Seorang jenderal wanita yang berasal dari benua Padang Utara, harus mati konyol setelah ia dikhianati oleh semua bawahannya yang membunuhnya pada malam setelah mereka memenangkan perang.
Tetapi, setelah kematiannya, dia kembali terbangun dalam tubuh seorang gadis buruk rupa yang merupakan gadis terlemah di Benua Padang Selatan.
Begitu menyadari dirinya yang masuk ke tubuh seorang gadis lemah, maka dia bertekad untuk mengubah jalan hidupnya dan membalaskan dendamnya terhadap orang-orang di benua Padang Utara.
Bagaimanakah perjalanannya menjadi kuat?
Apakah dia akan berhasil membalaskan dendamnya?
Ikuti kisahnya dengan mulai membaca bab 1 pada novel ini..!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Desa perampok
Setelah cukup lama menunggangi kuda bersama para perampok, Mereka kemudian tiba di atas puncak pegunungan lalu melihat ke arah bawah.
"Bukankah itu lembah yang tadi kita tempati menginap? Di sana sedang terjadi hujan badai!!!" Ucap salah seorang yang bisa melihat bahwa di kegelapan malam petir menyambar-nyambar dengan sangat mengerikan.
"Ah,, benar,,,!! Untung saja kita sudah meninggalkan tempat itu, kalau tidak kita semua akan terjebak dalam hujan badai itu!!!"
Para anggota perampok berbincang-bincang satu sama lain, sementara ketua perampok mendengarkan mereka, dalam hati pria itu kembali mengingat percakapannya dengan Adelia.
Ketua perampok itu langsung menatap Adelia yang menunggangi kudanya dengan tenang, 'Bagaimana bisa perempuan itu menebak bahwa akan terjadi hujan badai? Padahal dia tidak bisa melihat kondisi langit karena saat itu sedang terjadi kegelapan.' pikir ketua perampok dalam hati.
Adelia yang berjalan dengan tenang di depan kini menatap ke arah jalan yang semakin sempit di depannya lalu dia menghentikan kudanya dan berbalik menatap ketua perampok.
"Apakah ini jalan yang benar?" Tanya perempuan itu langsung dianguki oleh ketua perampok.
"Ini jalan yang benar, biar saya yang lebih dulu supaya bisa menunjukkan jalan." Kata perampok itu lalu mendahului Adelia dan mereka semakin memasuki jalan yang sempit hingga akhirnya mereka harus berjalan di pinggir tebing yang begitu curam.
Dan sebelum melalui pinggir tebing yang lebih sempit, sang kepala perampok menghentikan kudanya, lalu dia berbalik menatap Adelia yang menunggang kuda di belakangnya.
"Di sini terlalu sulit untuk dilalui, Apakah kau bisa melakukannya?" Tanya ketua perampok yang cemas bila saja Adelia tidak sanggup melaluinya hingga perempuan itu terjatuh.
Tetapi Adelia tersenyum menatap kepala perampok itu, "jalan saja, aku baik-baik saja," ucap Adelia.
Kepala perampok tidak langsung menjalankan kudanya, dia kembali melihat Adelia beberapa saat sebelum menghela nafas dan menjalankan kudanya pelan-pelan.
Tebing yang begitu sempit dan jurang yang dalam dan tak kelihatan ujungnya karena sangat gelap membuat semua orang sangat berhati-hati menunggangi kuda mereka.
'Sepertinya ini jalan menuju tempat persembunyian mereka, berada di tempat yang sulit dijangkau dan terlebih dengan jalan seperti ini, maka jika ada penyusup yang masuk ke wilayah mereka, akan dengan mudah untuk menangkap penyusup tersebut.
'Lagi pula jalan seperti ini tidak akan sembarang dilalui oleh orang, hanya orang-orang yang memiliki nyali yang tinggi yang berani berjalan di tempat seperti ini.' pikir Adelia dalam hati sembari terus mengikuti ketua perampok yang berjalan di depannya.
Setelah 30 menit sangat berhati-hati melewati tebing curam itu, akhirnya mereka tiba di lakukan tebing yang lebih besar lalu memasuki sebuah terowongan yang dijaga ketat.
Masuk ke dalam terowongan digunakan obor di sepanjang dinding terowongan untuk menerangi jalan, lalu mereka kemudian muncul di sisi lain gunung itu yang merupakan sebuah desa kecil di gunung yang membentuk lembah.
'Astaga, cahaya-cahaya obor yang dinyalakan di tempat ini tampak begitu banyak. Artinya tempat ini sangatlah ramai, apakah orang-orang yang ada di sini semuanya adalah orang-orang yang mereka culik?' Adelia berpikir-pikir dalam hati sembari terus mengikuti ketua perampok memasuki desa tersebut.
Mereka lalu berbelok ke sebuah bangunan yang tampak besar di tengah desa tersebut. Lalu ketua perampok mengarahkannya untuk turun dari kudanya dan mereka memasuki salah satu bangunan di tempat itu.
Karena saat itu sudah subuh hari, maka beberapa orang sudah terbangun dari tidur mereka dan termasuk tuan besar yang menjadi kepala segala perampok yang mendiami desa itu.
"Tuan besar," kepala perampok langsung memberi hormat pada Tuan besar dengan Adelia di belakangnya berdiri dengan tegap tanpa ada niat untuk memberi hormat pada pria di depannya.
Bagaimanapun, pria di depannya hanyalah seorang tuan besar perampok dari desa kecil, sementara dirinya adalah seorang jenderal yang paling berkuasa dan paling ditakuti di benua padang utara.
Sikap Adelia yang seperti itu langsung membuat kepala perampok dan para anggota perampok yang sudah berlutut memberi hormat pada Tuan besar Langsung menatap Adelia dengan bingung.