Bumi serasa akan runtuh menerpa Kirana ketika dia mengetahui fakta bahwa Bryan, suaminya, ternyata berselingkuh dengan sahabatnya sendiri, Maudy.
Tak tebersit sedikitpun dalam benak Kirana kalau sahabatnya itu akan menjadi duri dalam rumah tangganya.
Sepuluh tahun menikah dengan Bryan kini diambang kehancuran. Tidak sudi rasanya Kirana berbagi suami dengan wanita lain apalagi wanita itu adalah sahabatnya sendiri hingga dia memutuskan untuk bercerai.
Lantas, bagaimana Kirana menghadapi hidupnya setelah berpisah dengan Bryan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon REZ Zha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Surprise
Bryan bergegas meninggalkan hotel tempat gathering kantornya dilaksanakan. Sejak semalam, Maudy terus mengingatkannya untuk berkunjung ke apartemen wanita itu.
Bryan terpaksa meninggalkan acara ramah tamah bersama rekan-rekan dari kota lain, karena dia hanya mempunyai kesempatan malam ini untuk bertemu dengan Maudy. Sebab, besok sore dia dan rombongan dari kantor akan kembali ke Jakarta.
Bryan memakai ojek online menuju apartemen Maudy. Dia sengaja memakai motor agar lebih cepat sampai dan tak membuang waktu, karena sebelum jam sepuluh dia harus kembali ke hotel.
Perjalanan sampai di apartemen Maudy tak mengalami hambatan, hingga ia sampai di depan apartemen wanita yang sudah menjalin hubungan asmara dengannya selama setahun ini.
Bryan menekan bel seraya menoleh ke kanan dan ke kiri secara refleks, padahal ia tahu tak ada orang di sekitar.
Tak lama menunggu, pintu apartemen terbuka. Netra Bryan langsung dimanjakan dengan tubuh Maudy yang mengenakan lingerie merah sebatas pinggul. Membuat ia langsung menelan saliva menikmati kemolekan tubuh Maudy.
Maudy langsung menyambut Bryan dengan merangkulkan tangannya di tengkuk Bryan hingga mereka berdua kini saling berpagutan seakan melepas kerinduan telah lama tak bersua. Padahal dua Minggu lalu mereka sempat bertemu dan memadu kasih kala Maudy berkunjung ke Jakarta.
"Sepertinya ada yang rindu berat denganku." Saat pagutan mereka terjeda, Bryan menggoda Maudy yang menyambutnya dengan hangat.
"Tentu saja, Mas. Aku kangen berat sentuhanmu." Maudy melucuti kancing kemeja yang dikenakan Bryan, tak memberi jeda Bryan beristirahat atau sekedar menikmati secangkir kopi.
"Kamu sangat pandai menggodaku." Bryan mengangkat kedua pah4 Maudy hingga kaki jenjang wanita itu kini melilit pinggangnya. Mereka kembali berpagutan dan Bryan langsung membawa Maudy ke kamar wanita itu.
Sepertinya Bryan memang sudah hapal setiap sudut apartemen milik Maudy, karena ia tahu ke mana harus membawa Maudy untuk menyalurkan h4sratnya pada sahabat istrinya itu.
Bryan menjatuhkan tubuh Maudy di atas tempat tidur. Dia melepas kemeja yang telah dilucuti kancingnya oleh Maudy dan menghempasnya ke sembarangan tempat. Masih dengan berpagutan, ia pun melonggarkan ikat pinggang dan melepas pengait celananya.
Mereka berdua asyik memadu asmara, Menikmati keint!man mereka. Sama-sama melepaskan rindu, seperti tak perduli ada hati yang terluka dan tersakiti karena ulah mereka berdua.
Bryan terus menghujani sentuhan memabukkan pada tubuh Maudy. Suara er4angan dan de5ahan mereka berdua mendominasi ruangan kamar apartemen, menandakan mereka begitu menikmati surga dunia yang memabukkan.
Ddrrtt ddrrtt
Suara ponsel di saku celana Bryan berbunyi, membuat keint!man mereka terjeda. Bryan tak bisa mengabaikan panggilan telepon itu karena bunyi panggilan yang berdering menggunakan nada panggilan yang ia setting untuk Kirana.
"Kirana telepon." Bryan segera meraih ponselnya. Namun, ternyata Kirana melakukan panggilan video..
Bryan melirik pada Maudy di sampingnya, karena tidak mungkin ia mengangkat panggilan telepon Kirana saat ia berada di apartemen Maudy.
"Berani angkat, Mas?" bisik Maudy menantang Bryan seraya menggigit cuping telinga Bryan.
Bryan mereject panggilan Kirana. Namun, ia segera mengirim sebuah pesan pada sang istri
"Yank, aku sedang di aula. Nggak bisa terima telepon. Di sini berisik banget."
Itu alasan yang diberikan Bryan pada Kirana.
Tak lama pesan balasan dari Kirana masuk di ponselnya.
"Adek pingin lihat papanya, Mas. Dia sudah ngantuk, tapi nggak bisa tidur sebelum lihat papanya."
"Aku keluar apartemen sebentar, supaya Kirana nggak curiga." Bryan meminta pengertian Maudy, padahal mereka berdua belum mendapatkan pelepasan.
Bryan pun dengan cepat membalas pesan terakhir dari Kirana.
"Oke, tunggu sebentar. Aku keluar aula dulu, nanti aku telepon balik kamu."
Ketika Bryan hendak menjauh darinya, Maudy menahan tubuh Bryan dengan memeluk Bryan. Dia tak rela Bryan meninggalkan, sementara percintaan mereka belum sampai puncak.
