NovelToon NovelToon
Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Perbatasan Dunia : Hukum Pemburu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:911
Nilai: 5
Nama Author: FA Moghago

Langit di seluruh dunia kini hanyalah kanvas retakan. Malam tanpa bintang. Dua puluh tahun yang lalu, peradaban manusia berubah selamanya. Sebuah lubang dari retakan dimensi yang menganga seperti luka di angkasa, memuntahkan makhluk-makhluk dari mimpi buruk.

Mereka datang dari dunia lain, tanpa nama dan tanpa belas kasihan. Mereka menghancurkan gedung pencakar langit, meratakan jalan, dan menyebarkan kepanikan di mana-mana. Separuh populasi musnah, dan peradaban manusia berada di ambang kehancuran total.

Namun, di tengah-tengah keputusasaan itu, harapan muncul. Beberapa manusia, entah bagaimana, mulai bangkit dengan kekuatan luar biasa.Mereka menjadi Pemburu. Dengan kekuatan yang setara dewa, mereka berjuang, jatuh, dan bangkit kembali.

Namun, di balik layar, rumor mulai beredar. Retakan-retakan kecil yang seharusnya stabil mulai menunjukkan tanda-tanda kegelisahan. Seolah-olah mereka adalah mata-mata dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang sedang menunggu di sisi lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FA Moghago, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dunia yang Berbeda

Setelah memenangkan pertempuran di Afrika, keempat pemimpin organisasi pemburu terkuat di dunia menghadiri konferensi pers yang disiarkan ke seluruh dunia. Mereka disambut sebagai pahlawan, memberikan harapan baru bagi umat manusia. Namun, di sisi lain dunia, kekacauan baru muncul.

Di sebuah kota di Jawa Timur, sebuah retakan dimensi terbentuk. Para pemburu yang ada di sekitarnya segera mendekat dan bersiap, menunggu retakan itu terbuka lebar. Dari dalam retakan, keluarlah seekor monster. Ukurannya hanya seukuran tubuh manusia, dengan bulu putih, mata merah, taring, dan cakar yang tajam, serta ekor yang panjang.

Melihat hanya satu monster yang keluar, para pemburu terkejut. "Hanya seekor monster?" gumam salah satu pemburu. "Melihat ukurannya, sepertinya monster ini hanya monster biasa."

Monster itu diam, memperhatikan sekelilingnya, tepat di depan retakan. Dengan percaya diri, seorang pemburu maju mendekat, mengangkat senjatanya. "Aku saja cukup untuk membunuh monster ini," ucapnya sombong.

Saat pemburu itu menyerang, monster putih itu melesat. Dengan kecepatan luar biasa, ia menyayat pemburu itu hingga tubuhnya terpotong. Para pemburu lain yang melihat kejadian mengerikan itu terkejut.

"Itu bukan monster biasa!" teriak seorang pemburu. "Semuanya, kepung!"

Seketika, mereka mengepung monster putih itu dan menyerang serentak. Namun, para pemburu itu dihabisi dengan mudah oleh cakar monster yang sangat cepat. Pemburu terakhir yang selamat mundur dan terjatuh, gemetar melihat keganasan monster itu.

"Monster... dasar monster!" teriaknya ketakutan sambil berusaha kabur.

Namun, dalam sekejap, monster itu sudah berada di depannya dan menebaskan cakarnya, meninggalkan bekas sayatan yang dalam di tanah.

Tidak lama kemudian, berita pembantaian itu sampai ke Lembaga Pusat Pemburu dan enam organisasi pemburu terbesar. Harsa Baskara segera memerintahkan stafnya untuk memeriksa langsung ke lokasi. Begitu juga Wisnu Darma, pemimpin Organisasi Pemburu Bambu Kuning, yang mengutus wakilnya ke sana.

