Raymond matheo...pemuda berdarah dingin bagaikan tak tersentuh, wajah tampannya seakan hanya menjadi pajangan bak lukisan di galeri,bisa di lihat namun tak bisa di sentuh.
Pemuda yang akrab di sapa Ray,atau tuan muda matheo itu menjalankan sebuah misi, mengakhiri petualangan seorang mafia,ia menyamar menjadi seorang bodyguard, namun apa jadinya jika ia justru harus terikat ikatan sakral dengan putri targetnya.
Aurora Zelena.. gadis cantik yang di jaga bak mutiara dalam cangkang nya,tak terlihat,tak tersentuh,hampir tak ada yang tau seperti apa rupa nya,selain orang terdekatnya..
" Ayah...Ele akan menikah..dengan dia... bodyguard ayah(Aurora Zelena).
" Kau yang memilihpermainan ini nona,maka mainkan hingga akhir( Raymond matheo)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
" Makan ini,kamu harus makan lebih banyak,aku ga mau ada yang mengatakan bahwa aku tidak memberikan mu makan" Ray menyodorkan satu box dissert kehadapan Ele,gadis itu tengah asyik menikmati roti bakar coklat miliknya.
Ini pertama kalinya ia tidak memakai cadar saat keluar dari kamar nya dan duduk di meja makan, selama ia berada di villa itu,ia lebih sering makan di dalam kamar nya, jika pun ia makan di ruang makan maka ia tetap menggunakan cadar.
Tapi pagi tadi Ray mengatakan bahwa ia ingin mereka sarapan bersama,dan itu akan terus berlaku setiap kali Ray berada di villa,Ray juga telah berpesan pada bi Darmi agar mengatakan pada para pekerja agar tidak ada satu pekerja laki-laki pun yang di izinkan masuk ke villa utama, kecuali ada panggilan dari Ray atau Ele.
" Saya sudah kenyang" Ele menjawab lirih.
Bi Darmi dan Susi putrinya heran melihat interaksi dua orang yang tengah menikmati sarapan pagi tersebut, berbagai pertanyaan muncul,apa hubungan mereka? Terlebih lagi pagi ini Ele sarapan bersama Ray dan tak menggunakan cadarnya.
Susi seakan tak berkedip melihat wajah cantik Ele, walaupun itu bukanlah yang pertama kali ia melihat wajah Ele tanpa cadar,tapi rasanya ia masih begitu terpesona.
" Kok kayak boneka gitu ya Bu mukanya,cantik,mulus terus kok bentuknya itu pas semuanya, kayak orang operasi plastik" Susi berkata dengan suara sedikit berbisik di telinga sang ibu.
" Pasti orang kaya,terus juga keturunan luar negeri mungkin" bik darmi menimpali.
" Tapi hubungan mereka apa ya Bu kira-kira " Susi mengutarakan rasa penasaran nya.
" Hust..udah ga usah urusin hubungan orang, mereka itu para orang kaya, terkadang uang bisa bikin mereka bebas Ingin melakukan apapun sesuai dengan keinginan mereka,kita disini cuma kerja,ga ada hak untuk ikut campur, apalagi tua. Ray itu, lihat aja mukanya ga pernah ramah,datar terus, untung cakep" ucap bi Darmi.
"Dih ibuk...udah tua juga,sok tau cowok cakep " ledek Susi pada ibunya.
Sedangkan yang menjadi topik pembicaraan ibu dan anak itu terlihat saling diam,hening,tak ada yang bicara,tak sedikitpun terlihat kedekatan di antara mereka, mereka layak nya orang asing yang kebetulan makan di satu meja yang sama.
" Saya harus ke suatu tempat, mungkin untuk beberapa hari" Ray memberitahukan kepada Ele bahwa ia akan kembali meninggalkan nya di villa itu.
" Saya ingin kembali ke mansion " Ele menyampaikan keinginannya.
" Tidak bisa sekarang, tunggu beberapa Minggu lagi,sabar lah dulu,disini akan lebih aman untuk kamu"
" Mengapa anda begitu yakin disini akan lebih aman? bahkan saya tidak bisa menghubungi ayah " Ele berbicara dengan nada naik satu oktaf.
" Aku ga bisa jelasin ke kamu Aura, masalah nya terlalu rumit, tolong mengertilah" pinta Ray dengan wajah serius.
Ele menatap tegas wajah tampan Ray" mengerti tentang apa? Tentang ayah yang katanya hilang dari rumah sakit? Mengerti tentang orang-orang yang berkhianat padanya dan ingin membunuh nya? Tentang yang mana yang harus saya mengerti?" tanya Ele semakin terlihat seperti tengah marah.
