Jingga Purwati dan Ruben Karindra adalah pasangan yang beda strata sosial, tetapi memiliki ikatan batin yang sangat kuat, jika Jingga berada dalam bahaya, Ruben bisa merasakan tanda bahaya didadanya akan berdenyut ngilu dan sakit, begitu juga Jingga dia bisa merasakan apa yang Ruben rasakan.
Perasan cinta mereka yang kuat terhalang oleh keinginan Bramantyo untuk segera menikahkan Ruben dengan Alisa. Mereka pun menikah secara resmi sedangkan Ruben hanya menikahi Jingga terlebih dulu secara sirih.
Keteguhan hati Jingga Purwati yang mampu mengatasi rasa kecewa pada sikap Ruben yang tidak memberitahukan kepada dirinya bahwa dia sudah menikah lagi dengan pilihan Bramantyo membuat Jiingga memilih memaafkan dan kuat menghadapi tekanan dari sang mertua yang galak dan sering menyiksanya.
Akankah Jingga Purwati dapat menaklukan hati sang mertua?
Ikuti kisah cinta mereka ... !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fanie Liem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Tantangan Jingga untuk Ruben.
Pagi ini awan masih tertutup, tapi Jingga sudah bersiap diri untuk pergi kekantor, dia menguatkan hati untuk semua yang terjadi, baik dimansion maupun dikantor.
Sementara itu Bram sudah berada didalam kantor untuk menyiapkan rencana baru bersama anak buah misterius yang memakai topi, masker dan kacamata hitamnya.
Mereka berdiskusi dengan sangat serius, bahkan Bram menatap tajam lawan bicaranya. Ia tak ingin rencananya kali ini gagal.
"Aku akan buat dia hari ini tidak ada untuk selamanya, sama seperti dia yang sudah menyebabkan istriku harus pergi selamanya," batin Bramantyo.
Hati Bram masih terluka akan kepergian mendiang Jesi, istrinya yang sangat dia cintai. Terlebih anaknya, Ruben harus menikah dengan pembunuh istrinya
******
Jingga datang dipagi buta karena dia tak mau lagi terlambat datang ia segera membersihkan seluruh ruangan staff juga bersiap diri untuk membuatkan kopi untuk para atasannya
Rania yang baru saja datang merasa sangat terkejut melihat Jingga yang sudah datang dikantor
"Tumben anak baru kamu tak telat, sekarang ada tugas baru dari atasan," ucap Rania.
"Tugas apa, Bu?" tanya Jingga.
"Kamu bersihkan gudang yang berada dilantai 18, cepat!" titah Rania.
"Baik, Bu ...," ucap Jingga.
Jingga pun pergi membawa perlengkapan alat bersih untuk membersihkan gudang tersebut.
Sesampainya dilantai 18.
Gudang itu masih terkunci rapat, tapi Jingga tak kehabisan akal dia pun mengambil tusuk jepitan hitam yang melingkar dikepalanya.
Jingga memutar jepitan hitam tersebut.
Klik ... !
(Pintu setengah terbuka)
Vas bunga itu jatuh kebawah, hampir mengenai Jingga, tapi sayangnya seorang pria mendorong tubuh Jingga kearah belakang sehingga kepala Jingga tak terkena Vas bunga tersebut.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Delta.
"Makasih, mas sudah menolong saya," ucap Jingga.
"Sama-sama, nyonya. Aku memang ditugaskan oleh tuan Ruben untuk melindungi nyonya," ucap Delta.
"Ternyata mas Ruben tidak sia-sia juga memperkerjakan dia, tapi siapa yang sengaja menaruh vas bunga tersebut," batin Jingga.
"Yes, akhirnya aku bisa jadi pahlawan kesiangan ...," batin Delta.
Delta cengar-cengir sendiri untuk membayangkan Jingga menerima dirinya sebagai kekasih dan meninggalkan suaminya yang menurut Delta, dialah yang pantas.
"Delta, kok diam?" tanya Jingga.
"Eh, ya. Nyonya mari saya antar pulang sekarang," ucap Delta.
Setelah mengantarkan Jingga kemansion Karindra, Delta pun pulang dengan kuda besinya.
Sepanjang perjalanan Delta terus tersenyum membayangkan moment bersejarah yang dia rasakan hari ini karena bisa mendorong Jingga dalam dekapan dada hangatnya.
Sesampainya Delta disebuah mansion yang begitu megah, di sambut hangat oleh beberapa pengawal yang berada didepan gerbang utama, ia pun masuk kedalam kediamannya dengan disambut kembali oleh beberapa maid yang datang menghampirinya lalu, ia pun masuk kedalam kamar pribadi yang luas, perlahan ia membuka sepatu, kacamata tebal, kumis tipis-tipisnya yang melekat.
Delta memandang cermin, lalu berkata," ternyata mereka semua tidak tahu kalau aku ini musuh yang menyamar."
