SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19. USAHA
Lucas dan yang lain berlari hingga mereka berada di gedung sebelah dari sebelumnya. Di sana mereka berhenti dan bersembunyi sesaat dari orang yang mengejar mereka. Namun netra biru Lucas melebar saat ruangan yang mereka masuki merupakan pusat dari laboratorium, tempat dimana manusia dijadikan objek oleh orang-orang gila yang entah apa tujuannya.
"Tempat ini ...." Kellan bahkan kehabisan kata-kata saat melihat isi ruangan yang rampak horor untuk dilihat.
Lucas menekan emosinya. Di ruangan itu, dinding berlapis kaca laboratorium yang pecah masih memantulkan bayangan mereka. Pada meja logam, ada bekas ikatan, tali kulit yang lapuk, dan nomor seri yang terukir di permukaannya.
"Tempat ini bukan sekadar fasilitas penelitian biasa," bisik Zen. "Lihat, meja ini dirancang untuk menahan anak kecil. Mereka sakit jiwa. Ternyata benar kalau mereka melakukan eksperimen kepada anak-anak kecil. Gila!"
Lucas merasakan darahnya mendidih. Entah berapa banyak anak-anak diperlakukan seperti binatang yang dijadikan kelinci percobaan di sini. Apakah Camellia pernah mengalami hal itu juga di sini? Lucas menghela napas panjang, menahan gemetar. "Kita ambil apa pun yang bisa dibawa. Data digital, hard drive, apa saja yang bisa dijadikan bukti dari tempat ini. Aku sudah mengambil beberapa di ruang sebelumnya, tapi kita perlu lebih banyak untuk mencari informasi terbaik."
Kellan menyalakan perangkat portabel, menyambungkannya ke panel tua di dinding. "Sistem ini mati, tapi sebagian drive internal masih ada. Butuh waktu beberapa menit untuk menyalin datanya."
"Cepat," tegas Lucas. Ia berdiri di dekat pintu, senjata siap, matanya terus memindai setiap bayangan.
Sean berjalan menyisir rak kecil di sudut ruangan. "Ada lebih banyak file kertas di sini. Lihat ini ..." Ia mengangkat map usang. "Project Dandelion, Batch Alpha ... dan di sini ada daftar nama."
Lucas mendekat. Lagi-lagi nama yang Lucas kenal dengan baik. Nama di sana terbaca samar: Seraphine Vale (#47), kemudian puluhan nama lain. Matanya berhenti ketika melihat Subject #03 – Dawson, C.
Ia menatap lama nama itu, rasa bersalah menyelip di dadanya.
Camellia ... apa yang mereka lakukan padamu? Jadi benar kalau kau dan Seraphine adalah objek eksperimen? Kenapa kau mendapatkan kemalangan sejak kecil, Camellia? Seolah kebutaanmu belum cukup untuk membuatmu sengsara, dan sekarang ada fakta tentang dirimu ini. Aku takut kalau kau hancur ketika tahu tentang dirimu, batin Lucas yang takut kalau gadis itu tidak akan kuat setelah mendengar tentang ini. Rasanya Lucas ingin menangis sekarang membayangkan siksaan seperti apa yang para anak-anak ini dapatkan ketika menjadi bahan penelitian.
Kellan bersuara cepat, "Lucas, salinan data hampir selesai. Tapi aku mendeteksi sinyal elektromagnetik. Ada perangkat aktif di dekat sini."
"Drone?" tanya Zen.
"Mungkin."
Lucas segera memutuskan. "Begitu data selesai, kita keluar lewat sisi timur. Jangan kembali ke jalan utama."
Suara langkah berat tiba-tiba bergema di bawah mereka. Lebih dari satu. Pria bertopeng tadi bukan sendirian.
Zen menggeram, "Mereka datang."
Lucas memeriksa senjatanya lagi. "Begitu aku bilang 'lari', jangan berhenti."
Panel berbunyi bip. Kellan mengangkat perangkatnya. "Transfer selesai!"
"Sekarang! Lari!" Lucas memberi tanda. Mereka bergerak cepat, menyusuri lorong di sisi lain ruangan. Lampu senter bergoyang liar. Di belakang, suara sepatu menghantam tangga.
Lucas berlari sambil membawa tas berisi file. Pikirannya terus dihantui bayangan Camellia kecil, matanya ditutup kain, tubuhnya diikat pada meja logam. Jika ini benar, maka seluruh hidupnya berubah karena tempat ini.
