DICARI DENGAN SEGERA
Asisten pribadi.
• Perempuan usia max 27 tahun.
• Pendidikan terakhir min S1.
• Mampu berkomunikasi dengan baik dan bernegosiasi.
• Penampilan tidak diutamakan yang penting bersih dan rapi. (Lebih bagus jika berkaca mata, tidak banyak senyum, dan tidak cerewet.)
Kejadian itu satu setengah tahun lalu, saat dia benar-benar membutuhkan uang, jadi dia melamar pekerjaan tersebut. Namun setelah dia di terima itu adalah penyesalan untuknya, sebab pekerjaanya sebagai asisten pribadi benar-benar di luar nalar.
Bosnya yang tampan dan sangat di gemari banyak wanita itu selalu menyusahkannya dalam hal pekerjaan.
Dan pekerjaannya selain menyiapkan segala kebutuhan pribadi bosnya, Jessy juga bertugas menyingkirkan wanita yang sudah bosan dia kencaninya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sumber Kesakitan
Saat tiba di kantor, Chris di hadang oleh Carla, gadis itu menatap dengan marah. "Kau menghindariku selama satu minggu ini, bahkan tak menjelaskan kenapa kau meninggalkan aku di pesta sendirian minggu lalu!" ucapnya dengan menggebu.
Chris menoleh pada Jessy yang berdiri tepat di belakangnya. "Kamu bisa selesaikan ini?"
Jessy mendengus dalam hati. Karena itu artinya dia harus memutuskan hubungan lagi. Ya, pria ini sudah bosan pada wanita di depannya ini.
"Baik, Tuan." Meski tak ingin dia tetap harus melakukan pekerjaannya. Setelah itu Chris melewati Carla begitu saja.
"Hei-" saat Carla ingin protes, Jessy segera menahannya.
"Anda bisa bicara dengan, saya. Nona."
Carla melihat Jessy dari atas ke bawah. "Siapa kau? Aku mau bicara dengan Chris," ucapnya dengan menyingkirkan pundak Jessy. Namun pekerjaan Jessy yang membuatnya kembali menghadang Carla.
"Maaf, Nona. Tuan Chris sedang sibuk. Jadi anda bisa bicarakan denganku."
Kali ini tatapan Carla menajam. "Apa maumu? Kau sengaja menghalangiku, siapa kau? Ah, kau kekasih baru Chris?"
Jessy menipiskan bibirnya. "Saya asisten Tuan Chris, Nona." Kali ini dahi Carla mengeryit.
"Aku ingat, asisten Chris wanita culun dan kampungan itu. Bagaimana bisa dia jadi kau?"
Lalu Carla membelalakan matanya saat mengenali ini benar-benar Jessy, lalu tak lama kemudian dia terkekeh mengejek. "Kau mengubah penampilanmu? ... ah, kau melakukan ini untuk menarik perhatian Chris?"
Jessy menghela nafasnya kesal. Kenapa dia harus melakukannya demi pria itu. Enak saja.
"Anda salah paham, Nona-"
"Apanya yang salah paham. Jelas sekali Chris menjauhiku akhir- akhir ini. Dan aku yakin ini karena perubahanmu. Aku bahkan melihat dia membukakan pintu untukmu." Ya, seperti pagi sebelumnya, mereka datang bersama dan juga Chris yang terus bersikap manis dengan membukakan pintu untuknya.
"Aku akui kau cantik. Tapi kau pikir aku akan diam saat Chris memperlakukanku seperti ini. Dan aku tidak terima jika aku kalah dari pelayan sepertimu!"
"Pelayan?"
"Ya, pekerjaanmu melayani Chris kan? Aku juga yakin kau juga melayaninya di atas ranjang!" suara Carla begitu keras hingga menarik beberapa perhatian.
"Anda jangan sembarangan bicara, Nona." Jessy mengepalkan tangannya. Selama ini Jessy mendedikasikan hidupnya bekerja dengan Chris, tak pernah sedikitpun dia berpikir akan naik ke ranjang pria bajingan itu. Cih!
"Kalau tidak, kenapa kau menghalangiku bertemu dengannya. Kau cemburu dan tak ingin aku bicara dengan Chris. Menjijikan. Kau pikir Chris milikmu."
Jessy memejamkan matanya. "Maaf, Nona. Sebelumnya kau tahu bahwa Tuan Chris tak pernah setia dengan satu wanita. Lalu dengan bodohnya kau menerima dia. Lalu sekarang, setelah dia membuangmu, kau menyalahkan aku?" Jessy berjalan mendekat, lalu berdiri dengan jarak beberapa senti dengan Carla.
"Menurutmu siapa yang menjijikan?"
Plak!
Jessy merasakan pipinya berdenyut dan perih, sepertinya ada goresan disana.
"Brengsek! Beraninya kau!"
Jessy mengusap pipinya lalu menatap tajam pada Carla yang menampakan amarahnya. "Aku katakan satu hal Nona. Cintai dirimu sendiri. Jangan pernah mengemis cinta pada pria." Carla tertegun.
"Kau tahu konsekuensi berhubungan dengan pria macam itu bukan?" bisiknya lagi.
"Jadi, nikmati kesedihanmu. Dan jangan menyalahkan aku atas kesalahan orang lain, hidupku terlalu berharga untuk melakukan itu." Carla memundurkan tubuhnya saat Jessy terus mendekat. "Saranku ambil kompensasi anda, lalu jangan muncul lagi.” Jessy berbalik dengan kesal. Ya, meski kesal dia tetap tak bisa membalas tamparan Carla. Lagi pula itu bukan kesalahan Carla. Sumber dari segala masalah dan kesakitan yang pipinya rasakan adalah pria brengsek macam Chris.
Jessy memejamkan matanya dengan tangan terkepal erat. Dia melihat lagi pipinya yang memang memiliki goresan disana, mungkin tergores kuku panjang Carla.
Sial! Dia benar-benar tak tahan. Jessy ingin ini segera berakhir, namun ternyata dia masih disini. Masa kerjanya yang dia kira akan berjalan cepat, ternyata justru terasa seribu tahun.
Jika dia masih disini mungkin dia harus menerima tamparan sebanyak lima tamparan dan cacian lagi. Ya, kalau dihitung dari satu bulan sekali pria itu memutuskan hubungan, tentu saja dalam lima bulan dia juga akan mendapat lima tamparan, atau siraman air jus, bisa juga jambakan.
Jessy meraba pipinya sekali lagi, lalu beranjak dengan meraih tasnya, meninggalkan toilet dimana dia terus merenung. Bukan pergi ke lantai 28 dimana ruangannya berada, namun pergi melewati lobi, dan pergi begitu saja. Persetan dengan pekerjaannya. Jessy bahkan mematikan telepon genggamnya.
...
Gak ada kah yang mau mampir ke Belenggu (Valeri dan Mario)
sakit fisik ngga sepadan sama sakit psikis...
ayoo...tanggung jawab kamu sama Jessy...