Anya tidak menyangka bahwa hidupnya suatu saat akan menghadapi masa-masa sulit. Dikhianati oleh tunangannya di saat ia membutuhkan pertolongan. Karena keadaan yang mendesak ia menyetujui nikah kontrak dengan seorang pria asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Japraris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 22
Di perusahaan David.
David menghubungi Anya. "Anya, maaf, aku suruh anak buahku antar kamu di bandara. Aku nggak bisa pergi, ada urusan perusahaan mendadak," ujarnya, suaranya terdengar sedikit tegang.
Anya menjawab dengan tenang, "Tidak apa-apa, David. Fokus saja pada pekerjaanmu. Aku baik-baik saja."
"Kinan mana?" tanya David, kekhawatiran tersirat dalam suaranya.
"Ada, ini..." Anya menjawab, lalu menyerahkan telepon kepada Kinan.
"Halo, Om David!" sapa Kinan dengan riang.
"Halo, Sayang. Maaf ya, Om nggak bisa antar Kinan ke luar negeri. Om ada urusan pekerjaan," kata David, suaranya lembut namun penuh penyesalan.
"Ya, Om. Kinan mengerti. Nanti Om jenguk Kinan ya?" tanya Kinan, suaranya polos.
"Iya, Sayang. Kinan dengar Mamamu ya. Jangan nakal dan jangan berkeliaran sendirian di tempat ramai," pesan David dengan nada tegas namun sayang.
"Iya, Om. Kinan dengar kok," jawab Kinan patuh.
"Baiklah. Om tutup teleponnya," kata David.
"Iya, Om," balas Kinan.
Telepon terputus. David mengepalkan tangan, wajahnya tampak tegang. Arga, saingan cintanya, tiba-tiba menelepon asistennya untuk membahas kerja sama saat ia bersiap pulang untuk pulang kerja. Kejanggalan itu tak luput dari perhatiannya.
"Tuan merasa aneh nggak dengan Arga yang tiba-tiba begini?" tanya asisten David, raut wajahnya penuh tanda tanya.
David menghela napas, "Aku nggak tahu. Sepertinya Arga nggak memperhatikan Anya akhir-akhir ini. Dia nggak tahu kalau Anya bersamaku."
"Mungkin saja. Tapi saya dengar Arga sudah menarik semua anak buahnya. Dia sudah hentikan pencarian Anya. Apa mungkin dia nggak tahu kalau Anya bersamamu? Pikirkan, tiba-tiba dia ingin membicarakan kerja sama denganmu yang seharusnya dibicarakan besok siang," asisten David menambahkan, suaranya penuh curiga.
David mengerutkan dahi, "Tidak. Nggak ada celah untuk dibaca Arga. Seharusnya tidak. Mungkin saja memang Arga butuh kerja sama dengan perusahaan kita. Kamu tahu sendiri kalau bahan-bahan kita lebih bagus dari perusahaan lain."
Asisten David mengangguk, mencoba mencerna penjelasan bosnya.
"Kita ke hotel sekarang. Jangan sampai membuat mereka nggak senang," perintah David.
David dan asistennya menuju hotel tempat pertemuan dengan Arga.
Di sisi lain, Arga menyuruh Rangga untuk melakukan tugasnya dan dia sendiri yang akan menemui David di hotel untuk membahas pekerjaan.
Saat Arga masih berbincang dengan Rangga di kediaman Arga, teleponnya berdering. Itu dari anak buahnya yang berjaga di bandara.
"Tuan, saya baru saja lihat Tuan David di bandara. Dia sepertinya beli tiga tiket pesawat," lapor anak buahnya.
"Kerja bagus. Berikan laporan lengkap di hapeku. Bonusmu akan saya transfer," puji Arga, suaranya terdengar puas.
"Terima kasih, Tuan, laporan lengkapnya akan segera saya kirimkan," jawab anak buahnya.
Arga menepikan mobilnya, hampir menabrak seseorang. Ia menggeram, "David, aku nggak akan membuat perhitungan dengan kamu karena kebaikanmu dan keluargamu kepada istri dan anakku. Tapi aku ingin istri dan anakku tetap di kota ini," gumamnya.
Arga melanjutkan perjalanan ke hotel. Ia tiba bersamaan dengan David dan asistennya.
"David," sapa Arga, suaranya datar.
"Arga," balas David, tatapannya tajam.
David mencari Rangga, asisten Arga yang selalu mengikutinya. Ia bertanya, "Kamu sendiri?"
"Ya. Asistenku lagi urus pekerjaan lain yang lebih penting. Jadi aku sendiri yang bicara pekerjaan dengan kamu. Apa kamu nggak senang?" tanya Arga, berusaha bersikap tenang.
"Oh, suatu kehormatan bagiku. Mari kita masuk," jawab David, tetap waspada.
Mereka memasuki hotel. Arga memesan minuman. Perasaan David tidak enak sejak bertemu Arga. Ia merasa ada yang disembunyikan oleh pria di hadapannya ini.
David mengirim pesan pada asistennya, "Cek apakah Anya dan Kinan sudah tiba di bandara?"
"Maaf, saya permisi ke toilet," izin asisten David setelah membaca pesan.