Delta tersenyum miring, dia berjanji akan menghancurkan keluarga Karindra dengan tangannya sendiri. Dendamnya yang begitu kuat ketika dia mengetahui sebuah rahasia besar bahwa kematian dipesawat terbang beberapa tahun lalu disebabkan oleh Bramantyo yang secara sengaja meledakan pesawat tersebut.
Rasa kehilangan itu membuat luka yang sangat dalam dan berjanji akan menghancurkan seluruh keluarga Karindra.
"Bramantyo Karindra, aku akan membuat kamu kehilangan semua yang kamu miliki, tunggu saja pembalasanku," batin Delta.
*
*
*
Dilain sisi,
Jingga saat ini sedang mengiris bawang merah, bawan putih yang membuatnya merasa sakit mata dan mencucurkan air matanya.
"Sayang, baru kali ini aku lihat kamu menangis seperti ini, apa kamu menyerah sama taruhan kita?" tanya Ruben.
"Aku nangis karena irisan bawang ini, bukan masalah yang terjadi dirumah Rangga kita!" ucap Jingga.
"Sayang, ayolah kita damai saja. Aku nggak ingin ikuti kemauan Alisa, itu rasanya aku menghormati kamu," ucap Ruben.
"Sudahlah, turuti saja keinginan istri sahmu itu. Aku ingin lihat kamu itu tergoda apa tidak kalau dalam keadaan sadar," ucap Jingga.
"Tentu aku nggak akan tergoda, sayang. Kan yang aku sayang itu hanya kamu bukan dia," ucap Ruben.
"Aku akan percaya setelah aku menyaksikan sendiri," ucap Jingga.
"Hufh, dasar istri keras kepala! yasudah kamu pantau saja aku. Aku akan tunjukan kalau aku itu tak seperti yang kamu pikiran," ucap Ruben.
****
Malam harinya,
Alisa tampak menghiasi seluruh kamar dengan taburan bunga mawar berbentuk hati serta dua ekor angsa yang ada ditengah kamar hiasan, seolah-olah hari ini adalah malam pertama mereka akan memadu kasih.
Alisa merapihkan susunan rambut depan yang sedikit berantakan menggunakan sisir, lalu ia pun memoles dirinya dengan bedak dan lipstik tebal. Tak ketinggalan dia memakai lingerie berwarna merah.
klik!
(Pintu terbuka)
"Sial, kenapa juga aku harus melihat pemandangan ini," umpat Ruben sambil menutup kedua bola matanya.
Hasrat kelelakian Ruben menggebu Namun dia terus berusaha untuk menahan dirinya karena tak ingin tergoda dan membuktikan dirinya mampu melewati tantangan dari Jingga.
"Mas Ruben, malam ini aku milikmu," goda Alisa sambil membuka satu kancingnya.
Ruben menahan hasrat." Ya, Allah kuatkan hambamu ini dan bawalah Jingga kesini."
Perlahan Alisa kembali membuka satu kancing baju Ruben, serta mencium leher Ruben, Namun ketika sampai dikancing terakhir, tiba-tiba saja pintu terbuka.
"Sial, berani sekali kamu menerobos masuk!" geram Alisa.
"Ups, sorry ...! aku ganggu kalian, tapi malam ini mas Ruben itu harusnya tidur bersamaku," ucap Jingga.
"Kamu jangan ngaco ya, aku tak ingin berbagi suami denganmu," ucap Alisa.
"Mas Ruben hanya milikku, aku tak pernah membaginya. Hanya saja ada wanita jalang yang berani sekali mempermainkan kami," ucap Jingga.
"Rupanya dia sudah tahu rencanaku ini, dasar kurang ajar. Tunggu saja pembalasanku," batin Alisa.
Ruben beranjak dari tempat pembaringan, ia menghampiri Jingga.
"Sayang, aku menang. Kamu masih ingat janji kita yang kemarin kan," ucap Ruben.
"Iya, oke."
"Aku mau kita segera buat anak," bisik Ruben.
"Jangan ngaco, kita berdua belum dapat restu dari Daddy kamu," ucap Jingga.
"Justu dengan kehadiran anak kita, nanti Daddy Bram akan merestui hubungan kita berdua dan aku akan bisa menceraikan Alisa," ucap Ruben
"Ini cuma modus kamu saja kan, aku tidak ingin nantinya kalau aku hamil, justru Daddy kamu itu semakin membenci aku," ucap Jingga.
"Tidak mungkin sayang, kita coba dulu saja," ucap Ruben.
Jingga hanya tersenyum kecut dan terdiam, lalu pergi meninggalkan Ruben yang mematung didepan pintu seorang diri. Namun Alisa yang sejak tadi sengaja untuk mendengarkan percakapan mereka dibilik pintu besar itu menjadi punya rencana baru.
"Aku tidak akan pernah biarkan mereka menyingkirkanku dengan kehadiran anak diantara mereka. Aku akan pastikan Jingga yang akan terusir dari sini, bukan aku," batin Alisa.
TBC
(To Be Continued)
Tinggalkan jejak berupa like, vote, dan komentar. Terima Kasih
buat cerita baru lagi ajah..
kok bisa Alisa melakukan hal bodoh