The Random Zodiak

Ada seseorang yang menarik tangan Alisya. "Eh, ini ngapain tarik-tarik tangan gue, lepas ngga! Mau di bawa ke mana gue! Lo denger ngga sih!"

Orang itu tak ngga peduli dengan teriakan Alisya. Ia semakin membawa Alisya ke tempat yang sepi.

"Husttt! Ini gue," Putra membuka topi dan kaca mata yang ia kenakan.

"Dih, ngapain sih lo nakutin gue!" Bentak Alisya yang tidak terima dengan tingkah Putra.

"Maaf, lagian lo di hubungi dari malam ngga bisa. Tadi di panggil pun ngga nyaut, yasudah gue culik aja," ucap Putra.

"Lagian gue kirim pesan dari padi ngga di balas, udah seharian nungguin padahal. Gantian sekarang gimana rasanya di cuekin?"

"Iya, maaf," Putra menumpu tangan nya pada tembok , ia tatap wajah cantik Alisya yang sedang menatap nya tajam, bibir nya cemberut ingin rasanya ia kecup.

"Ah, udah. Yuk kita cabut!" Ajak Putra turunkan kembali tangannya agar Alisya bebas bergerak. Ia juga tak mau memandang Alisya lebih lama dengan jarak yang cukup dekat. Ya, itu karena di takut kan terjadi hal-hal yang diinginkan.

"Kemana?" tanya Alisya.

"Ke suatu tempat, pasti kamu suka. Ayo!" Tangan Putra terulur menggandeng tangan kiri Alisya.

"Kita bolos?"

"Iya,"

"Eh tapi ini mata kuliah pak Jamal."

"Biarin aja, yuk!"

"Kita berdua saja?" tanya Alisya lagi.

Putra menghela napas panjang. Mungkin Alisya takut di ajak pergi berdua dengan nya. Lalu muncullah ide jahil di kepalanya. "Iya, kita berdua aja, biar ngga ada yang ganggu,"

"Eh kemana dulu? Awas kalau di ajak ke tempat yang aneh-aneh ya!" Alisya melepas genggaman tangan Putra. Adegan beberapa menit lalu terbesit di ingatan Alisya. Tentu saja sebagai perempuan ia takut saat Putra mengajak nya pergi ke suatu tempat yang di rahasiakan dan juga hanya mereka berdua yang pergi.

" Tenang saja, kalau sudah sampai sana kita akan puas kok. Udah, lo ikut aja!"

Lagi-lagi Putra sengaja merahasiakan ke mana ia akan mengajak Alisya pergi.

"Ngga mau!" tolak Alisya dengan tegas.

Putra akhirnya menyerah, perempuan yang ada di hadapan nya ini sangat teguh akan pendiriannya.

"Kita ke PRJ ( Pekan Raya Jakarta), gue lapar dari tadi malam lupa belum makan. Yuk, temenin gue!"

"Oh, ke sana. Ayo!" Alisya tersenyum, lalu ia berjalan mendahului Putra. Tentu saja ia lalu karena sudah berpikir buruk tentang Putra.

"Kita jalan bersama," Putra mensejajarkan dirinya dengan Alisya. Lalu ia kembali menggenggam tangan gadis yang di cintai nya itu.

...----------------...

"Kok Alisya lama banget ya, beli minum ke Irak kali, ya! Apa jangan-jangan dia di culik?" Mona yang terkenal sabar di antara yang lain nya itu pun sudah mulai merasa gelisah, karena Alisya tak kunjung datang sedang kan jam pelajaran sudah di mulai.

"Di culik kayak nya deh," jawab Lulu.

"Ngasal aja, kalau lo ngomong. Dia sahabat kita lo!" tegur Mona pada sahabat nya.

"Iya lah, dia sahabat kita. Siapa bilang dia musuh kita, Mon!"

"Itu, tempat duduk Putra kosong. Apa, jangan-jangan mereka pergi berdua ya?" Nikki menebak kalau Putra dan Alisya pergi bersama.

"Mungkin," jawab Vi dengan cuek.

"Kalian kok tenang banget sih! Ntar kalau hilang gimana dong!" Mona masih panik memikirkan di mana Alisya.