Lorong sempit di sisi timur terasa lebih dingin. Cat dinding mengelupas, beberapa pintu terkunci rapat, dan jendela di atas kepala memantulkan cahaya bulan pucat. Lucas memimpin di depan, menahan napas setiap kali mendengar suara di belakang mereka.
Zen berlari di sampingnya. "Mereka mengejar kita lebih cepat dari yang kupikirkan!"
"Terus maju," jawab Lucas cepat. "Kita harus sampai ke luar pagar sebelum mereka menutup jalan."
Suara seruan terdengar dari kejauhan: "Hentikan mereka!" Diikuti cahaya lampu senter yang menari di dinding.
Sean menarik pistolnya. "Lucas, kita tidak akan sempat kalau hanya lari. Mereka akan mengepung."
Lucas berhenti sejenak, memeriksa peta kecil di pergelangan tangannya. "Ada akses pembuangan di ujung lorong ini. Kita gunakan itu."
Kellan melihat ke belakang. "Mereka mendekat. Kita punya waktu dua menit, paling lama."
Mereka berlari lebih cepat. Di ujung lorong, pintu baja setengah terbuka memerlihatkan tangga menurun ke ruang bawah tanah. Udara lembab dan berbau kimia menyengat keluar dari bawah sana.
"Turun!" Lucas memerintahkan.
Mereka menuruni tangga dengan cepat. Di bawah, lorong sempit dipenuhi pipa berkarat dan genangan air. Suara langkah mereka bergema.
Zen menyalakan peta holografik. "Ini menuju ke saluran utama. Kalau kita ikuti sampai ujung, kita bisa keluar di dekat kanal."
Lucas hanya mengangguk.
Sebuah suara ledakan terdengar dari atas. Suara logam berjatuhan, lalu gema langkah lebih banyak. Mereka menemukan jalur mereka.
"Cepat!" Lucas berteriak.
Mereka menyusuri lorong panjang, hingga akhirnya melihat cahaya samar di kejauhan, pintu pembuangan terbuka. Kellan memanjat terlebih dahulu, membuka gril berkarat. Udara malam kembali menyambut mereka.
Begitu keluar, Lucas berhenti sejenak, memandangi kompleks mati yang kini tampak seperti sarang predator. Di balik kesunyian itu, ia tahu ada sesuatu yang jauh lebih besar dari sekadar pencarian Seraphine Vale.
Camellia adalah bagian dari semuanya.
Udara malam di luar kompleks terasa menusuk. Empat pria itu berdiri terengah, punggung mereka masih tegang. Di belakang, bangunan laboratorium tua menjulang gelap, seolah menyimpan rahasia yang ingin tetap terkubur.
Lucas menunduk, jemarinya menggenggam tas berisi file. Camellia, berapa banyak yang sudah mereka ambil darimu? Pertanyaan itu terus berulang di kepalanya, menimbulkan rasa marah yang dingin, lebih berbahaya daripada amarah terbuka.
Zen memecah keheningan. "Kita tidak bisa kembali ke markas langsung. Mereka pasti sudah menandai jalur keluar kita."
Kellan memeriksa perangkatnya. "Benar. Ada sinyal drone di atas. Mereka mencari sesuatu, mungkin kita, atu sesuatu yang kita ambil."
Sean menatap Lucas. "Apa pun yang ada di dalam tas itu, jelas mereka rela mengejarnya. Dan kalau ini tentang Camellia, berarti kita sudah menarik perhatian musuh yang jauh lebih besar dari sekadar pemburu bayaran."
Lucas mengangkat wajahnya, tatapannya tajam. "Kita tidak boleh menyerah. File ini harus dianalisis. Kita perlu tahu seberapa dalam kasus ini."
Zen menambahkan, "Dan juga, kenapa Seraphine Vale hilang. Bisa jadi dia mencoba membongkar semua ini dan mereka membungkamnya."
Mereka bergerak menuju kendaraan yang diparkir jauh di luar area. Jalan setapak yang mereka lalui gelap, hanya suara serangga dan desiran angin. Setiap langkah Lucas terasa berat, bukan karena lelah fisik, tetapi karena beban informasi yang baru ia bawa.
Jeep hitam mereka menunggu di balik deretan pohon mati. Zen naik ke kursi kemudi tanpa bicara, menyalakan mesin tanpa menyalakan lampu utama. Kendaraan itu melaju perlahan di jalan berbatu, menembus kegelapan.
