seandainya...
waktu bisa ku ulang mungkin aku tidak akan mengajakmu pergi hari itu...
seandainya...
waktu itu kita tetap di kamar masing-masing hanya menelfon mungkin smua itu tidak akan terjadi ..
kini hanya penyesalan yg menggerogoti ku ..
hidupku terasa sunyi tanpa mu...
arga.... aku merindukan mu...
hanya air mata dan doa yg selalu menjadi temanku untuk mengenang mu ...
***********
"Aku tidak mau Regan..!!!" jawab ku dengan lantang dan berurai airmata, aku menatap Regan nanar, bagaimana bisa hal gila itu terlintas di benaknya. aku adalah mantan calon kakak ipar nya walau pada akhirnya Arga ku meninggal. tetapi cinta ku seutuhnya hanya untuk dia.. mungkin seumur hidup aku akan tetap sendiri.
Regan menatap ku dalam seraya berkata rendah dan tampa mau di bantah.
"Gue tidak perlu persetujuan lho ..tidak ada pilihan lain, selain kita menikah Nirina!!"
Akankah pernikahan itu langgeng sementara cinta Nirina hanya untuk Arga seorang..???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofie Fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Opname...
Di pagi hari suara burung mulai berkicau, mata hari sudah mengintip malu -malu di celah jendela yang tidak tertutup gorden, aku mengeliat pelan tangan kiri ku kenak tarik rasanya perih. Aku lupa, tangan satu ku di infus. Aku melihat kamar rumah sakit, seperti biasa kamarnya mewah rasanya bukan di rumah sakit, aku mendesah pelan. Rasanya aku malu sama keluarga Arga. Selalu saja begitu. Aku hanya bisa menyusahkan mereka, selalu menjadi beban bagi mereka, seharusnya semenjak kepergian Arga mereka membenci ku dan menganggap tidak pernah kenal dengan ku, bukan sebaliknya mereka tambah sayang dan perhatian sama aku, karena wasiat Arga sebelum meninggal.
B Aku menoleh ke samping disana ada bed untuk yang menemani pasien. Regan tidur di sana dengan mulut nya sedikit mangap, ngorok tetapi tidak terlalu nyaring. Tidur miring kesamping sambil memeluk jaketnya yg di buat menyerupai guling. Nyenyak sekali tidurnya pasti capek menunggui orang pesakitan seperti ku.
Aku tau kadang dia melihat ku dengan tatapan kebencian dan permusuhan tapi.. kadang dengan tatapan iba, mungkin hanya dia satu-satunya orang yang menatapku seperti itu semenjak meninggal nya Arga.
Dia yang orang nya cuek dan tidak perduli tapi terselip perhatian di dalam nya, wajahnya.. Wajah regan delapan puluh persen mirip dengan Arga, aku ingin.. sekali membelai wajah nya sambil mengatakan rindu berkali-kali. Tapi aku sadar dia bukan Arga ku. Dia terlalu dingin untuk Arga yang lemah lembut dan penyayang
Regan mengerjabkan mata aku langsung memejamkan mata, pura-pura tidur, malu rasanya kalau ketahuan memandang nya dari jauh.ada suara kaki melangkah mendekat Regan memeriksa keningku.
" Panas apa dia belum bangun dari semalam ya. Gue temui dokter aja" gumanmya
Setelah itu dia melangkah menjauh ternyata menuju kamar mandi, aku menghela nafas lega. Kenapa harus Regan yang menjagaku. Aku malu. Biasanya bunda yang menjaga, kalau bunda sibuk, bak yang menjaga. Kalau mau ke kamar mandi canggung rasanya untuk meminta tolong.
Sepuluh menit kemudian Regan keluar dari kamar mandi, aku menoleh dan mata kita bertemu. Tetapi aku segera memutuskan pandangan,
"Sudah bangun lho. Syukur lah, hampir saja gue mau ke ruangan dokter, mau menanyakan kondisi lho. Soalnya lama banget tidur nya"
Dia melangkah ke bad yang menjadi tempat tidur nya tadi dan duduk disana. Aku hanya menunduk mengucapkan permintaan maaf.
"Regan.. Maaf merepotkan kamu, Sekarang aku sudah tidak apa-apa kamu bisa pergi."
"Lho ngusir gue."
"Gak bukan gitu. Mungkin kamu ada acara aku bisa kok ngelakuin semuanya sendiri."
"Bunda lagi tidak enak badan makanya gue yang nungguin lho, lagian walaupun lho usir gue akan tetap disini."
"Ya udah kalau gitu, panggil kan suster saja."
"Gue yang anter."
"Tapi .. Aku pencet tombol ini saja."
"Gak ada rusak. Gue aja yang mengantar."
"Sampai pintu ya.."
