NovelToon NovelToon
Author Badut

Author Badut

Status: sedang berlangsung
Genre:Angst / Dunia Lain / Mata Batin / Dokter / Misteri / Orang Disabilitas
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aksara_dee

Goresan ISENG!!!

Aku adalah jemari yang gemetar. Berusaha menuliskan cinta yang masih ada, menitip sebaris rindu, setangkup pinta pada langit yang menaungi aku, kamu dan kalian.

Aku coba menulis perjalanan pulang, mencari arah dan menemukan rumah di saat senja.

Di atas kertas kusam, tulisan ini lahir sebagai cara melepaskan hati dari sakit yang menyiksa, sedih yang membelenggu ketika suara tidak dapat menjahit retak-retak lelah.

Berharap kebahagiaan kembali menghampiri seperti saat dunia kita begitu sederhana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. About You

Dia datang katanya ingin membeli bunga, akan tetapi penampilannya rapih, wangi dan formal. Memakai setelan jas berwarna cream, kemeja hitam garis-garis kecil senada dengan dasinya yang berwarna hitam garis-garis. Rambutnya disisir rapi dan terlihat lebih berkilau. Penampilan dari atas hingga bawah sangat 'perfect' seperti seseorang yang hendak pergi meeting atau menghadiri acara formal.

Hembusan napas hangatnya begitu terasa di ujung jemariku. Posisi itu terlalu dekat hanya untuk memasang plester luka di jariku yang terluka oleh goresan duri halus. Gerakannya sangat lambat dan hati-hati saat menutup luka seolah ia sedang menjaga agar duniaku tidak runtuh.

Bukan aku tidak berterima kasih atas perhatiannya, tapi tindakannya memperlambat kerjaku yang sedang dikejar deadline.

Aku melirik wajahnya yang masih fokus menatap jariku, "Dok, butuh waktu berapa lama lagi untuk menutup luka ini. Pekerjaanku masih banyak," tegur ku.

"Oh... Iya, sudah kok semoga tidak infeksi karena isi kotak P3K nya tidak lengkap."

"Hanya duri kecil, dok. Aku sudah terbiasa." Aku langsung mengambil pot dari tanah liat dan floral foam untuk melanjutkan pekerjaan.

"Apa yang bisa aku bantu?" tanyanya.

Jujur aku bingung, di sini aku juga sedang bekerja bukan tuan rumah yang sedang mengajak seorang teman bermain. Apalagi ini hari pertama aku bekerja, kedua rekanku yang bekerja sudah tahunan di florist itu terlihat tidak suka dengan sikap dan perhatian dokter Sabil yang hari itu datang, katanya, untuk membeli bunga.

"Hania, apa yang bisa aku bantu?" tanyanya lagi.

"Ehh... Dokter duduk di kursi tunggu saja, pilih dulu bunga yang akan dokter pesan. Setelah itu bisa dokter tinggal, kemungkinan dua jam lagi pesanan dokter baru akan kami kerjakan."

"Tidak apa-apa, bungaku bisa kamu kerjakan belakangan. Sekarang apa yang bisa aku bantu?" dia tetap keras kepala ingin membantu

"Jangan dok, nanti jas dokter terkena getah bunga," cegah ku saat ia ingin membawa satu ember mawar merah.

"Tidak apa-apa Hania."

Icha menyerahkan satu ikat besar daun cemara Thuja yang segar ke tangan dokter sabil. "Kalau anda memaksa ingin membantu kami, boleh mulai dari sini, dokter. Pisahkan bagian bawah beberapa helai, kita hanya pakai lima belas sampai dua puluh centi dari ujung daunnya."

"Dokter, dibuka dulu jas anda. Saya khawatir getahnya mengotori pakaian anda."

Aku membantunya membuka jas yang begitu ketat membentuk otot lengannya. Napas ku nyaris berhenti saat menyentuh ototnya yang keras di bagian lengan, sepertinya ia sangat rajin membentuknya.

"Oh baik, baik. Terima kasih Hania."

Aku lihat pipinya memerah saat aku berhadapan dengannya untuk melepaskan dasi di lehernya, karena tangan dokter Sabil sedang menggendong seikat daun pinus. Aku tidak ada maksud lain, hanya ingin membantunya.

Aku kembali duduk bersila memotong bunga-bunga yang akan kurangkai. Kulihat ia meletakkan pinus lalu menggulung lengan kemejanya hingga siku, lalu ikut bergabung dengan kami.

"Berapa pesanan yang harus dikerjakan hari ini?" tanya dokter Sabil.

"Dua ratus delapan puluh satu hand bouquet, tiga puluh tiga flower board, tiga buah rangkaian ikebana dan lima belas flower and fruit bouquet," jawab teh Icha.

"Hania, kamu fokus buat bouquet buah dulu gih, dua jam lagi pesanan itu akan diambil pemesan." mba Icha sebagai karyawan lama berguna sekali mengatur kinerja karyawan lain tanpa merasa lebih senior.

