Ardi, seorang ayah biasa dengan gaji pas-pasan, ditinggalkan istrinya yang tak tahan hidup sederhana.
Yang tersisa hanyalah dirinya dan putri kecil yang sangat ia cintai, Naya.
Saat semua orang memandang rendah dirinya, sebuah suara asing tiba-tiba bergema di kepalanya:
[Ding! Sistem God Chef berhasil diaktifkan!]
[Paket Pemula terbuka Resep tingkat dewa: Bihun Daging Sapi Goreng!]
Sejak hari itu, hidup Ardi berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hamei7, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jualan Bakpau
“Bagaimana pah? Papa kan sudah janji!”
Begitu melihat wajah Ardi yang sempat ragu, Naya langsung mengeluarkan jurus andalannya tatapan mata memelas penuh kasih sayang.
Setiap kali Naya menggunakan jurus ini, Ardi tidak pernah bisa menolak.
Lagipula, siapa yang tahan menolak anak kecil manis dengan wajah bulat polos seperti bidadari kecil?
“Oke, oke! Papa gorengin daging sapi buat Naya sekarang, ya. Nanti Papa juga bawain bakpao daging ini buat bekal. Sampai di sekolah, biar Ibu Guru panasin buat makan siangmu.”
Ardi tersenyum, penuh kasih tapi juga pasrah. Ia memang tidak bisa mengabaikan anaknya.
Sejak Naya masuk TK, ia memang tidak begitu suka dengan makanan dari sekolah. Bukan karena tidak enak, tapi karena belum terbiasa.
Karena itu, setiap pagi Ardi bangun lebih awal untuk menyiapkan sarapan, lalu menyiapkan juga bekal makan siang khusus untuk putrinya. Kadang, kalau Naya ingin makan makanan yang harus dimakan hangat, Ardi bahkan rela mengantar lagi di siang hari.
Apa lagi yang bisa dilakukan seorang ayah, kalau bukan memanjakan anaknya sendiri?
Setelah Naya hampir menghabiskan sarapannya, Ardi bangkit ke dapur belakang rumah. Ia menyalakan kompor, menuangkan minyak ke wajan, lalu mulai menumis daging sapi dengan bawang putih, kecap, dan sedikit cabai. Aroma harum langsung menyebar ke udara.
“Nak, ambilin kotak bekalmu di kamar, ya,” kata Ardi sambil terus mengaduk.
Naya berlari kecil, mengambil kotak bekalnya, lalu memberikannya kepada ayahnya. Kotak itu dicuci cepat, lalu diisi penuh dengan nasi hangat dan daging sapi tumis manis gurih yang baru selesai dimasak.
Begitu mencium aroma daging sapi kecap yang sudah akrab dan sangat menggoda, perut Naya langsung berbunyi pelan.
“Tapi perutku sudah kenyang banget, Pah…” katanya sambil mengelus perutnya yang agak buncit setelah sarapan bakpao tadi.
Ardi hanya tersenyum kecil. “Ya sudah, nanti siang makan lagi, kan lebih enak.”
Setelah bekal selesai, Ardi mengantar Naya ke TK dengan sepeda motor listriknya. Sesampainya di gerbang, Naya masih tampak enggan berpisah.
“Pah… kenapa sih harus sekolah?” keluhnya pelan.
Padahal TK nya bagus dan gurunya ramah, tapi bagi Naya, tetap saja lebih menyenangkan bersama papah di rumah.
Ardi mengusap kepalanya lembut. “Sabar ya, Nak. Nanti sore Papa jemput. Siang kan ada bekal spesial, jadi semangat ya!”
Mendengar itu, wajah Naya sedikit cerah. Membayangkan makan siang nanti dengan bakpao dan daging sapi tumis bikin hatinya tenang.
Dengan bujukan papanya Naya bersedia masuk sekolah. Tidak berselang lama, Ardi dan Naya sampai di sekolah.
“Selamat pagi, Naya!” sapa Ibu Guru TK dengan ramah. Ia melirik Ardi sekilas, lalu tersenyum penuh pengertian.
Ardi tidak langsung pulang. Alih-alih, ia melanjutkan perjalanan ke SD Melati, sebuah sekolah dasar negeri besar di dekat pasar. SD itu punya lebih dari seribu murid, jadi setiap pagi gerbangnya selalu ramai penuh pedagang dan orang tua yang mengantar anak-anak.
Waktu menunjukkan pukul setengah delapan. Meski agak terlambat, suasana depan sekolah masih riuh. Suara penjual makanan dan orang tua bercampur jadi satu.
“Bu, bubur ayam satu, jangan pakai seledri!”
“Bang, lontong sayur satu, pedesin ya!”
“Pak, pisang goreng lima ribu!”
Ardi mencari tempat yang agak sepi dari pedagang lain, lalu mulai membuka gerobak kecilnya. Ia membuka kukusan berisi bakpao buatannya. Uap panas mengepul, memperlihatkan bakpao yang putih, mulus, dan kenyal.
“Pas banget,” gumam Ardi puas.
Ia lalu memasang papan tulis sederhana di depan gerobaknya:
“Bakpao Daging Saus Rahasia – 2 biji Rp5.000”
Beberapa orang tua langsung menoleh begitu membaca tulisan itu.
“Eh, ada penjual baru, ya?”
“Lima ribu dua biji? Mahal atau murah, ya?”
“Baunya sih enak banget…”
Seorang bapak yang sedang mengantar anaknya tidak tahan, apalagi aroma bakpao daging itu benar-benar wangi. Anak kecil di sampingnya sudah menelan ludah.
“Mas, coba beli dua, dong,” pinta si anak.
“Ya sudah, Bang, dua bakpao ya!” kata si bapak sambil mengeluarkan uang.
Ardi tersenyum, cepat-cepat membungkus dua bakpao hangat dan menyerahkannya.
Begitu bakpao itu berada di tangan, uap panasnya langsung terasa. Si bapak tak sabar, langsung menggigitnya.
Dan di gigitan pertama—ia langsung kena isinya!
Daging cincang empuk bercampur saus manis gurih meluber di mulutnya. Aromanya harum, rasanya penuh, benar-benar berbeda dari bakpao biasa.
“Wah! Enak banget, Bang!” katanya sambil melongo.
Anaknya yang dari tadi menunggu langsung meraih bakpao kedua, menggigit dengan lahap. Mata si kecil berbinar, seolah menemukan harta karun.
Ardi tersenyum lebar.
Hari pertama jualan bakpao ini, sepertinya akan berjalan sangat baik.
tapi untuk menu yang lain sejauh ini selalu sama kecuali MIE GORENG DAGING SAPInya yang sering berubah nama.
Itu saja dari saya thor sebagai pembaca ✌
Apakah memang dirubah?
Penggunaan kata-katanya bagus tidak terlalu formal mudah dipahami pembaca keren thor,
SEMAGAT TERUS BERKARYA.