"Mau gue nungguin di dalam gak papa."
Kata Regan sambil menaik turun kan alis.
"Gak boleh. Pintu saja." Kataku mukaku sudah merah karena malu.
"Oke"
Regan membantu ku turun dari brangka dengan sangat hati-hati seolah-olah aku barang langka yang rapuh jika salah sedikit saja bisa hancur. Padahal aku masih belum jompo aku hanya pusing karena kebanyakan tidur,Setelah turun dia menuntun ku menuju kamar mandi sambil mendorong infus, setelah di kamar mandi dia mengatur infus agar sesuai dengan ku dia membantuku duduk di kloset,
" Sudah enak?"
"Ya .." Jawabku canggung.malu rasanya dia harus membantu ku untuk hal-hal pribadi padahal kita tidak mempunyai hubungan apa-apa
"Oke. Gue tunggu di depan pintu kalau sudah selesai teriak saja,"
"Ya..." Regan keluar aku segera menyelesaikan hajatku dan tidak lupa untuk ambil wudhu aku belum sholat.
Aku melangkah dengan hati-hati keluar dari kamar mandi rasanya badanku lebih segar, ternyata benar regan menunggu ku di depan pintu.
"Kok tidak memanggil. Kalau jatuh gimana?"
"Aku udah lebih baik Regan, jangan pegang aku mau sholat."
"Oke.. Gue cuma pegang baju lho dan pegang infus"
kita melangkah menuju brangka setelah sampai Regan membantu ku duduk dengan nyaman dan menyelimuti kakiku,
"Terima kasih dan maaf selalu merepotkan"
"Gak usah bahas kayak gitu. Pikrin aja biar cepat sembuh."
"Ya ."
"Jangan banyak fikiran biar cepat sembuh, gue ke kantin dulu."
Regan keluar dari kamar inap ku, rasanya aku lebih bisa bernafas kalau tidak ada dia. Tidak canggung, aku segera melakukan kewajiban ku sebagai muslim dan juga mengkhodo' sholat ku yang tidak di laksanakan karena insiden sakit ini.
Lima belas menit berlalu aku baru menyelesaikan sholat yang terahir perawat datang untuk memeriksa dan mengantar sarapan. bertepatan dengan itu, regan juga masuk ke kamar.
"Bagaimana ke adaan nya sus,"
"Sudah mulai stabil pak, coba di suapi bubur dulu. Nanti setelah dokter datang anda bisa menjelaskan bagaimana reaksi perutnya ketika di masuki makanan."
"Siap sus"
"Saya permisi dulu semoga segera sehat"
" Terima kasih sus"
bRegan dengan sigap membuka bungkus bubur rumah sakit dia mencuci sendok di wastafel setelah itu dia duduk di samping brangka Nirina
"Aku bisa sendiri Regan"
"Gue tau, tapi gue yang nyuapin lho. Tidak ada bantahan."
Aku cemberut tapi tetap membuka mulut. Satu suap rasanya mulut, pahit dan kering sangat susah untuk menelan bubur itu, setelah bersusah payah akhirnya berhasil menelan bubur itu, regan dengan hati-hati terus menyuapi ku sampai empat suap tapi rasanya perut ku sudah penuh aku sudah menggeleng kepala, Regan menaruh bubur itu dan memberiku air.aku segera meminumnya.
N\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*"
mampir juga ya..
Rangkaian kosakata kamu juga banyak.
Mulai baca2 lagi buat nambah kosakata.
Untuk gaya bahasa, udah sesuai karena kamu ambil genre teenlit.
Hai! Namaku Nirina. Aku tinggal di desa yang berada di pinggiran kota kecil. Aku hanya anak remaja yang baru beranjak kelas dua SMA. Tidak ada yang spesial dalam diriku, kecuali cantik.
jangan lupa baca karyaku juga ya..
boleh saran? kalau bisa nama orang awali pake kapital ya, Rina Ifa Dewi heheh
Setiap awal kalimat sebaiknya gunakan huruf kapital, termasuk untuk nama orang ya, Kak.
Tanda titik di akhir kalimat cukup satu aja, atau kalau dirasa kalimat terlalu panjang, bisa pakai tanda koma untuk memberi jeda.
▪Aku menoleh ke arah Nafi. Aku langsung menjerit melihat hewan berbulu coklat itu sedang melata di tangannya. "Apa tidak gatal? itu ulat ... hewan yang paling kutakuti."
Dewi refleks menutup mulutku, namun bu Fika terlanjur mendengar.
Untuk alur ceritanya udah bagus, Kak. Kita sama-sama belajar ya, semangat terus nulisnya. Bikin cerita apalagi sampai cerita panjang itu nggak gampang, lho. Kamu bisa memulai dan tetap bertahan itu hebat!! 🤗😉