Ray menatap nya serius,ada sedikit rasa terkejut dalam hatinya,mengapa Ele mengetahui banyak hal, sedangkan yang ia tau,wanita itu hanyalah gadis manja yang segala kebutuhan nya di penuhi oleh ayahnya dan gadis yang biasanya hidup tersembunyi.
" Kamu cukup percaya pada apa yang aku katakan untuk saat ini,jangan pernah mendengar apapun yang orang lain katakan" pinta Ray serius.
Ele tersenyum tipis,ia bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Ray yang menatap nya dari meja makan.
" Ya Allah apa yang harus aku lakukan?" Ele menangis di dalam kamar,ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang, pikiran nya lelah, tubuhnya apalagi.
Ray menyusulnya ke dalam kamar,pria berwajah dingin itu melangkah mendekati nya,kedua tangannya berada dalam saku celana nya.
" Aku suami mu, percayalah padaku,aku akan menjaga dan melindungi mu" bujuk Ray lembut seraya mengusap puncak kepala Ele.
" Saudara ayah saja berkhianat apalagi seseorang yang dengan rapat merahasiakan identitas nya" Ele berucap lirih,namun jelas terdengar oleh Ray.
" Kenapa baru sekarang kamu mempermasalahkan tentang identitas ku Hem? Mengapa saat kamu meminta agar aku menikahi mu kamu tidak bertanya apapun tentang ku? tapi setelah semalam yang terjadi dengan kita kamu masih belum percaya dengan ku? " Ele bertanya dengan nada kecewa.
" Aku tau kamu tidak mencintaiku,kamu meminta pada ayah agar aku menikahi mu karena kamu tengah merencanakan sesuatu kan? katakan apa yang kamu tau tentang aku Aura? " tanya Ray tegas namun tidak dengan suara tinggi.
" Raymond matheo.... memiliki ikatan kerja dengan sebuah inteligen di eropa " Ele menjawab tanpa melihat wajah Ray.
Ray sedikit terkejut mendengar jawaban Ele, wajahnya terlihat pias,tak menyangka Ele bisa tau tentang profil pribadi nya.
Ray berusaha menenangkan debaran jantungnya " apapun yang kamu tau tentang ku itu tidak semuanya benar,aku akan menceritakan nya nanti setelah aku kembali dari perjalanan ku,ada banyak hal yang harus kita bicarakan" ucap Ray.
Ele tak merespon apapun,ia seakan tak ingin berbicara dengan Ray.
" Aku pergi,jaga diri kamu baik-baik ya, jangan sampai tidak makan dan aku mohon, apapun yang kamu dengar cukup percaya pada ku,ini ponsel baru untuk mu, didalamnya sudah ada no pribadi ku,aku mengambil ponsel lama mu" Ray berpesan dengan nada tegas.
Ray meletakkan sebuah ponsel keluaran terbaru dengan edisi terbatas,sebelum pergi,ia mengecup dan mengusap lembut puncak kepala Ele.
Darah nya terasa berdesir,ia merasa begitu berat untuk meninggalkan sang istri yang ia tau tengah merajuk padanya,tapi ia bersyukur Ele bahkan tak membantah saat Ray menyita ponselnya dan menukarnya dengan ponsel lain.
Hal yang sama juga Ele rasakan,darah nya berdesir dan jantung nya berdetak lebih kencang saat Ray mengecup puncak kepala nya,ada kehangatan dan kenyamanan yang ia rasakan,namun sekuat tenaga Ele menepisnya.
' Ya Allah kuatkan hamba agar tidak jatuh cinta padanya' batin Ele sedih.
Ray benar-benar meninggalkan villa bersama beberapa orang kepercayaan nya, walaupun hatinya merasa berat,tapi ia juga tidak mungkin mengabaikan panggilan orang tuanya.
Sepeninggalan Ray,di dapur bi Darmi dan Susi putrinya saling pandang, lagi-lagi mereka melihat sesuatu yang tidak bisa mereka tebak,Ray mengikuti Ele masuk ke dalam kamar utama,dan pagi tadi bi Darmi juga melihat dengan jelas bahwa Ray keluar dari kamar itu juga.
" Bu...tadi lihat ngak,itu...leher tuan Ray,anu kayak bekas di gigit gitu" ucap Susi yakin.
Ia gadis yang sudah dewasa, usia nya sudah 24 tahun, pastinya ia sudah cukup paham dengan apa yang ia lihat.
" Kamu jangan bicara sembarangan" tegur bi Darmi.
" Mana berani aku bicara sembarangan Bu,itu loh tadi jelas banget keliatannya,ga semuanya ketutup kerah kemeja nya,di sini nya loh Bu " bantah Susi dengan yakin.
Susi bahkan menunjukkan bagian lehernya dengan yakin, menunjukkan posisi yang ia lihat, membuat sang ibu menggeleng dengan keyakinan putri nya.