"Baik mba," jawabku seraya berdiri dan pindah ke ruangan buah segar.

Dokter Sabil ikut berdiri, ia mengekori aku dengan membawakan gunting, lakban dan plastik wrapping. Sepertinya kecerdasan yang dia miliki membuat dia mudah belajar dengan bidang yang baru saja ia sentuh.

"Kamu akan butuh semua ini," katanya sambil meletakkan semua peralatan.

"Terima kasih, dok."

Satu jam kami bekerja tanpa bicara, hanya tangan yang tidak berhenti bekerja. Aku berusaha fokus meski bekerja dibawah tatapan dokter Sabil yang lengket menatapku terus. Empat belas bouquet flower and fruit selesai, aku mulai angkat bicara.

"Sebenarnya tujuan dokter ke sini mau memesan bunga atau mau ketemu saya?" akhirnya pertanyaan yang sejak tadi menggantung di pikiran, aku lontarkan.

"Aku menunggu kamu menanyakan itu, tapi sepertinya waktunya tidak tepat. Jadi tujuanku hari ini ku revisi kembali. Pertama bertemu kamu, melihat kamu sibuk aku bantu agar kesibukan kamu lebih ringan, setelah nanti selesai jam kerja aku ingin bicara sesuatu padamu."

"Apa yang ingin dokter tanyakan, sambil mengerjakan satu pesanan lagi mungkin bisa, jadi dokter tidak perlu menunggu saya sampai pulang kerja. Sepertinya malam ini saya harus lembur dok," ucapku

Dokter Sabil menoleh ke ruangan lain yang hanya dibatasi kaca, "nanti saja, kita selesaikan semua pesanan dulu."

Aku menghela napas panjang, sebetulnya aku risih dengan sikapnya yang terus memperhatikanku dari jarak dekat seperti ini. Nampaknya ia sangat keras kepala ingin meminta waktu luang ku lebih banyak.

"Dokter tidak ada kesibukan hari ini?" tanyaku

"Hari ini?" tanyanya merenung sejenak, aku mengangguk. "Hari ini aku harus orientasi tempat, observasi pasien, wawancara, riset, membuat jurnal dan mengkaji ulang hasil laporan. Yeah... Sibuk," jawabnya seolah sesuatu yang simple.

"Dokter lebih sibuk dariku, jam istirahat kita bisa ngobrol, dok. Jadi dokter tidak tertahan di tempat ini."

"Berapa menit jam istirahat kamu?"

"Satu jam untuk ishoma."

"Hania, tolong cek kiriman buah dan bunga di depan dong," teriak teh Icha menginterupsi kegiatanku.

Aku bergegas keluar toko untuk menerima dan mengecek kiriman bunga dan buah import dari supplier. Hingga jam istirahat pun harus terlewati karena hari itu pesanan sangat banyak. Aku hanya menyempatkan Sholat dan kami makan bergantian.

"Dokter sepertinya hari ini sangat hectic banget, nggak sempat minta jam istirahat." aku menyodorkan mie ayam yang aku pesan melalui aplikasi online.

"Itu untukku?" tanya Sabil.

"He'um, maaf belum bisa menyediakan jamuan yang lebih baik. Jamuannya seadanya dok." aku tersenyum sambil menyiapkan sumpit, tisu dan minuman dingin untuknya.

Kulihat dia diam terpaku menatap makanan yang aku siapkan. "Dokter nggak suka mie ayam? Apa perlu saya ganti menunya?"

"Tidak perlu Hania, aku suka mie ayam. Apa kamu seperti itu pada semua orang? Maksudku... Menyiapkan makan, membukakan sumpit kayu, mengukur air dingin dengan punggung tanganmu—"

"Dokter datang ke sini untuk menemui saya, lalu membantu pekerjaan kami, saya harus membalas kebaikan dokter dengan lebih baik lagi."

"Oh... Okay, tapi... Ah sudahlah, tidak penting," katanya ragu dengan wajah bersemu merah. "Kalau keseringan diperlakukan seperti itu, aku bisa salah paham Hania, contohnya seperti kamu menyisihkan puding untukku."

"Jangan salah paham dok, kita pasien dan dokter."

Dia menatapku sebentar seperti ingin protes dengan pernyataanku, namun kalimat itu tertahan di bibirnya, lalu melahap mie ayam di depannya.

Waktu terus bekerja menebas hari, malam jatuh di jendela Madani florist. Lampu-lampu taman sudah menyala terang namun hangat. Aku merapihkan ruang kerjaku dengan sapu dan kain pel. Sementara pekerja pria masih bekerja di halaman belakang membuat flowers board yang pesanannya terus bertambah. Kulihat dokter Sabil masih asik bercengkrama dengan para pekerja di halaman belakang toko.

