Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Aku menyentak tangan Bang Aril dari tangan ku, rasanya sungguh sangat risih ada laki laki yang memegang tangan ku. Sungguh berbeda saat Om Arif. padahal, aku malah berpelukan dengan nya. Tapi rasanya sangat nyaman. Entahlah kenapa bisa begitu.
"Maaf, Bang, Ak- Aku izin pulang, Bang."
"Tunggu!!! Aurel!!!"
Aku tak mengindahkan panggilan Bang Aril. Dengan cepat aku melangkah ke ruang ganti.
"Aurel." Desis Bang Aril.
Aku kaget, terkejut mendapati Bang Aril yang menunggu ku tak jauh dari ruang ganti.
"Maaf Bang. aku izin pulang, sekalian izin resign. Surat resign besok aku titipkan Tina. Maaf." Ujar ku
Memang tidak sopan tapi sungguh aku ingin segera pergi dari cafe secepatnya. Menjauh dari Bang Aril.
"Kamu kenapa, Rel??? Apa ini ada kaitannya dengan pengakuan ku tadi???"
Ku akui pengakuan nya memang sedikit mengusik ku. Bukan karena itu, tapi pengakuan nya membuat hatiku tak nyaman. Bayangan Om Arif dan suara Om Arif selalu mengusik ku.
Bang Aril menahan langkah ku. "kamu sedang tak baik baik saja. Setidaknya biarkan aku mengantar kam....."
Drtttttt.......Drtttttt.....
Ku rasakan getaran ponsel di tangan ku. Si jutek.
"Maaf, Bang." Ujar ku mengkode bahwa aku harus mengangkat telepon. Tanpa menunggu sahutan Bang Aril aku segera berjalan menjauh, diam diam aku keluar dari cafe melalui pintu samping.
Ku geser panggilan telepon dari Om Arif.
📱 "Assalamualaikum, Aurel. Mengapa kamu mengabaikan pesan ku??? Belum juga aku tinggal kamu sudah mengabaikan pesan ku, Rel."
📱 "Wa- wa'alaikumussalam Om. " Sahut ku bergetar. Aku bisa merasakan hati ku terasa senang mendengar suara Om Arif sore ini.
📱 "Ada apa dengan nada suara kamu?? Kamu baik baik saja??"
Bahkan dia sangat peka..
📱 "Hallo, Aurel, Kenapa kamu tidak menjawab pertanyaan ku???" Suara Om Arif sudah mulai meninggi.
📱 "Aurel!!! Jawab aku!!!"
📱 "O-m" Desis ku bergetar.
📱 "Kamu dimana!???" Sentak Om Arif.
📱 "Di.... Di cafe."
📱 "Share lok!!!!"
Aku berjongkok di bawah pohon nangka yang ada di samping cafe setelah mengirim lokasi terkini ku pada Om Arif.
Apakah Om Arif akan menjemput ku??? Tapi kan dia akan bertolak ke Surabaya sebentar lagi???
Aku memepet kan tubuh ku pada pohon Nangka di samping ku. begitu ku lihat di halaman cafe Bang Aril yang tengah mondar mandir di sana.
Dia berlari lari kecil ke sekitar. Terlihat beberapa kali mengusap wajahnya, gelisah. Mungkin mencari ku.
Sungguh, aku bingung dengan sikap ku yang merasa tak nyaman dekat Bang Aril setelah menyatakan perasaan nya.
Drtttttt....
📱 "Aku sudah sampai. Apa kamu bisa melihat ku???" Tanya Om Arif.
Aku tercekat. Bagaimana ini??? Aku memang melihat Om Arif sedang berjalan memasuki halaman cafe.
Bahkan tempat Om Arif berdiri saat ini, sangat dekat dengan Bang Aril.
📱 "I-iya, " Sahut ku.
📱 "Kamu dimana??? Apa perlu aku mendatangi kamu???"
📱 "Eng- gak, Om. Aku kesana sekarang." sahut ku cepat. Sembari menutup panggilan telepon kami.
Om Arif menatap kedatangan ku dari tempat nya berdiri. Langkah ku, ku percepat menghampiri Om Arif sembari berharap agar Bang Aril tidak menegur ku. Tapi.....
"Aurel!!!" Bang Aril sangat cepat menyadari keberadaan ku yang muncul dari arah belakang. Dia mendekati ku. "Kamu dari mana??? Aku mencari kamu dari tadi??? Kamu baik baik saja??? Ku antar...."
