Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Terlihat para prajurit Aetherlyn telah sampai di halaman gerbang depan istana Arcania. Howard, Christoper, dan Viscount mereka berada di barisan paling depan. Memimpin pasukan yang jumlahnya sangat banyak hampir seribu pasukan. Walaupun kemarin para prajuritnya sebagian telah gugur karena perang kemarin dengan kerajaan Arcania. Namun para prajurit mereka jumlahnya sangat banyak. Setengah jumlah prajurit mereka setara dengan seluruh pasukan Arcania.
Terlihat sang Raja (Howard) hendak bersiap memberi perintah. “ PARA PRAJURIT, SIAPKAN BOLA-BOLA MERIAM! KITA AKAN BALASKAN DENDAM JENDRAL KITA YANG GUGUR DALAM PEPERANGAN KEMARIN! KITA LULUH LANTAHKAN KERAJAAN ARCANIA!”
“BAIK YANG MULIA!” Timpal para prajurit.
“TEMBAK!” Seru Howard. “
“Wushhhh!” Peluru meriam itu dengan cepat melesat ke arah istana. “Boom!” Seketika gerbang istana terhantam. Lalu gerbang itu hancur.
Di barak militer. Terlihat Wira yang sedang beristirahat ia terperanjat oleh desing peluru meriam yang menghantam gerbang. “Apa itu? Apakah ada serangan lagi?” Tanya Wira. Lalu dia bergegas keluar ke halaman gerbang istana.
Di belakang halaman Arcania. Di dekat danau. Ketika Anantari, Esa dan Wira hendak asik berbincang. Mereka lalu bergegas ke halaman depan gerbang. Karena seruan para penjaga yang panik ketakutan karena kerajaannya diserang kembali oleh musuh. “Siapa lagi yang menyerang? Apakah itu dari kerajaan Artherlyn?” Batin Anantari.
Lalu mereka bertiga berlarian ke arah gerbang istana. Untuk melihat apa yang sedang terjadi. Merek terperanjat ketika mendapati gerbang istana Arcania telah luluh lantah oleh serangan para musuh. “Siapa yang telah melakukan ini?” Tanya Esa. Ayo kita ke depan gerbang.
Raja Artherlyn (Howard) berseru kepada Anantari, Esa juga Wiraguna. “HEI PARA KESATRIA BODOH! KALIAN TELAH MEMBANGUNKAN SINGA YANG SEDANG TERTIDUR NYENYAK DENGAN MIMPINYA! AKU DATANG KE SINI UNTUK MELULUH LANTAHKAN KERAJAAN KALIAN!” Seru Howard menggertak.
“Apa kalian belum menyerah? Kalian sudah seperti iblis! Berapa nyawa lagi yang akan kalian korbankan hanya karena ambisi kalian menguasai tanah ini? Aku tidak akan menyerahkan kerajaan ini kepada tangan kalian!” Timpal Anantari.
Terlihat Howard begitu geram kepada Anantari. Dia belum pernah melihat seorang wanita seberani Anantari. Karena Howard belum pernah di maki-maki oleh seorang gadis muda seperti itu. “LANCANG SEKALI MULUTMU, GADIS JALANG! PARA BANGSAWANKU. LENYAPKAN MEREKA! JANGAN BERIKAN MEREKA AMPUN! KITA HARUS MEMBERI PARA KESATRIA BODOH INI PELAJARAN!” Seru Howard.
Terlihat Christoper mengangguk. Lalu dia melesat ke arah Anantari. “Wushhh!” Lalu dia mengeluarkan satu pedangnya, dan mengayunkannya kearah wajah Anantari.
“KSATRIA SIALAN! AKU BERJANJI AKAN MEMBALASKAN DENDAM JENDRAL BARON DENGAN TANGANKU!” Seru Christoper.
“Tengggg!” Terlihat Wiraguna menahan serangan Christoper dengan Haleterenya. “Bangsawan bodoh, ceroboh! Aku tidak akan membiarkan kalian menyentuh dan melukai teman-temanku!” Seru Wiraguna.
“Wushhh!” Terlihat dari sebelah kanan gerbang, Wira yang baru saja datang akan membantu teman-temannya. Dia melesatkan serangannya kepada Christoper. Lalu Christoper dengan cepat menghindari serangan Wira. Christoper terbang ke belakang berbalik kembali ke tempat Howard dan Viscount. “Sial. Mereka sepertinya bukan kesatria-kesatria sembarang.” Gerutu Christoper. Lalu dia memerintahkan Viscount untuk mengeluarkan elemen kayunya. Christoper hendak memerintah Viscount untuk menyerang secara bersamaan.
Viscount mengangguk. Lalu dia memanggil sesuatu. “Elemen kayu hancurkan musuh!” Lalu dia setelah mengucapakan mantra tersebut menempelkan kedua lengannya di atas tanah. Ia sepertinya memanggil kekuatannya. “Wushhhh!” Lalu seketika sesuatu menjalar ke atas dari bawah tanah. Terlihat itu adalah akar-akar pohon. Akar -akar pohon itu menjelma menjadi senjata dengan ujung-ujung yang runcing. Dengan cepat akar pohon itu mengarah ke arah Anantari. Lalu sesuatu menghantam serangan tersebut. “Hancurkan!”