Di kursi penumpang depan, Lucas membuka kembali file hitam yang ia sembunyikan di tas. Jemarinya menelusuri halaman-halaman lusuh itu. Setiap kata terasa seperti luka baru.
Neural Sensory Modification.
Visual Cortex Suppression.
Resistensi lebih tinggi dari subjek lain.
Dawson. C.
Lucas memejamkan mata sejenak. Bayangan Camellia muncul, tangannya yang selalu meraba udara untuk mencari arah, senyum lembut yang ia berikan meski dunia baginya hanyalah gelap.
Dia tidak pernah tahu. Selama ini, dia hanya menganggap dirinya buta sejak lahir.
Kellan, yang duduk di belakang, memerhatikan Lucas melalui kaca spion. "Kalau Camellia benar-benar salah satu subjek Dandelion, kita bicara tentang sesuatu yang jauh lebih berbahaya. Bukan hanya eksperimen medis, tapi mungkin ada alasan kenapa mereka ingin menyembunyikannya."
Sean menambahkan, "Dan kalau mereka berhasil membuat Seraphine menghilang, mereka bisa melakukan hal yang sama pada siapa pun. Termasuk Camellia."
Lucas menutup map itu perlahan. "Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhnya. Tidak akan."
Zen menoleh sekilas. "Lucas, kau harus hati-hati. Emosimu bisa jadi kelemahan. Mereka akan memanfaatkannya."
Lucas tidak menjawab. Ia hanya menatap ke luar jendela, ke arah langit gelap Los Angeles yang jauh di depan. Di dalam dirinya, tekad mulai terbentuk, dingin, terukur, tapi berbahaya bagi siapa pun yang menghalanginya. Tidak akan ia biarkan siapa pun menyentuh gadis-nya.
Malam semakin dalam ketika mereka meninggalkan kompleks mati. Jalan raya yang sepi terbentang di depan, lampu kota Los Angeles mulai terlihat di kejauhan. Namun, ketenangan itu terasa rapuh, seolah sesuatu mengikuti mereka dari kegelapan.
Kellan memeriksa layar kecil di tangannya. "Ada sinyal yang bergerak sejajar dengan kita, jarak sekitar 300 meter. Bisa jadi hanya kendaraan biasa, tapi kecepatannya konstan."
Zen menekan pedal gas sedikit lebih dalam. "Kita tidak akan ambil risiko. Pegang erat."
Jeep berbelok tajam ke jalan tanah yang lebih gelap, memotong jalur utama. Debu berterbangan, dan pepohonan kering menutup pandangan dari udara. Sementara itu, Lucas tetap memegang tas berisi file, seperti seseorang yang membawa sesuatu lebih berharga dari nyawanya sendiri.
Di dalam kepalanya, potongan informasi berputar cepat:
Seraphine Vale, subjek #47.
Camellia Dawson, subjek #03.
Neural Sensory Modification.
Project Dandelion.
Jika Camellia adalah salah satu objek eksperimen, apa mereka masih mengawasinya? Apakah dia masih punya sesuatu di tubuhnya, sesuatu yang mereka inginkan? Buktinya adalah dimana pun Lucas dan kawan-kawannya ini mendatangi saru tempat dimana projek itu terkait, selalu ada orang yang mengejar dan berusaha menghentikan mereka. Jelas kalau Dandelion Project belum berakhir seperti bangunan-bangunan terbengkalai itu.
Sean memecah keheningan. "Lucas, kita harus memutuskan apakah akan memberitahunya sekarang atau menunggu sampai kita tahu lebih banyak."
Lucas menunduk, menahan napas. "Kalau aku memberitahunya sekarang, aku akan menghancurkan dunia yang dia percaya selama ini. Tapi kalau aku menunggu ... mereka mungkin datang lebih cepat daripada yang kita kira karena mereka sudah tahu kalau kita sedang mencari tentang jejak Dandelion Project."
Zen menimpali, "Kau tidak punya banyak waktu untuk memilih. Malam ini saja sudah membuktikan mereka tahu kita mencari sesuatu."
Lucas menatap peta di layar dasbor. "Kita tidak pulang ke markas. Kita bawa ini ke safehouse di utara. Di sana kita analisis dulu semua data sebelum memutuskan langkah selanjutnya."
Mereka semua tahu kalau pencarian Seraphine Vale, ternyata tidak sesederhana yang mereka pikirkan. Dan justru membuat mereka masuk ke dalam hal yang dimana membuktikan bahwa dunia terlalu mengerikan untuk mereka yang tidak tahu apa-apa.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee