【Baik, Cantik×Ganteng+Perselingkuhan,Cinta Segitiga+Cinta Manis, Komedi Romantis】Saat suamiku sibuk bermesraan bersama mantan kekasihnya, akupun tidak mau kalah! Dan pada akhirnya akupun memadu kasih dengan dia yang adalah......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CancerGirl_057, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19 #
Sementara aku pergi melenggang ke kamar. Aku berganti pakaian lalu keluar dari rumah itu mengendarai motor. Entah apa Mas Chris pikirkan, aku tidak peduli. Aku harus keluar untuk mencari sesuatu yang harus aku temukan untuk meredakan kebingunganku.
Aku pergi ke toko swalayan, membeli sekotak minuman dan roti coklat. Duduk di teras toko, itu membuatku lebih tenang daripada harus berada dirumah bersama Mas Chris.
"Lho, Ketty!" Sapa seseorang yang aku kenal.
"Bu Sulis, beli apa, Bu?"Tanyaku basa basi.
Bu Sulis melihatku dengan seksama, nampaknya ia menyadari sesuatu.
"Itu, Ketty. Gosip di desa kita, lagi panas-panasnya lho. Ini soal kamu dan suamimu. Kenapa bisa bertengkar tengah malam dikampung tetangga?" Tanyanya dengan penasaran.
Rupanya peristiwa semalam sudah tersebar diseluruh telinga warga desa. Memang benar, gosip panas tentang hubungan rumah tangga orang lain sangatlah menarik bagi banyak orang.
Bu Sulis memperhatikan wajahku, ia melihat kedua mataku yang masih sembab, bahkan lebih layak di sebut bengkak.
"nggak apa-apa, bu. Masalah pribadi." Jawabku singkat. Aku tidak ingin mengumbar aib rumah tanggaku sebelum semuanya jelas.
"Padahal, aku pikir hubungan kalian lagi harmonis-harmonisnya. Kan kamu baru beli obat kuat. Harusnya mantap dong urusannya." Ujar Bu Sulis.
Aku hanya diam dan enggan berkomentar. Memang seharusnya begitu, namun sepertinya harapan hanyalah harapan. Semuanya tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.
Akupun terpikirkan sesuatu, rumah Bu Sulis berada tidak jauh dari tempat memergoki Mas Chris semalam. Seharusnya, aku bisa mencari tahu sosok wanita yang bersama Mas Chris malam itu.
"Ngomong-ngomong, di kampung Bu Sulis situ, apa ada wanita yang menjanda, ya?" Tanyaku.
"Janda? Memangnya kenapa?" Tanyanya dengan mengerutkan kening.
"Ah, nggak apa-apa. Biasanya kan warga yang janda, duda dan masyarakat yang kurang mampu harus di data setiap bulannya, untuk terima sembako dari desa, cuma perasaan aja." Ungkapku beralasan.
"Oh, itu. Si Lisa, memang sekarang sudah janda. Sudah dua bulan ini dia mendapatkan jatah sembako, kok. Jadi sudah terdata." Jelas Bu Sulis.
"Mbak Lisa? Bukannya Mbak Lisa itu Sepupunya Nina, ya, Bu?" Tanyaku heran.
"Iya, itu loh, si Nina yang jual jamu sari rapet! Lisa juga sekarang sudah jadi reseller jamu sari rapet, sepupunya ikutan jualan obat kuat dari suamiku. Sepaket kan malah bagus!" Terang Bu Sulis dengan jelas.
Aku menganggukan kepala secara pelan. Ini semuanya sudah tampak jelas.
Aku mengkonsumsi jamu sari rapet untuk pertama kalinya, Mas Chris tahu itu jamu khusus untuk wanita, padahal nggak ada keterangan khusus dalam pembungkusnya.
Apakah itu berarti Mas Chris tahu tentang jamu sari rapet dari Mbak Lisa?
Apa benar, janda yang Mas Chris maksud adalah Mbak Lisa?
Pikiranku mulai berkelana dan tidak tenang. Haruskah aku bertanya langsung ke Mbak Lisa?
Demi menambah informasi yang aku miliki, aku terus mengorek semua cerita tentang Mbak Lisa ke Ibu Sulis. Wanita umur empat puluhan itu dengan gamblang menceritakan apa saja yang ia ketahui tentang Mbak Lisa.
Wajar saja, Bu Sulis adalah tukang gosip paling handal di kampungnya, bahkan kejulidannya sudah terkenal sampai ke seluruh desa. Dia adalah informan yang paling di percaya jika tentang gosip dan aib tetangganya.
"Bu Sulis, masih ada stok obat kuat, nggak?" Tanyaku.
"Wah, lagi kosong hari ini. Coba tanya si Lisa. Kemarin sore dia borong banyak. Laris banget jualannya, siapa tau ada sisa." cerocos Bu Sulis.