Setibanya di lokasi, mereka melihat banyak pemburu tergeletak dengan tubuh tercabik-cabik. Luka mereka begitu presisi, seolah dicakar oleh makhluk yang sangat lincah. Retakan dimensi itu tidak kunjung menutup. Staf dari Lembaga Pusat Pemburu segera menutup area lokasi retakan dimensi. Mereka tahu, ini adalah ancaman baru yang tidak bisa diremehkan.

Beberapa waktu kemudian, Wisnu Darma, pemimpin Organisasi Pemburu Bambu Kuning, tiba di Gedung Lembaga Pusat Pemburu untuk menemui Harsa. Mereka berdua duduk di kantor Harsa, bersama-sama melihat rekaman pembantaian mengerikan di lokasi retakan dimensi.

"Monster ini sangat kuat," ucap Harsa, suaranya dipenuhi kekhawatiran. "Bisa dengan mudah membunuh banyak pemburu. Jika dibiarkan, kekacauan akan terjadi di sana dan menjadi ancaman besar bagi warga sipil."

"Bagaimana menurutmu, Pemimpin Wisnu?" tanya Harsa.

Wisnu menatap layar dengan wajah serius. "Monster ini hanya seukuran manusia. Biasanya, yang terkuat selalu membawa pasukan. Tapi, monster ini keluar sendirian, dan kabur dari lokasi retakan dimensi," jelasnya. "Ini menunjukkan ada sesuatu yang akan terjadi."

"Aku akan melakukan pencarian menyeluruh di wilayah lokasi retakan dimensi untuk mencari monster itu, dan memperluasnya ke area sekitarnya," lanjut Wisnu.

Harsa mengangguk. "Mendengar itu, saya berharap monster tersebut bisa cepat ditemukan. Utamakan keselamatan para penduduk."

Di sisi alam lain, Arka berjalan menyusuri hamparan kristal kaca dengan tatapan kosong, nyaris kehilangan harapan untuk keluar dari tempat itu. Tiba-tiba, ia merasakan sensasi familiar yang membuat matanya kembali berbinar: perasaan akan terjadinya retakan dimensi. Tanpa membuang waktu, Arka segera bergerak cepat menuju lokasi yang ia rasakan, diikuti oleh Amethys.

Lokasi itu sangat jauh, butuh waktu lama untuk mencapainya. Sesampainya di sana, Arka melihat sebuah retakan dimensi raksasa, menjulang setinggi gedung pencakar langit. "Tuan, inikah retakan dimensi yang Tuan bicarakan?" tanya Amethys.

"Ya, ini adalah retakan dimensi yang menghubungkan ke dunia lain," jawab Arka, matanya terpaku pada celah besar itu.

Mereka menunggu di depan retakan, berharap monster-monster akan keluar. Namun, setelah lama menunggu, tidak ada satu pun monster yang muncul. Arka bergumam, "Sepertinya kita yang harus keluar." Ia melangkah maju, namun tiba-tiba berhenti.

"Jika tidak ada monster yang keluar ke sini, itu berarti kita yang akan dianggap monster jika melewati retakan ini," gumam Arka, menoleh ke arah Amethys. "Aku manusia, jadi aku bisa menjelaskan. Tapi wujudmu berbeda, kita akan kesulitan."

Arka melepaskan jaket dan celana panjangnya. "Amethys, pakailah ini."

"Untuk apa saya memakai ini, Tuan?" tanya Amethys.

"Agar kita tidak kesulitan saat keluar dari retakan," jawab Arka. "Aku manusia, akan mudah menjelaskan. Tapi kau memiliki wujud yang berbeda."

Amethys menuruti, memakai jaket dan celana Arka, sementara Arka menaikkan tudung jaketnya. "Saat kita melewati retakan ini, usahakan jangan banyak bicara," pesan Arka, lalu melangkahkan kakinya ke dalam retakan dimensi.

Cahaya terang yang menyilaukan menembus mata Arka. Setelah hari-hari yang terasa panjang terkurung di alam kristal kaca, ia akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari retakan dimensi dan kembali. Namun, pemandangan yang menyambutnya bukanlah bumi yang ia kenal.