“Wushhh!” Seketika sesuatu melesat dari arah belakang.
“Boom!” Itu adalah Genta. Genta melesatkan bola tanahnya ke arah serangan itu. Seketika kekuatan itu saling menabrak. Debu-debu mengepul.
“Biarkan aku yang menghadapinya teman-teman.”
“Tapi Genta!” Esa menyela.
“Biarkan saja Esa. Genta sekarang jauh lebih kuat dibandingkan sebelumnya.” Pinta Wira kepada Esa.
Kemudian Esa mengangguk menuruti perintah Wira.
“Baiklah. Aku mempercayaimu Genta.” Jawab Esa.
Terlihat Genta dan Wiraguna bersiap untuk melawan sang musuh. Lalu Christoper menatap Wiraguna tajam. Dia mengeluarkan pedang keduanya “Sing!” Pedang kedua itu keluar dari sakunya. Terlihat berkilauan. Sepertinya begitu tajam. “Ting!” Christoper bertelepotasi. “Musnah saja kau para kestatria bodoh!”
“Tenggg!” Wiraguna menahan serangan. “Tidak semudah itu kau bisa mengalahkanku. Aku berjanji akan selalu menjaga teman-temanku.” Timpal Wiraguna.
“Teng, teng, teng!” Gerakan mereka terlihat terlalu gesit. Mereka berdua bertarung dengan begitu cepat.
Wiraguna lalu berteleportasi. “Ting!”
“MATI SAJA KAU!” Teriak Wiraguna yang tiba-tiba berada di hadapan sang musuh. “Teng!” Christoper lalu menahan serangan Wiraguna dengan pedangnya. Seketika pedang itu beradu dengan Haltere nya Wiraguna.
Serangan demi serangan telah mereka kerahkan. Pertandingan begitu sengit. Lalu dari arah Genta. Terlihat dia sedang serius bertarung dengan Viscount.
“Elemen kayu berubah lah menjadi tombak!” Seketika akar-akar menjulang ke atas dan akar itu berubah menjadi tombak-tombak panjang. Viscount memerintah kekuatannya menjadi sebuah tombak-tombak kayu. Terlihat ujung-ujung kayu itu sangat tajam.
“Wushhh!” Dengan cepat kekuatan itu melesat ke arah Genta. Lalu Genta dengan cepat membuat sebuah dinding besar. Dia menghentakan kakinya sebanyak lima kali.
“Buk, buk, buk, buk... Buk!”
“Wushhh!” Seketika sebuah dinding besar yang terbuat dari tanah menjulang ke atas. “Wushh!” Serangan dari Viscount dengan cepat melesat. “Boom!” Suara tombak yang beradu dengan dinding besar. Seketika langit di selimuti oleh debu-debu yang mengepul. Lalu Genta mencoba melancarkan serangannya. “Hancurkan!” Seru Genta.
“Wushhh!” Seketika bola-bola yang terbuat dari tanah melesat ke arah Viscount menyerang dengan sangat cepat.
“Ting!” Viscount menghindari serangan Genta. Lalu terlihat Genta mengamuk. “KAMU TIDAK AKAN BISA LARI DARIKU!” Seru Genta.
Lalu dia mengucapkan sebuah mantra. “Angin lalu angin puyuh, aku berseru padamu! Dari timur kau datang dari barat kau berhembus. Berikan aku seluruh kuasamu untuk (tujuan) datanglah kini, pergilah nanti!” Lalu setelah itu Genta menghentakan kakinya sebanyak tiga kali. “Buk, buk... Buk!”
“Wushhhh!” Seketika bola besar menggumpal bola itu terbuat dari gumpalan-gumpalan tanah. Namun di selimuti oleh kekuatan angin. “HANCURKAN!” Seru Genta.
“Wushhh!” Bola tanah itu melesat dengan cepat ke arah Viscount. “VISCOUNT MENGHINDAR!” Seru raja Aetherlyn (Howard). Namun sia-sia serangan Genta tak bisa terelakan. Tubuh Viscount terseret dengan bola tanah Genta. “Boom!” Seketika bola tanah itu hancur lebur.
“Tidak Viscount. Kamu jangan mati!” Seru Christoper.
...----------------...
Di sore hari. Di sebuah hutan di tanah Aetherlyn. Terlihat Viscount sedang berburu menangkap seekor banteng. Dia (*Viscount*) di desanya ia terkenal sebagai “Sang Pemburu” Karena hampir setiap hari waktunya ia habiskan untuk berburu. Namun di sore itu adalah dia mendapat nasib buruk.
Ketika ia hendak mengejar seekor Banteng. Banteng itu lari ke arah kerumunan Warga. “Klepak, klepak!” Banteng itu dengan cepat melesat lari ke kerumunan. Terlihat Viscount berlarian di belakangnya hendak akan menangkap sang Banteng. Dia membawa sebuah tombak kala itu. Untuk menumbangkan sang Banteng.
“Brukkkk!” Banteng itu menghantam sebuah pos di pinggiran desa di dekat sawah. Terlihat di pos itu para warga sedang berkumpul. “Aaaaa!" Teriak seorang warga yang terpental ke sawah karena hantaman banteng itu.