Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19. keras kepala.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Nicko setelah dokter keluar, Nicko juga cepat-cepat menghampiri.
"Asam lambungnya naik dan kelelahan! Sepertinya dia juga banyak fikiran dan tertekan! Kondisinya stabil dan cukup baik untuk sekarang, saya akan berikan obat asam lambungnya!" Jawab Dokter menjelaskan.
"Yura punya asam lambung, kenapa bisa?" Tanya Nicko.
"Asam lambung bisa dipicu dari makanan pedas, asam dan berlemak. Tapi kalau pasien ini, sepertinya karena pola makan yang tidak teratur, tubuhnya kekurangan nutrisi dan kalsium. Pasien tidak perlu dirawat nanti. Apa ada yang mau ditanyakan tuan?" Tanya Dokter.
"Tidak ada!"
"Baik, kalau begitu saya permisi!" Jawab dokter lalu pergi.
Nicko menahan kesal mendengar penjelasan dokter. Apa selama dirumah Hanan, Yura tidak diberi makan atau jangan-jangan dijatah makan sehari sekali, sampai asam lambungnya bisa naik.
Herry berjalan mendekati tuannya, sebenarnya mereka masih ada urusan karena tadi perjalan menuju perusahaan klien untuk meeting. Namun ditengah jalan justru Herry melihat Yura yang berjalan sendirian, lalu Herry memberitahu Nicko, begitu dekat justru Yura hampir pingsan. Untung saja Nicko tepat waktu ada disana.
"Aku ingin tau, apa mereka menyiksa Yura disana?"
"Eva Maheswari sekarang tinggal dirumah itu, tuan. Mungkin dia yang mempersulit Nona Yura!"
Eva Maheswari. Nicko ingat, wanita itu yang mengusir Yura dirumah sakit saat Yura ingin menjenguk Hanan. Dia juga yang memisahkan Yura dari Hanan dan anak mereka.
Nicko satu-satunya orang yang tau apa yang terjadi lima tahun lalu selain Yura dan Eva. Dia tau rahasia mereka, kalau Nicko membocorkannya ke Hanan, sudah pasti Hanan akan marah besar kepada Eva, dan kehidupan Yura tidak akan seperti ini.
Tapi kalau Nicko membocorkannya ke Hanan, lalu Hanan dan Yura bersama kembali. Maka Nicko tidak bisa lagi melindungi Yura.
"Tuan, ada satu lagi. Hari ini, perusahaan Maheswari mengirimkan undangan makan malam untuk dua hari lagi! Sepertinya mereka juga mengincar tanda tangan kontrak kerja sama untuk anda! Yang saya dengar juga, perusahaan Maheswari membutuhkan suntikan dana karena perusahaan mereka sedang terkena masalah!" Ucap Herry.
Nicko tersenyum tipis dengan anggukan kepala. Ternyata pria yang selalu menghinanya, sekarang sedang butuh bantuannya. Bagaimana kalau Hanan tau, Ceo perusahaan Wilson adalah dirinya.
Apa Hanan masih mengharapkan bantuannya dan ingin berebut tanda tangan kontrak untuk kerja sama dengannya? "Ini sangat menarik!" Gumam Nicko.
Seorang perawat keluar dari ruang IGD, karena Yura masih berada disana dan tidak perlu dirawat. Namun dia harus makan kemudian minum obat, baru bisa pulang.
"Permisi tuan, Nona Yura sudah sadar. Dokter berpesan setelah sadar berikan dia makanan yang tidak berlemak, pedas ataupun asam. Saya akan menyiapkan obatnya. Kalau begitu saya permisi." Perawat lalu pergi setelah menjelaskan kepada Nicko.
Seakan mengerti, Herry segera bersuara. "Saya sudah menghubungi klien kalau kita terlambat tuan. Saya akan keluar untuk membelikan makanan!"
"Pergilah. Jangan lama!" Titah Nicko lalu dia masuk kedalam ruang IGD untuk mengecek kondisi Yura.
.....
Yura berusaha untuk duduk, namun tiba-tiba Nicko datang dan membantunya. Yura pikir dia tadi bermimpi Nicko yang menolongnya, tapi ternyata tidak. Pria yang menolongnya sungguh-sungguh Nicko.
"Kenapa saya bisa ada disini, pak?" Tanya Yura. Yang Yura ingat, setelah mengantarkan Aura ia jalan kaki lalu kepalanya mendadak pusing dan perutnya sakit. Sebelum kesadarannya hilang, samar-samar Yura melihat wajah Nicko.