Ia berada di tengah sebuah kota yang asing. Bangunan kuno menjulang tinggi dengan sentuhan modern, dan puluhan gedung melayang di udara. Arka terpaku, bertanya-tanya di mana ia sekarang. Di hadapannya, ratusan pemburu dengan senjata lengkap menatapnya dengan terkejut, siap bertarung melawan monster yang seharusnya keluar dari retakan itu.

Melihat Arka yang keluar, para pemburu tidak langsung menyerang. Mereka terkejut dan penasaran. Di barisan terdepan, enam pemburu terkuat menatap Arka dengan waspada. Seorang pemburu yang memegang pedang berbicara dengan nada dingin, "Kenapa yang keluar dari retakan dimensi itu manusia? Dan bagaimana bisa seorang manusia keluar dari sana?"

"Jangan terlenan," jawab seorang perempuan dengan gaun indah, memegang tongkat sihir berwarna putih. "Mungkin itu monster yang berwujud manusia."

Pemburu lain yang membawa dua belati kembar ikut bersuara. "Tidak ada jaminan kalau yang keluar bukan monster. Lebih baik kita berhati-hati."

Mendengar itu, pemburu yang memegang pedang menatap tajam ke arah Arka yang melayang di udara bersama Amethys.

Pemburu dengan pedang itu maju, diikuti oleh lima pemburu terkuat lainnya. Ia mengayunkan pedangnya, melancarkan tebasan vertikal yang begitu kuat hingga membelah gedung-gedung di belakang Arka. Tebasan itu melesat, membelah udara dengan suara siulan yang mematikan.

Saat tebasan itu hampir mengenai Arka, Amethys bergerak cepat, mengeluarkan perisai kristal transparan berwarna ungu tipis. Tebasan dahsyat itu menghantam perisai, dan keenam pemburu terkuat itu terkejut. Mereka terdiam, melihat Arka dan Amethys masih berdiri di posisi semula, tidak terluka sedikit pun. Lalu Amethys menanamkan sihir ilahinya agar Arka bisa mengerti bahasa dunia ini.

"Aku bukan musuh! Aku juga manusia!" teriak Arka.

Setelah tertegun sejenak, pemburu yang memegang dua belati maju. "Bagaimana mungkin seorang manusia bisa melangkah dari retakan dimensi? Dan juga bisa berbicara bahasa kami, Itu mustahil!"

Arka merasa bingung, namun ia mencoba menjelaskan. "Aku berbeda dari manusia umumnya, aku juga memakai sihir untuk mengerti bahasa kalian"

Pemburu dengan tongkat sihir mencibir. "Dalam sejarah retakan dimensi, tidak ada manusia yang mampu melewatinya. Siapa pun yang mencoba, akan terkena serangan mental yang akan menghancurkan kewarasannya, bahkan bagi orang terkuat sekalipun. Jangan harap kami percaya."

Sambil merapal mantra, ratusan jarum es besar muncul di sekitarnya. "Daripada kita mengambil risiko, lebih baik kita bersihkan ancaman ini," ucapnya, lalu melesatkan ratusan jarum es ke arah Arka.

Lagi-lagi, serangan itu ditahan oleh perisai tipis milik Amethys.

1
muhamad andri
Baru baca di noveltoon liat ini penasaran, bagus juga, biasa ada dimashwa korea alus kek gini.
jangan dikasih kendor thor😁🔥
Yusi Yustiani
Baru baca, kebanyakan tema pemburu sama monster dari alam lain itu latar tempatnya dari negara luar. ini keren authornya ngambil dari Indonesia. aplikasi pertarunganya juga enak dibaca, semangat Thor🔥🔥🔥
Yusi Yustiani
Next Thor dipercepat 👌
Nafa Nafila
Keren nih latarnya dari Indonesia.Tentang retakan dimensi sama pemburu monster, nama nama organisasi pemburu nya juga khas banget👏🔥
Nafa Nafila
Ditunggu updatenya Thor 😆
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!