"Hania, kita sudah diijinkan pulang. Biar pekerjaan tambahan dikerjakan Faris dan karyawan cowo, biar mereka aja yang lembut sampai pagi," ucap teh Icha sambil menempelkan jarinya di mesin fingerprint.

"Baik, teh... Saya pulang juga." ikut menempelkan jari di mesin fingerprint setelahnya.

Aku mendekati dokter Sabil yang masih tertawa bersama karyawan lainnya sambil duduk bersila dengan gelas plastik berisi kopi hitam di tangannya.

"Dok, mari kita pulang." aku berdiri di sisi dokter Sabil.

"Sudah selesai? Akhirnya... " suaranya terdengar lega dengan sisa tawa yang masih menggantung di wajahnya.

Aku duduk di kursi penumpang, samping dokter Sabil. Ia menyandarkan kepalanya di sandaran kursi pengemudi. "Melelahkan ya, apa kamu sanggup setiap hari bekerja seperti itu?" dia menoleh ke arahku, menatapku begitu dalam.

"Senang dok, tangan yang banyak bekerja seperti healing untukku."

"Baiklah kalau kamu memang nyaman, tadinya aku ingin menawarkan pekerjaan untukmu."

"Saya jalani ini dulu dok, tapi sepertinya saya suka lingkungannya."

"Syukurlah... " katanya sambil menyalakan mesin mobilnya.

"Kita mau kemana dok?" tanyaku penasaran ingin tahu apa yang ingin dia bahas sampai harus menungguku lama.

"Pulang, kamu pasti lelah."

"Lho, bukannya ada yang ingin dokter tanyakan padaku?"

"Waktu kita masih panjang, lain kali saja."

"Dokter meninggalkan pekerjaan penting hanya untuk menemani saya bekerja di sini?"

"Siapa bilang aku meninggalkan pekerjaan, justru tadi itu lah pekerjaanku. Coba kamu ingat baik-baik pekerjaan apa saja yang aku uraikan tadi."

"Maksud dokter, bagian—observasi pasien itu... Saya?" tanyaku mengerutkan kening.

"It's all about You"

"Ck! hampir saja saya salah paham, dok."

"Salah paham gimana?"

"Ah... Nggak dok."

Tentangnya... Selalu membingungkan, bagiku.

"Hania?"

1
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
ternyata danu masih ingin menghancurkan hania. itu yang harus sabil waspadai.
Aksara_Dee: Danu cowo NPD
total 1 replies
Cakrawala
Danu sini kamu/Hammer/
Aksara_Dee: pengen jitak Danu ya ka 🤭
total 1 replies
Dinar Almeera
I fell youuuu pelukk duluuuu🤗🤗🤗
Aksara_Dee: peluk siapa ka?
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
mahluk kasat mata bisa terekam kamera cctv juga ya ?
merinding aku Thor.....😬
Aksara_Dee: mungkin karena Sabil juga indigo jadi bisa melihat keberadaan mereka
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
cakepnya 🥰
Aksara_Dee: cocok gak ka sama karakter dokter sabil?
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
good job....aku merinding disko nih 👍
Aksara_Dee: iyakah ka? 😅
total 1 replies
Dinar Almeera
Nihhh Pak RT mau gak tinggal di komplek aku... cakep bener gak kepo gak menghakimi semua di bicarakan dengan santaii ihhh dunia butuh orang yang begini tau batasan 😍😍
Aksara_Dee: qiqiqiqi... 😅
total 3 replies
Wang Lee
Bunga sekebon untukmu🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Aksara_Dee: banyak nyaaa... aku tidur di hamparan bunga 😅
total 1 replies
Wang Lee
Semangat dek🌹🌹
Aksara_Dee: semangatnya lagi kendor nih ka 🥺
total 1 replies
Wang Lee
Ada apa dek
Aksara_Dee: nggak ada apa-apa
total 1 replies
Wang Lee
Iya, kamu benar cantik
Aksara_Dee: makasih 🤭
total 1 replies
Wang Lee
Jangan begitu, ah dek
Aksara_Dee: jadi gimana
total 1 replies
Wang Lee
Kan aku rindu bin kangen dek
Aksara_Dee: masa?
total 1 replies
Wang Lee
Like
Aksara_Dee: sukak
total 1 replies
Wang Lee
Wah...Pasti enak tuh susu alami🤣
Aksara_Dee: uppsss... 👉
total 1 replies
Wang Lee
Kamu manggil saya..
Aksara_Dee: enggak kok!
total 1 replies
Wang Lee
Luar biasa
Aksara_Dee: galak kaan
total 1 replies
Wang Lee
Pasti enak tuh🤣
Aksara_Dee: hey! wang lee... 👉
total 1 replies
🌹Widianingsih,💐♥️
Hania masih baik-baik saja kah Thor ?
kenapa prabu seperti nya marah ?
Aksara_Dee: marahnya sama Sabil ka, ada di episode 22
total 1 replies
Mom Young
sangat bagus😘
Aksara_Dee: Terima kasih kaka ❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!