"Kamu pingsan dijalan. Saya yang membawa kamu kerumah sakit! Asam lambungmu naik, dokter juga bilang kalau kamu kelelahan dan banyak fikiran. Apa mereka menekan kamu, sampai kami seperti ini?" Tanya Nicko setengah kesal.
Asam lambungnya naik mungkin karena memang makannya tidak teratur, Apalagi semalam Hanan diam-diam menyelinap masuk ke kamarnya, Yura jadi tidak bisa tidur dan terus kepikiran. Tapi Nicko tidak boleh tau.
"Terimakasih sudah menolong saya pak. Tapi saya mau pulang saja!" Yura beranjak ingin turun dari ranjang.
"Jangan keras kepala Yura. Sebelum kamu makan dan minum obat, kamu tidak bisa pergi!"
Yura menggelengkan kepalanya. Yura tidak punya uang untuk membayar rumah sakit, kalau dia terus disana , nanti bagaimana membayarnya. "Tapi pak..."
"Herry sudah urus semua administrasinya, kamu jangan khawatir. Tunggu Herry sebentar membawa makanan, setelah makan saya akan mengantarkan kamu pulang!"
Yura semakin tidak bisa kalau seperti itu, dia berhutang budi pada mantan bosnya. "Saya akan mengganti biaya yang pak Nicko keluarkan. Saya juga tidak mau diantar pulang. Saya mohon izinkan saya pergi, pak!"
"Saya tidak menerima penolakan, Yura Anastasya! Terserah kamu mau menggantinya. Yang jelas, kamu harus disini, sebelum makan dan minum obat kamu tidak bisa pergi!" Tegas Nicko.
"Tapi pak..." Yura ingin protes.
"Syuutttt!! Bisa tidak, jangan cerewet dan banyak protes. Kamu memang tidak pernah berubah, Yura!" Nicko memotong ucapan wanita itu sembari menempelkan satu jari telunjuknya kedepan mulut Yura.
Wanita itu diam seketika mendengarkan ucapan Nicko. Dulu Nicko kakak kelasnya saat SMA, lalu menjadi seniornya saat kuliah, mereka pernah dekat dan menjadi teman namun hubungan mereka tidak sampai jauh.
Setelah lulus Yura memilih bekerja di perusahaan Maheswari lalu menikah dengan Hanan, semenjak saat itu Nicko menghilang dan pindah keluar negeri. Namun entah kapan, pria itu tiba-tiba muncul kembali dan menolongnya.
Yura menurunkan tangan Nicko, sikapnya jadi gugup dan penurut. Nicko tersenyum tipis melihat ekspresi wajah Yura.
tok tok tok
Suara ketukan pintu membuat mereka menoleh. "Tunggu sebentar, pasti Herry yang datang!" Pria itu berdiri, melangkah menuju pintu.
"Tuan, ini makanannya, dan perawat menitipkan obatnya barusan. Keterangan minumnya ada dikemasan!" Ucap Herry.
Nicko mengambilnya lalu masuk kembali menyuruh Herry menunggu diluar saja. "Kamu bisa makan sendiri?" Tanya Nicko.
Yura menganggukkan kepala, ia hanya pusing dan sakit perut, tangannya baik-baik saja. "Oh tidak bisa ya, yasudah saya suapi!" Nicko tiba-tiba menyahut lagi.
"Saya bisa pak! Saya makan sendiri saja!" Yura mengambil alih kotak makanannya, Yura terkejut saat melihat lebel nama restorannya. Sudah pasti makanan itu mahal karena belinya di restoran berbintang.
Melihat Yura yang diam saja, Nicko mengerutkan keningnya dengan bingung. "Kamu tidak suka makanannya? Herry tidak tau apa yang kamu sukai, Yura. Saya akan suruh untuk ganti sesuai yang kamu sukai!"
Yura menatap mantan bosnya. "Tidak pak! Saya hanya terkejut, kenapa belinya di restoran, kan bisa kekantin. Hutang saya pasti makin banyak!"
Astaga! Rupanya itu yang dipikirkan wanita itu. Kondisi seperti ini saja Yura masih memikirkan hutang.
"Kamu kelamaan Yura! Berikan, sebentar lagi jam pulang sekolah. Kamu tidak mau terlambat kan?" Nicko merebut kotak makanannya dan menyuapi Yura, sementara wanita itu syok sekaligus hampir lupa kalau ia juga harus menjemput Aura.
wah untung ajaa ada paman tampan 😌
kasihan tauuu 😥😥😥
buat yura sama nicko ajaaa lebih baik dari hanan yg oon 🙄