"Mas, tanggung! Nanti saja, deh!" Maudy kini turun dan berlutut di depan Bryan yang duduk di tepi tempat tidur. Tangannya dengan lihai menyentuh milik Bryan dan menenggelamkannya di kedalaman rongga mulutnya.
Bryan mengerang, sensasi yang diberikan Maudy sulit untuk ia abaikan hingga dia melupakan niatnya menelepon balik Kirana, tapi justru melanjutkan kemesraan mereka.
Teett
Lima menit berlalu, kini justru suara bel apartemen yang berbunyi mengusik keasyikan mereka.
"Si4l! Ada saja yang mengganggu!" Bryan mengumpat kesal karena lagi-lagi keasyikan mereka terganggu.
"Siapa, sih?" Kini Maudy yang bangkit. Dia mengambil jubah pakaian tidur untuk melihat siapa yang mengunjunginya
Maudy lalu melangkah ke luar kamar, sementara Bryan menghempaskan tubuh di atas tempat tidur kembali.
Dari lubang pengintip yang ada di depan pintu depan, Maudy melihat seseorang membawa buket mawar di tangannya. membuat Dia mengerutkan keningnya. Namun, ia menduga kalau orang itu adalah suruhan Bryan yang ingin memberikan kejutan kepadanya, sehingga ia pun memutuskan membuka pintu apartemen miliknya.
"Surprise ...!"
Bola mata Maudy terbelalak ketika ia melihat kemunculan orang yang tidak ia duga ada di hadapannya saat ini.
"K-Kirana?" Maudy terperanjat, dia mencoba mengerjapkan matanya berharap apa yang ia lihat adalah sebuah halusinasi. Sebab, orang yang ia lihat di lubang pengintip tadi bukanlah Kirana.
Maudy sampai melongok ke luar, mencari keberadaan orang yang membawa buket bunga yang ia lihat dari lubang pengintip.
Lorong apartemen terlihat sepi. Tak ada orang sama sekali saat ia melongok ke kanan dan ke kiri.
"Cari apa, Dy? Kok, kayak orang bingung gitu?" tanya Kirana yang merasa puas melihat Maudy yang terkejut melihat kedatangannya.
"Hmmm ..." Lidah Maudy terasa kelu, seperti sulit untuk berkata-kata.
Kirana melihat penampilan Maudy yang menggunakan pakaian tidur mini. sudah dapat ia duga apa yang sedang dilakukan Bryan dan Bryan di dalam tadi.
"Tenang, Na. Tenang!" Kirana mengatur nafas, mencoba meredam emosinya yang sedang meletup-letup.
"Kok, kamu kayak nggak senang lihat aku, Dy? Nggak suruh aku masuk juga." Kirana menerobos masuk ke apartemen Maudy.
"Hmmm, Na." Maudy menahan langkah Kirana dengan menarik Kirana agar Kirana tidak sampai masuk ke dalam kamarnya, di mana saat ini Bryan berada.
"Kenapa sih, Dy? Aku nggak boleh masuk ke apartemen kamu?" Kirana berpura-pura bingung karena Maudy tak memberi izin dirinya masuk apartemen sahabat yang telah mengkhianatinya itu.
"Hmmm, bukan gitu, Na." Maudy terlihat kebingungan, serba salah dan juga ketakutan. Ekor matanya mengarah ke arah kamar, berharap agar Bryan segera sembunyi supaya Kirana tidak memergoki mereka berdua sedang bersama.
Kirana mengikuti arah pandangan Maudy hingga tertuju ke ruangan yang ia duga adalah kamar Maudy. Namun, matanya kini menangkap sepasang sepatu yang ada di dekat kursi di ruangan depan. Kirana sangat hapal seperti itu milik siapa? Tentu saja ia sangat mengenal sepatu itu, karena dialah yang membelikan sepatu itu sebagai hadiah ulang tahun Bryan tahun lalu.
Bukti itu semakin kuat. Tidak ada kebetulan yang benar-benar sama, membuat dada Kirana bergolak, tapi, dia harus menahan amarahnya sampai Bryan benar-benar keluar dari persembunyiannya.
"Eh, ada sepatu cowok? Ada kekasih kamu di sini, Dy? Kebetulan sekali, bisa sekalian kamu kenalkan ke aku dong, kekasihmu itu. Di mana dia?" Mungkin terkesan kurang sopan masuk ke dalam apartemen Maudy tanpa seizin pemiliknya. Tapi, kali ini Kirana sedang ingin mendapatkan bukti dengan memergoki mereka berdua.
Kirana lalu melangkah ke arah kamar yang dilirik Maudy tadi. Dia ingin menangkap basah sang suami yang sudah berani berselingkuh di belakangnya.
Seketika wajah Maudy memucat ketika melihat Kirana melangkah ke arah kamarnya.
*
*
*
Bersambung ...
wes gass buruan jadi janda Na
duda tajir melintir sudah menanti kamu,,eeh
dijamin aman dari Bryan
kayanya biarpun Bryan mengemis2 minta balikan
Kirana bakalan ogah2han
selingkuh itu penyakit yah
tat udah di maafkan di kasih kesempatan ke 2 malah di belakang selingkuh lagi,,
ogah lah balikan lagi sama laki² kayak Bryan.jangan jadikan anak² sebagai alasan .mereka akan baik² saja .
ayo na pergi bawa anak2 ke tempat yg gk bryan tau,,,,
Semua sudah jelas Bryan.
Jangan persulit kalau Kirana minta cerai