Mila, seorang gadis modern yang cerdas tapi tertutup, meninggal karena kecelakaan mobil. Namun, takdir membawanya ke zaman kuno di sebuah kerajaan bernama Cine. Ia terbangun dalam tubuh Selir Qianru, selir rendah yang tak dianggap di istana dan kerap ditindas Permaisuri serta para selir lain. Meski awalnya bingung dan takut, Mila perlahan berubah—ia memanfaatkan kecerdasannya, ilmu bela diri yang entah dari mana muncul, serta sikap blak-blakan dan unik khas wanita modern untuk mengubah nasibnya. Dari yang tak dianggap, ia menjadi sekutu penting Kaisar dalam membongkar korupsi, penghianatan, dan konspirasi dalam istana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Langkah kaki Qianru terdengar tenang saat ia dan Lin Yun akhirnya kembali memasuki ibukota Yichuan. Mereka tidak melewati gerbang utama, melainkan jalur rahasia yang hanya diketahui oleh para mata-mata kerajaan. Lin Yun tampak lebih dewasa, rambutnya sudah diikat ke belakang dengan ikat kepala milik pendekar muda.
“Kau tidak perlu mengatakan apa-apa jika tidak yakin,” kata Qianru padanya. “Tugasku melindungimu dari segala yang hendak menjadikanmu alat.”
Lin Yun mengangguk. “Tapi aku ingin bertemu langsung dengan Kaisar. Dia harus tahu aku tidak ingin merebut apa pun. Aku hanya ingin... bebas.”
Di kejauhan, menara istana menjulang. Bendera merah emas berkibar—lambang kekuasaan, lambang ambis
Kaisar menyambut Qianru di paviliun pribadi, tanpa pengawal, tanpa protokol. Ketika melihat Lin Yun berdiri di belakangnya, tatapan Kaisar berubah, waspada sekaligus penasaran.
“Anak itu... darah Wang Lei?” tanya Kaisar perlahan.
Qianru mengangguk. “Ya. Tapi bukan boneka. Dia menolak menjadi simbol pemberontakan. Dia memilih jalannya sendiri.”
Kaisar mendekati Lin Yun. “Kenapa kau tidak kabur saja? Atau memimpin pasukan rahasia dan menantangku?”
Lin Yun menatapnya lurus. “Karena aku tahu kebencian hanya akan melahirkan kehancuran. Aku tak mau menjadi seperti mereka yang mencoba membentukku.”
Hening panjang menyelimuti ruangan, sebelum akhirnya Kaisar tersenyum tipis.
“Kau lebih bijak dari kebanyakan orang dewasa di istana ini.”
Sementara itu, Permaisuri mengerahkan rencana terakhir, menyuap sebagian pengawal kerajaan untuk membuka gerbang malam hari, memungkinkan pasukan Selatan menyusup ke istana.
Namun mereka tak tahu, semua langkah mereka sudah diketahui Qianru dan mata-matanya. Di malam yang mereka pikir menjadi awal kebangkitan, pasukan istana telah mengepung jalur masuk rahasia.
Jenderal Mo berdiri di gerbang dengan pasukan lengkap. “Atas nama Kaisar, kalian semua ditangkap atas tuduhan makar.”
Beberapa mencoba melawan, tapi Qianru muncul, berdiri di tembok atas dan berteriak,
“Hentikan! Kalian mempertaruhkan nyawa demi kekuasaan semu. Tapi rakyat tidak butuh darah, mereka butuh pemimpin bijak!”
Pasukan pun menyerah, satu demi satu meletakkan senjata mereka.
Keesokan harinya, Permaisuri dihadapkan ke hadapan Kaisar. Wajahnya tetap dingin, penuh harga diri bangsawan.
“Jika kau membuangku, kau akan mencatat sejarah sebagai Kaisar yang menghancurkan darah murni kerajaan,” kata permaisuri sinis.
Kaisar menjawab, “Sejarah tidak ditulis oleh darah, tapi oleh perbuatan.”
Permaisuri diasingkan ke Biara Langit Suci, tempat ia harus menghabiskan sisa hidupnya dalam kesunyian dan renungan.
Qianru, yang menyaksikan dari balik tirai, menatap kosong. Ia tak merasa bangga, hanya lega bahwa perang bisa dihindari.
Dalam perayaan yang sederhana namun penuh makna, Kaisar mengangkat Qianru sebagai Gelaragita Shengfei — “Selir Bijak Penjaga Negeri”. Gelar yang tak pernah diberikan kepada siapa pun sebelumnya.
Namun, Qianru menolak tinggal di istana.
“Aku ingin hidup sebagai rakyat biasa, bersama Lin Yun. Aku sudah cukup berdiri di tengah badai.” ujar Qianru
Kaisar menatapnya lama. “Kau bisa menjadi apa pun di negeri ini.”
Qianru tersenyum. “Itulah sebabnya aku memilih untuk menjadi bebas.”
Ia dan Lin Yun pergi meninggalkan istana, berjalan menuju arah matahari terbit. Desa kecil di utara menjadi rumah mereka. Lin Yun tumbuh sebagai pendekar bijak, dan Qianru menjadi legenda yang diceritakan di antara anak-anak seorang selir yang menolak kekuasaan, namun menyelamatkan sebuah kerajaan.
Dari seorang gadis modern yang tak sengaja terjebak di dunia kuno, menjadi selir yang tak dianggap, lalu berubah menjadi pahlawan istana yang mengguncang sejarah. Ia tidak mengejar tahta, hanya kebenaran.
Bersambung