"Benar! Tidak bisa dibiarkan," timpal Akashi.
Hanya Daisen yang paling tenang diantara teman-temannya yang lain. "Kita bisa ancam balik mereka, tadi Dandu ke sini 'kan?" Daisen memastikan.
"Apa yang mau lo buat?" Celly bertanya.
"Mungkin kita gak bisa jadiin bukti yang kuat, karena Dandu tak mencuri apapun. Tapi kejadian kemarin, waktu pencemaran nama baik Celly kita bisa pergi amanin itu, buat amanin posisi yang lain."
"Gue udah lihat rekaman cctv tersebut, dan kebetulan orang yang mengumumkan itu tidak memakai sarung tangan. Jadi-"
"Ada sidik jari!" Sela Lisa dengan penuh semangat.
Daisen sedikit terkekeh. "Yes, benar! Dan gue udah dapetin bukti itu. Imbang bukan?" Daisen menyerahkan laporan sidik jari yang berhasil ia dapatkan ke depan Rayn.
Rayn memberikan penghargaan, dia bertepuk tangan sendirian. "Lo atur aja cara mengancam mereka, tapi ingat jangan pernah posisi lo terancam." Rayn memperingati.
Daisen segera melaksanakan tugasnya, dia pun berhasil mengirim kotak ancaman kepada mereka. Di dalamnya terdapat sebuah nama, semua pihak yang telah terlibat dalam pergerakan Bima Nasional dan dia mencoret nama Misra dengan tinta merah darah.
"Sial! Dandu! Culik Daisen!" Renjana Murka. Dandu segera melaksanakannya, mumpung Daisen masih di perjalanan menuju pulang perkiraannya. Hingga di tengah jalan, Dandu menemukan mangsanya.
"Woy! Sialan lo!" Dandu langsung memukuli Daisen, tidak memberikannya celah sedikitpun, membuat Daisen kewalahan dan serangannya yang tiba-tiba tentu membuat Daisen shock.
"Ikut gue sekarang lo!" Cara Dandu menculik Daisen adalah, dengan membuatnya pingsan agar tidak banyak berontak.
Namun langkahnya terhenti, saat Daisen memanggil Evelyn yang sedang lewat. Beruntung dalam keramaian, Evelyn sengaja meneriaki Dandu sebagai copet dan hampir semua orang yang berada di sana mengejar Dandu, ingin menghabisinya.
"Makasih ya, lo udah mau bantuin gue!" Daisen langsung pergi dari sana, khawatir jika Dandu akan kembali.
"Aman aja Sen, awas nanti dia datang lagi!" Teriak Evelyn yang melihat Daisen mengencangkan gas motornya.
Tiba di rumahnya, Daisen segera menghubungi Rayn. Rencananya berhasil, namun dia hampir celaka. "Tapi lo gak papa 'kan Sen?" Suara telpon dari sebrang.
"Gak papa, ini cuman memar dikit doang kok!"
"Lo istirahat aja, biar besok cepat pulih." Rayn menyarankannya.
Daisen menurutinya, dia segera menutup panggilan telepon tersebut. Sebelum tidur dia mengompres dulu luka-luka yang melebam di beberapa bagian tubuhnya.
...ΩΩΩ...
"Kenapa gagal terus sih?" Sepertinya, hari ini bagi Renjana tak adasesuatu hal yang membuatnya tak marah, sejak pagi tadi rencananya selalu gagal dan membuatnya marah.
Dandu ketakutan, ia ingin sekali segera pergi dari sana. Takut jika Renjana akan memukulinya karena kegagalan yang kedua kali. "Udah lo pulang aja! Nanti kita atur rencana yang lain. Dan peringatkan kepada yang lainnya jangan sampai gagal terus juga jangan gegabah, dan terus berhati-hati di manapun dan kapanpun."
Dandu mengangguk, dia segera meninggalkan markas tersebut dengan membawa kendaraan roda duanya yang berwarna kuning.
Renjana masih menetralkan emosinya, sulit baginya jika harus berfikir jernih dalam keadaan sedang tidak stabil, atau dirinya masih dikuasai emosi. Ia menenangkan diri, mengambil nafas beberapa kali dan membuangnya dengan tenang, sehingga ketenangan menghampirinya.
"Sepertinya, memang harus gue sendiri yang gerak!"
...-ToBeContinued- ...