Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Fahri berusaha memeluk Syifa, demi menenangkan hati istrinya yang sedang dilanda krisis yakin bahwa apapun bisa berubah karena doa.
"Sayang, perceraian itu adalah hal yang dibenci oleh Allah, jadi Mas harap kamu urungkan keinginanmu tadi!"
"Tapi, Mas, Status ibumu dalam diri Mas itu nggak akan pernah bisa tergantikan oleh siapapun! Sedangkan statusku sebagai istrimu bisa berubah kapan saja, jadi fokuskan hati Mas dulu ke ibu, carilah istri yang sesuai harapannya!" jelasnya berusaha mencari solusi atas deritanya selama ini.
"Ngga, Sayang. NGGAK! Mas ngerti apa yang kamu maksud, tapi keinginanmu itu bukan solusi yang tepat! Mas mencintai kamu dan ibu, Mas ingin kalian bisa hidup berdampingan dengan baik, bukan malah menyerah seperti ini??"
"Sayangnya itu susah untuk aku usahakan, Mas. Dua tahun sudah aku selalu mengalah atas sikap buruk keluargamu selama ini, tapi sekarang hatiku rapuh dan tak sekuat dulu lagi, hiks ..."
"Ssstttt, cukup Syifa! Pokoknya Mas nggak mau dengar lagi tentang keinginanmu itu! Mas berharap kamu adalah istri pertama dan yang terakhir buat Mas, Titik!" ucapnya tegas lalu beranjak keluar untuk menghindari perdebatan itu berlanjut terus.
Syifa melihat suaminya dengan sedih, ia bingung harus berbuat apa, satu sisi ia juga mencintai Fahri tapi satu sisi ia tak ingin terluka dan terluka lagi dengan perlakuan Rita sebagai ibu mertuanya.
~
Di teras rumahnya sambil ngopi, Zaki masih terus terngiang-ngiang dengan semua kejadian yang menimpa istri tetangganya itu, ia ikut merasakan kesedihan yang mendalam "Ya Rabb, usaikanlah penderitaan Syifa, walaupun dia bukan siapa-siapaku, tapi aku nggak sanggup jika terus-terusan melihatnya disakiti, aku ikhlas ya Rabb, dia bukanlah takdirku tapi tolong bahagiakan dia, supaya aku juga bahagia." Lirihnya memanjatkan doa pada Sang pengendali kehidupan ini.
Menit terus berganti menit, sinar rembulan yang begitu indah dengan cahayanya tak cukup membuat hati pemuda lajang itu merasakan kedamaian.
Melihat putranya duduk sendirian di depan rumah sambil melamun membuat Darman ingin segera menghampiri "Zak, bapak lihat akhir-akhir ini kamu sering termenung, kenapa?"
"Aku teringat dengan mendiang ibu, Pak." Dalihnya tak ingin jujur.
"Teringat ibumu? Apakah karena kemarin anak Fahri meninggal jadi kamu ikut kembali merasa kehilangan?"
"Heum, Seorang ibu kehilangan anaknya itu bagaikan separuh jiwanya pergi, Pak. Begitu pun sebaliknya."
"Tapi semua manusia pasti akan meninggal dan ditinggalkan, Zak. Jadi menurut bapak ikut kembali sedih boleh-boleh saja tapi tidak boleh berlarut-larutan seperti beberapa malam-malam terakhir ini!"
"Iya sih, dari pada terus membayangkan kesedihan itu, lebih baik aku mendoakan ibu sekarang, aku pamit ingin sholat isya dulu, Pak?"
"Ya, itu lebih baik, tenangkan hatimu dengan mengingat Tuhan!"
"Insyaa Allah."
~~
Seminggu sudah Syifa di rawat di rumah sakit, dan hari ini kondisinya sudah dinyatakan membaik dan stabil, sehingga diperbolehkan untuk pulang dan menjalani rawat jalan saja.
"Mas, aku ingin pulang kerumah orang tuaku, jika Mas mengizinkan?"
"Rumah orang tuamu kan jauh dari sini, Sayang. Sedangkan kamu masih harus kontrol rawat jalan beberapa hari kedepan,"
"Tapi aku kangen dengan keluargaku, Mas."
"Kemarin kan habis jenguk dari sini berserta keluarga yang lainnya juga, kok masih kangen?"
"Nggak tahulah, pokoknya aku ingin tinggal bersama keluargaku dulu!" pintanya dengan memelas dan mengiba.
"Kamu nggak ingin memaafkan ibuku?"
Syifa terdiam karena tak ingin membahas dan mengingat semua perlakuan buruk Rita lagi padanya.
"Sayang?"
"Aku tahu seorang istri harus nurut apa kata suami, tapi please, Mas?? Biarkan kali ini aku tenang tinggal di rumah orang tuaku dulu,"
"Berarti kamu ingin hidup terpisah dengan mas?"
"Untuk sementara ya, Maaf."
"Baiklah, kalau ini bisa membuatmu lebih nyaman, it's okay, Mas rela nanti sepekan sekali mas mondar mandir nyusulin kamu kesana."
"Terima kasih." jawabnya sambil menganggukkan kepalanya.
Syifa sedikit merasa lega, bayang-bayang Rita untuk sementara akan hilang dari pandangannya.
~
Setelah sampe di kota kelahirannya Syifa disambut baik oleh semua keluarganya. Rasa sakit atas meninggalnya sang buah hati pelan-pelan bisa terobati karena support kasih sayang dari semua orang disekitarnya.
"Nak, kamu pulang kesini bukan karena ada masalah dengan Fahri kan?" tanya ibu Syifa yang bernama Maryam.
"Bukan, Bu. Aku pulang kesini bukan karena ada masalah, hanya saja aku tak sanggup melihat kamar mas Fahri yang sudah di desain dengan kamar bayi, ternyata ..." jawabnya dusta.
"Yang ikhlas, Nak! Ini semua sudah Qodarullah."
"Ya, Bu. Bismillah semoga aku bisa melewati ujian ini,"
"Aamiin."
Di kota kelahirannya, Syifa masih mempunyai anggota keluarga yang terdiri dari Ibu, 1 kakak yang sudah menikah dan 1 adik yang masih sekolah di tingkat SMP, sedangkan bapaknya sudah tiada saat ia masih berkerja dulu.
*
*
Waktu terus berputar, sudah satu bulan lebih Syifa tinggal bersama orang tuanya dengan tenang. Sedangkan di rumah Harun, Rita selalu kecapekan dengan tugas-tugas rumah yang harus diselesaikan sendiri tanpa adanya Syifa dan Fani, karena putri kandungnya itu ternyata juga sudah dijemput oleh suaminya.
Lama tidak bertemu dengan wanita yang mirip dengan kekasihnya dulu membuat Zaki hari-harinya terasa hampa, ia merasakan kerinduan yang hebat namun ia tak bisa berbuat apa-apa.
Saat berada di rumah Inem, tak sengaja Zaki bertemu dengan Fahri yang ingin membeli telur dan juga mie instan. Dalam hati Zaki sangat terdorong tergelitik ingin menanyakan kabar Syifa, namun ia berusaha untuk menahannya.
Tiba-tiba terdengar suara imut nan menggemaskan keluar dari bibir gadis kecil yang cantik "Om Fahri, Tante Syifa mana?"
"..."
Bersambung ...