"Tinggal di cari aja kalau hilang," saut Lulu.

"Nah, bener." Celetuk Vi.

"Sudah, ntar gue kirim pesan ke dia," Ujar Lulu. Ia berusaha menenangkan Mona yang khawatir akan keberadaan Alisya. Padahal dalam hatinya juga khawatir di mana sebenarnya Alisya.

Ikatan mereka lebih dari sekedar sahabat. Geng scorpio lebih dari itu, karena mereka sudah bersama dari sejak SMA. Mereka sudah seperti keluarga.

Di barisan sebelah kanan tak kalah heboh. Geng Kawa-kawa juga sedang mencari keberadaan Putra.

"Udah lo hubungi belum, Will?" tanya Andra.

"Udah, tapi ngga ada jawaban."

"Kok bisa, dia kemana? Bukan nya tadi pamit nya ke kantin, sebelum masuk kelas. Masa iya dia di culik. Yang nyulik dia pikir panjang dulu harus nya." Celetuk Andre.

"Iya, pikir panjang bukan dia yang babak belur kalau ada perlawanan. Tapi, penculik nya yang babak belur," William ikut bersuara membenarkan ucapan Andre.

"Sudah, kita santai saja kayak di pantai. Walaupun hati kita juga sebenarnya was-was. Udah tarik napas, lalu hembusan kan! Lakukan itu berulang kali pasti nanti jadi lega." Lou memberikan saran kepada teman-teman nya.

"Ogah ngikutin ajaran lo, yang ada bikin malu," tolak Andre.

Karena terakhir kali saat dia mengikuti saran Lou dia malah buang angin. Dan yang buat Andre malu bunyi nya cukup kencang sehingga di dengar banyak orang. Tentu saja itu membuat Andre malu.

Di tempat lain...

Sementara semua sahabat nya khawatir, dua orang yang sedang di mabuk asmara ini sedang menikmati beberapa makanan yang ada di stand makanan di Pekan Raya Jakarta.

"Pedes, ya?" tanya Putra yang melihat Alisya menenggak air mineral sangat banyak.

"Iya, hah... padahal udah pesan pedes sedang napa ini rasanya pedes banget ya!" Keluh Alisya.

"Apa makanan kota tertukar ya?" tanya Putra. Karena dia merasa pesanan nya kurang pedas. Padahal dia yang pesan pedas.

"Dih penjual nya ngga sip tuh, harus nya bungkus nya di kasih tanda dong. Atau paling ngga bungkus plastik nya di pisah. Seperti masa lalu yang jangan di campur dengan masa kini."

Putra tertawa mendengar ucapan Alisya. Bibirnya merah menahan pedas yang di rasakan sungguh menggoda iman Putra.

" Aih... lo lihat kemana sih, " ucap Putra lirih.

" Kenapa? " tanya Alisya yang masih bisa mendengar ucapan Putra.

"Ada saus yang menempel di bibir kamu," Putra bangkit dari duduk nya lalu membersihkan sisa saus dari bibir Alisya dengan ibu jarinya.

Jarak mereka begitu dekat. Alisya ingat satu jam lalu ia juga sedekat ini dengan Putra. Kalau saja bisa terdengar debaran jantung nya saat ini. Pipinya sudah merona. Antara malu senang dan juga gugup.

"Eh, ada saus ya," Alisya menjauhkan diri dari Putra. Ia segera mengambil tisu yang ada di meja untuk membersihkan sisa saus. Tentu saja ini hanya alibi nya, karena saus tersebut sudah di bersihkan oleh Putra.

"Sudah bersih kali," ucap Putra yang tertawa melihat tingkah gugup Alisya.

"Maaf ya, ngga akan lagi terulang. Kemarin itu lagi sibuk pergi sama geng kawa-kawa ke rumah pak Jamal meminta bantuan beliau buat cari istri kak Brandon. Pulang dari sana ke rumah nenek sudah malam. Saat gue coba hubungi balik, ngga lo jawab. Ya, mungkin lo udah tidur. Kan biasa kayak gitu, kalau lagi chat di grup lo ketiduran, " Putra menjelaskan panjang lebar perihal dirinya yang tidak bisa di hubungi oleh Alisya.