Diusianya yang relatif muda, Bunga. harus dihadapkan pada pernikahan dengan sang majikannya yang lumpuh, atas permintaan dari istri pertama nya Bella. yang lebih memilih sibuk dengan dirinya sendiri dan Dunia modeling yang selama ini dia gelutinya.
Arya CEO Tampan Itu hanya bisa pasrah, ketika diminta untuk menikahi Bunga. yang selama ini begitu tulus merawat dan memberikan kasih sayang pada putra satu-satunya Cecilio.
Seiring berjalannya waktu, akankah cinta tumbuh diantara mereka? setelah Arya sembuh. mampukah penyesalan Bella untuk kembali merebut cinta Arya yang dulunya begitu besar kini sudah hilang. tergantikan dengan sosok Bunga yang jauh lebih muda, cantik dan enerjik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ritasilvia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Arya
Arya menambah kecepatan laju kendaraan nya, dia berusaha berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan istri pertama nya. sesekali pria tampan itu mengusap kasar wajahnya, mengingat begitu banyak kejadian yang menimpa kehidupan Rumah tangga nya sekarang.
"Ya Tuhan, apa ini kesalahan ku. yang masih belum mampu untuk berbuat adil terhadap istri-istri ku. meskipun semua ini, dari awal bukan lah keinginan ku, tapi sekarang aku tidak bisa melihat kedua istri-istriku saling tersakiti dan menyakiti. aku harus bagaimana ya Tuhan. aku benar-benar bingung." Gumam Arya resah.
Mobil Arya memasuki pelataran Rumah sakit, Bella langsung mendapatkan pertolongan. luka dibagian pelipis nya cukup mengeluarkan banyak darah, sementara tangan sebelah kanan wanita itu terlihat patah.
Arya berjalan mondar-mandir didepan pintu ruangan perawatan Bella, sementara mertuanya menangis memikirkan Bella. Arya menghempaskan tubuhnya duduk dikursi ruang tunggu. pikiran nya langsung tertuju pada istri nya Bunga, yang belum sempat dia kabari termasuk mamanya Sinta.
Arya tertunduk lesu, bingung dengan apa yang harus dilakukan nya setelah ini, dia mengeluarkan ponsel, dari saku celana, menatap sedih nama Bunga. sebelum melakukan panggilan.
Deringan ke Dua, Bunga langsung mengangkat panggilan dari Arya.
"Assalamualaikum, mas.'"
"Waalaikumsalam, sayang."
"Mas kok terdengar lesu, ada apa? mas sekarang lagi dimana? dan mana mbak Bella." Bunga yang sedari tadi menunggu kedatangan Arya, langsung membom suaminya dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk dibenaknya.
"Bunga, kamu tenang dulu ya. nanya satu satu dulu dong sayang."
Arta bisa kembali tersenyum, setelah mendengar suara Bunga yang merdu, seakan-akan panik dan kegundahan hatinya hilang seketika. hanya dengan suara Bunga.
"Baiklah suamiku sayang, maaf ya."
"Okey, mas akan jawab. tapi kamu ngak boleh panik dan tetap tenang ya sayang." ucap Arya.
"Ya mas, Bunga bakal tenang."
"Sayang, sebenarnya biang kerok kecelakaan di hotel itu perbuatan Bella. Mas marah besar begitu mengetahui dan menyuruhnya untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya yang salah, tapi Bella menolak, dia panik dan takut dipenjara, sehingga...." Arya terdiam tidak sanggup melanjutkan kata-katanya, dia tidak ingin Bunga juga bertambah panik.
"Mas, mbak Bella kenapa?"
Terdengar suara Bunga yang tidak sabaran lagi, meskipun Bunga sempat kaget dan tidak menyangka Bella akan berbuat jahat sejauh itu terhadap dirinya.
"Mbak Bella kenapa mas?"
"Bella jatuh dari tangga, sekarang dia masih ditangani dokter. sepertinya sebelah tangan Bella patah akibat terhimpit oleh tubuhnya sendiri."
"Astaghfirullah mbak Bella hu...hu..."
Air mata Bunga jatuh membasahi pipinya, bagaimana pun jahatnya Bella. paling tidak wanita itu pernah menolongnya keluarganya dulu. meskipun Bella yang dikenal Bunga, sudah jauh berbeda sifatnya sekarang.
"Bunga, kamu ngak napa-napa Khan?"
"Ngak kok mas," Bunga segera mengusap air matanya.
"Ada apa nak?'
Suara Mama Sinta yang datang tiba-tiba, mengagetkan Bunga. dia pun menyerahkan ponsel yang masih terhubung dengan Arya. ketangan ibu mertuanya.
"Hallo Arya, apa yang terjadi pada Bella nak?"