"Maaf, Bang. Aku sudah ada yang menjemput." Tukas ku cepat.
Bang Aril mengikuti arah pandang ku. "Siapa???" Tanyanya.
Aku bergeming. Mataku tetap terpaku pada Om Arif yang hanya diam menatap ku .
"Anda???". Bang Aril masih penasaran.
"Saya Om nya Aurel." Ucap Om Arif.
Aku tercekat. Dada ku semakin terasa nyeri mendengar kalimat pengakuan Om Arif. Kenapa terasa sangat menyakitkan. Aku menunduk dalam.
Tes
Air mata ku jatuh mengenai punggung kaki ku.
"Ayo, pulang, Rel!!!!"
Om Arif membukakan pintu mobil nya untuk ku. Memastikan aku duduk dengan nyaman.
Aku tidak mau Om Arif melihat mata sembab ku. Ku buang pandangan ku ke luar.
Bang Aril masih berdiri di tempat nya menatap ke arah ku.
Cepat cepat aku paling kan wajah ku membuat tatapan ku bertemu dengan tatapan Om Arif.
"Kamu baik baik saja, Aurel." Tanya Om Arif dengan nada khawatir.
"Naikan kaca nya, Om."
Om Arif melirik sejenak ke belakang punggungku. Dia melihat Bang Aril yang masih berdiri disana.
Om Arif mengangguk, dia lalu menekan tombol menaikan jendela kaca mobil.
Hening
Om Arif tak bertanya apa apa. Aku juga malas mengatakan apa apa. Kami saling diam.
Aku memalingkan tatapan ku ke arah luar. Meraba sesak yang tengah menggerogoti hati ku..
Saya Om Nya Aurel.
Kenapa hati ku begitu terluka mendengar Om Arif bilang seperti itu. Apakah aku sudah jatuh cinta pada nya???? Apakah aku berharap lebih pada hubungan pernikahan ini????
"Sudah sampai, ayo turun, Rel!!" Suara Om Arif memecahkan lamunan ku.
Aku menatap heran sekeliling ku.
"Bukannya Om harus kembali ke Surabaya malam ini???" Tanya ku heran ketika Om Arif menghentikan mobilnya di hotel tempat nya menginap.
"Antar aku ke kos kosan saja, Om!" Imbuh ku.
Om Arif masih tak menghiraukan perkataan ku. Dia membantu ku membuka sabuk pengaman ku.
"Om." Aku menahan tangan nya.
"Membiarkan kamu menangis sendirian di kos kosan. Jangan gila kamu Aurel!!!" Sentak Om Arif.
Aku terkesiap. Jantung ku kembali tercekat. Tanpa bisa aku cegah. Air mata ku meluruh lagi. Bukan karena bentakan nya. Tapi karena kalimat nya sangat membuat ku tersentuh. Dia sangat mengkhawatirkan ku.
"Rel!!!" Suara Om Arif tergetar. Dia terkejut mendapati aku kembali menangis. Tatapan matanya redup penuh rasa bersalah.
"Ak - Aku minta maaf." Ucap nya.
Brukk
Aku menjatuhkan tubuhku di pelukan nya. Tubuh Om Arif menegang, dia sangat terkejut dengan ulah ku.
"Aurel." Desis Om Arif.
Aku menenggelamkan wajahku di dadanya suara tangis ku semakin menjadi jadi. Tak ada balasan pelukan. Itu membuat hatiku bertambah sakit.
Dia sungguh kejam!!! Dia tidak ada usaha untuk menghibur ku.
Om Arif menyuruh ku duduk bersama nya di sofa dalam kamar hotel.
"Tolong jangan bertingkah, Aurel. Makanlah!!"
Aku melirik ke arah Om Arif, kemudian ku ambil satu piring.
"Jangan cemaskan apapun. Aku akan mencari cara membantu kamu." desis Om Arif.
"Membantu ku?? Apa???" tanya ku tak mengerti.
"Sejujurnya aku juga tidak tahu aku bisa membantu mu atau tidak. Tapi bisakah kalian bersabar sebentar. Hanya sampai papa mama kamu memaafkan aku. Setelah itu aku.... Aku ..."
"Kalian??? Siapa yang Om maksud dengan kalian???" Sura ku meninggi.
"Kamu mencintai nya kan??? Aku akan mencari cara...."
"Mencintai siapa???"kejar ku.
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.