"Ah, silakan," ucap Arga, tenang tanpa ekspresi.
Asisten David pergi. David memperhatikan punggungnya, "Semoga ini hanya perasaanku. Anya dan Kinan seharusnya sudah di bandara sekarang dan sudah check-in," gumamnya dalam hati.
"Tuan David, apa kita boleh bicarakan pekerjaan sekarang?" tanya Arga.
"Ah, oke," jawab David, memperbaiki duduknya.
Mereka berdua mulai membicarakan pekerjaan. Meski di pikiran mereka memikirkan sesuatu, tidak menghambat pembahasan mereka tentang kerja sama.
Di toilet, asisten David menelepon anak buahnya yang mengantar Anya untuk memastikan semuanya berjalan lancar, tetapi nomornya tidak aktif.
"Tidak mungkin terjadi sesuatu pada mereka," gumam asisten David panik. "Aku harus beri tahu Tuan David."
Ia keluar dari toilet, tetapi dicegat empat orang.
"Maaf, Tuan, aku harus membuatmu sedikit kerepotan," ucap salah satu pria itu, senyumnya sinis.
"Siapa kalian?" Asisten David bersiap menghadapi mereka.
"Kamu nggak perlu tahu. Siapa suruh kamu punya masalah dengan orang besar," jawab pria itu, lalu perkelahian pun terjadi.
Asisten David kalah jumlah dan pingsan. Keempat pria itu pergi setelah mengirim pesan pada bos mereka.
"Bos, pria ini sudah tidur di depan toilet," lapor mereka.
"kerja bagus. Uang sudah aku transfer. biarkan dia di sana," jawab bos mereka.
"Apa Tuan Arga ada urusan lain?" tanya David setelah Arga menyimpan ponselnya.
"Ya. Aku ada urusan. Pembicaraan kita selesai. Kontraknya akan dibawakan ke perusahaanmu besok. Semoga kerja sama kita berjalan lancar," ucap Arga, suaranya terdengar dingin.
"Ya," jawab David singkat.
Mereka bersalaman. Arga pergi. David menelepon asistennya, yang baru muncul dengan wajah babak belur.
"Kamu habis berkelahi?" tanya David, khawatir.
"Ya, Tuan. Maaf, ada empat pria yang halangi jalan ku. Mereka orang terlatih. Aku kewalahan," jawab asistennya, terengah-engah.
"Terlatih? Anak buah Arga?" tanya David, curiga.
"Sepertinya bukan, Tuan. Di punggung tangan mereka ada tato harimau putih," jawab asistennya.
"Harimau putih? Sejak kapan kita singgung orang besar ini?" tanya David, bingung.
"Tidak tahu, Tuan," jawab asistennya.
"Kamu sudah hubungi anak buahmu? Anya dan Kinan sudah berangkat?" tanya David, cemas.
"Maaf, Tuan. Tadinya aku ingin beri tahu Tuan bahwa nomor mereka maupun Nona Anya tidak dapat dihubungi," jawab asistennya, menyesal.
"Apa?" David terkejut. "Aku harus lihat Anya."
David bergegas ke bandara. Asistennya disuruhnya ke rumah sakit merawat luka-lukanya. Di bandara, David tak menemukan data penerbangan Anya dan Kinan. Panik, ia bergegas pulang di kediamannya. Mungkin saja Anya dan Kinan kembali saat sesuatu terjadi.
Di rumahnya, ia menemukan anak buahnya yang mengantar Anya dan Kinan terluka.
"Apa yang terjadi? Di mana Anya dan Kinan?" tanya David, panik.
"Maaf, Tuan, mobil kami dihadang sekelompok orang..." Belum selesai anak buahnya berbicara, telepon David berdering. Itu Anya.
"Anya, kamu dan Kinan baik-baik saja? Di mana kalian? Aku akan jemput kalian," tanya David, suaranya penuh kecemasan.
"David, kami baik-baik saja. Maaf sudah buat kamu khawatir. Aku... aku bersama Rangga," jawab Anya.
"Rangga?" David terkejut. Ia mengerti sekarang semuanya rencana licik Arga. Dia juga mengerti pekerjaan Rangga yang sangat penting.
"Arga, kamu sungguh licik," gumam David dalam hati.
"David, kamu nggak perlu cemas. Terima kasih untuk bantuanmu. Aku tutup teleponnya sekarang," kata Anya.
Telepon terputus. David duduk lemas. Ia menyadari kekalahannya, tetapi ia juga lega karena Anya dan Kinan aman. Ia juga menyadari perasaannya pada Anya harus berakhir. Arga pasti sudah tahu Kinan anaknya dan akan membuat Anya tetap bersamanya.
"Aku sudah kalah," gumamnya pelan, menerima kenyataan pahit.
seneng jika menemukan cerita yg suka alur cerita nya 👍🤗🤗
koq knapa gak dijelaskan sihhhh... 😒
Jangan menyia-nyiakan ketulusan seorang laki2 baik yg ada didepan mata dan terbukti sekian tahun penantian nya👍😁
Masa lalu jika menyakitkan, harus di hempaskan jauhh 👍😄
Gak kaya cerita lain, ada yg di ceritakan dulu awal yg bertele-tele.. malah malas nyimak nya 😁😁