"Bella jatuh dari tangga ma, sekarang kami sedang berada dirumah sakit pusat." Arya pun menceritakan kronologis kecelakaan yang dialami Bella, meskipun sempat geram dan marah. Mama Sinta luluh juga saat melihat Cecilio yang langsung menangis begitu mendengar musibah yang menimpa sang Mami.
"Cecilio sayang, kamu tenang dulu ya nak. Mama yakin, jika mami Bella pasti kuat melewati semua ini." bujuk Bunga.
"Cecilio, pengen ketemu Mami, ma."
"Okey Sayang. kita bakal kerumah sakit melihat kondisi Mami. sekarang Oma bersiap dulu ya." ucap Mama.
Dirumah sakit, perlahan Bella mulai sadar dan membuka matanya. meskipun pelipisnya nya masih tersa perih. terutama tangan sebelah kanan nya yang sudah terpasang GIF. Bella mengedarkan pandangannya kesekeliling kamar.
"Mas Arya." ucap Bella pelan.
"Ya Bella, aku ada disamping mu." balas Arya.
"Maafkan Bella mas, Please jangan perkara kan lagi kesalahan Bella ya mas." Bella menangis memohon pada Arya. dia tidak peduli rasa sakit dan perih yang dirasakannya saat ini.
"Bella, kesalahan mu terlalu besar. bahkan ini sudah menyangkut nyawa Bella." ucap Arya.
"Mas, Bella janji bakal berubah seperti dulu lagi. dan menerima Bunga dengan ikhlas. Bella mengaku khilaf dan bersalah. mungkin ini peringatan agar Bella bertaubat mas." ucap Bella sambil menggenggam sebelah tangan Arya, berusaha untuk meyakinkan suaminya.
"Apa ucapan dan air mata buaya mu ini bisa aku percaya." Arya bangkit berdiri membelakangi Bella yang masih menangis.
"Aku berkata sungguh-sungguh mas, kamu boleh menceraikan aku. jika aku tidak bisa membuktikan jika aku benar-benar berubah. aku ikhlas menyerahkan mu sepenuhnya pada Bunga, jika kata-kata ku tidak terbukti."
"Please mas, beri aku kesempatan ya. ini semua juga demi Cecilio. mas, kasihan dia. jika Mami dan papinya harus berpisah" ulang Bella.
"Arya benar-benar bingung, ini merupakan kesempatan untuk nya agar bisa lepas dari Bella, tapi sekarang istri tuanya itu sudah terluka berat, sebelah tangannya patah. bahkan Bella sempat kehilangan banyak darah. sedangkan putranya Cecilio begitu menyayangi Bella. tidak mungkin dia memisahkan mereka mendadak begini.
Ceklek, pintu ruangan Bella terbuka. Cecilio langsung masuk menghampiri Maminya sambil menangis.
"Mami... mami kenapa, Cecilio sayang sama mami...hu..hu..." memeluk tubuh Mami yang masih terbaring sakit.
"Mami ngak kenapa-napa sayang. sambil meringis menahan sakit." apalagi melihat Mama mertua dan Bunga ikut-ikutan masuk.
"Mbak Bella, cepat sembuh ya."
Bunga tersenyum tulus pada Bella, yang balik menatap nya dengan senyuman yang tak kalah manis nya. bahkan Bella meminta Bunga berjalan mendekati nya.
Bunga maju beberapa langkah, berdiri tepat disisi sebelah kiri Bella, sebelah tangan Bella menggapai dan menarik tangan Bunga.
"Bunga, maafkan mbak. mbak benar-benar khilaf dan ngak sengaja dek. sehingga kamu celaka akibat dari kelalaian mbak sewaktu tragedi di hotel dulu. seandainya waktu bisa diulang. biarlah mbak yang celaka asalkan kamu ngak kenapa napa dek." berusaha membujuk Bunga.
"Sudahlah mbak, kita lupakan kejadian itu, yang terpenting mbak sekarang cepat sembuh ya." ucap Bunga.
"Bunga, sekali lagi mbak minta maaf ya dek." Bella kembali menangis menatap Bunga, dengan rasa penyesalan yang mendalam.
"Iya mbak." balas Bunga tulus.
Bella juga meminta maaf, pada kedua orang tuanya, Mama mertua dan juga Arya. didepan semua orang Bella juga berhanji, jika dia sungguh-sungguh dengan ucapan nya sekarang.
"Ingat Bella, aku akan memberikan kamu kesempatan sekali lagi, tapi jika kamu masih belum berubah. terpaksa aku mengambil jalan tengahnya. yaitu berpisah dari kamu dan mengulang kan pada Kedua orang tuamu Bella." bisik Arya pada Bella saat semua sedang lengah.
Bunga juga menyalami kedua orang tua Bella yang baik dan tulus terhadap nya, yang sangat berbanding terbalik dengan Bella yang penuh kemarahan, kecemburuan dan dendam.