NovelToon NovelToon
SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: rozh

Takdir yang tak bisa dielakkan, Khanza dengan ikhlas menikah dengan pria yang menodai dirinya. Dia berharap, pria itu akan berubah, terus bertahan karena ada wanita tua yang begitu dia kasihani.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rozh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18. Khanza Melahirkan

Hari-hari terus berlalu, hingga pagi ini Khanza merasakan perutnya keram, sakit melilit seperti kelaparan bercampur dengan rasa ngilu saat haid, kemudian di susul dengan pinggang sampai tulang punggung seolah ketiban beban berat. Sekali 10 menit, Khanza tiba-tiba gemetar kesakitan, lututnya sampai gemetaran dengan sendiri saking sakitnya.

Khanza terus berzikir sambil menahan sakit.

"Sakitnya seperti apa Khanza?" Mira bertanya cemas, saat melihat keringat Khanza besar-besar dan banyak dari jidatnya menetes.

"Entahlah Bu, kadang rasanya pengen kebelet," jawab Khanza.

"Itu sudah tanda-tanda mau melahirkan, Khanza!" seru Mira. "Apa ada sesuatu yang keluar, seperti air?" tanya Mira.

Khanza menggeleng. "Hanya sakit melilit saja," balas Khanza. "Lagian, kehamilan ini baru 8 bulan beberapa hari, belum 9 bulan, Ma."

"Walaupun belum 9 bulan, tapi harus waspada juga. Mama harus siap-siap dulu deh, kita ke rumah sakit ya!"

Mira mengambil dua pasang pakaian bayi, kain dan beberapa hal penting lainnya, dia merasa itu ciri-ciri akan lahiran.

Dan benar saja, ditengah perjalanan, masih di dalam mobil, ketuban Khanza pecah. Hingga saat di rumah sakit, dia langsung di bantu para perawat turun dari mobilnya.

Setelah memeriksa keadaan Khanza, ukuran bayi dan lainnya, ditambah Khanza sempat pingsan tadi. Akhirnya, dokter menyarankan agar dioperasi segera, karena ketubannya sudah pecah, harus segera dikeluarkan bayinya.

"Bisa kami meminta tanda tangan dari suaminya untuk melakukan tindak operasi?" pinta perawat.

"Suaminya sedang di luar kota, bisakah saya ibunya untuk menandatanganinya saja," kata Mira berbohong.

"Baiklah."

Semua surat-surat sudah di tandatangani, Mira sudah memberikan foto kopi surat nikah Khanza dengan Tanan, fotocopy KTP dan lainnya.

Khanza pun siap di operasi. Saat menunggu Khanza di operasi, Mira menghubungi suaminya dan Ibu Ijah melalu panggilan telepon.

Bu Ijah yang sedang mengupas bawang, buru-buru berpamitan pada Bu Gunawan, karena menantunya akan segera melahirkan.

"Ini ... buat bantu-bantu sedikit Bu. Semoga operasi menantu ibu berjalan baik." Bu Gunawan memberikan sedikit uang.

"Terimakasih banyak Bu Gunawan, anda sungguh baik sekali pada saya," jawab Bu Ijah.

"Sama-sama."

"Kami nggak bisa bantu hal materi, cuma bisa kirim do'a aja Bu Ijah, semoga menantu dan cucunya sehat dan selamat." Teman-teman sesama mengupas bawang dengannya berkata.

"Iya, terimakasih doanya. Itu sudah lebih dari cukup, saya pamit dulu."

Bu Ijah buru-buru ke rumah sakit dengan menaiki oplet. Dia membawa buah dan roti.

Bu Ijah dan suami Mira datang hampir bersamaan.

Lampu ruang operasi mati, pintu terbuka, dan seorang perawat keluar. "Adakah di sini yang bergolongan Darah B-? Ibu atau Bapak pasien? Ibu Khanza banyak kehilangan darah, HB Bu Khanza sangat rendah, butuh setidaknya dua kantong darah," jelas perawat itu.

Mereka saling pandang, diantara mereka bertiga, tidak ada yang memiliki darah B-

"Apakah darah O bisa Bu?" Bagas bertanya pada perawat.

Darah Mira A dan darah Bu Ijah juga A.

"Maaf Pak, tidak baik, karena perbedaan antigen dan antibodinya, tolong minta bantu pihak keluarga ada yang bisa bantu atau tidak, Pak? Soalnya stok darah B- sedang tidak ada. Kini, kami sedang berusaha menghubungi dan meminta bantuan juga," ujar perawat itu.

Awalnya, tadi semua baik-baik, namun setelah anak Khanza keluar dan perutnya dijahit, tiba-tiba Khanza menggigil parah, padahal sebelum dioperasi HB Khanza baik. Wanita itu tiba-tiba pendarahan hebat dan pingsan.

HB nya turun drastis.

Suami Mira pun memposting status jika dia butuh golongan darah B-, dia langsung menelfon teman terdekat atau siapa saja.

Akhirnya, dia menemukan orang yang bekerja dengannya memiliki darah B-. Seorang wanita berumur 30 tahunan dengan satu orang anak. Dia wanita sehat, darahnya juga cocok dengan Khanza.

Bagas, Mira dan Bu Ijah berterimakasih pada wanita itu.

"Sama-sama Bapak, Ibu. Saya sangat senang bisa membantu begini, dulu saya juga pernah kekurangan darah, untungnya ayah saya memiliki darah yang sama dengan saya," balas Ibu itu mengenang dirinya saat melahirkan anak laki-lakinya.

Bagas menyelipkan amplop ke tangan anak laki-laki wanita itu. "Ini untuk jajan kamu, ya."

"Bapak, jangan. Saya benar-benar tulus," ucap wanita itu menolak dan berniat memberikan amplop itu kembali.

"Bu, jangan menolak rezeki, ini untuk jajan anaknya ibu. Kami sangat berterimakasih." Mira memegang lembut punggung tangan wanita itu. "Simpan ya Bu, untuk jajan anak," pinta Mira lagi.

Ibu itu tampak berpikir sejenak. "Terimakasih banyak Pak, Bu," jawabnya. "Sini, Ibu simpankan dulu hadiah dari Om sama tantenya ya," kata Ibu itu pada anak laki-lakinya yang sudah berumur 4 tahun.

"Iya, Bu." Anak laki-laki itu memberikan amplop itu pada ibunya dan ibu itu menyimpan amplop dalam tasnya.

"Semoga adiknya cepat siuman, kalau begitu kami pamit dulu Pak, Bu."

"Iya, terimakasih banyak."

Lega rasanya, setelah mendapatkan pertolongan darah dengan cepat, Khanza pun kini sudah dipindahkan ke ruang inap, namun anaknya di tempat khusus bayi, di tabung kaca dengan selang-selang melekat di tubuhnya, bahkan bantuan pernapasan oksigen menempel di hidung bayi mungil yang baru berat 1,7 kg itu.

Khanza tengah tertidur, dia belum dibolehkan bergerak dan disuruh istirahat. Mira bergantian dengan Bagas ke tempat bayi, kini giliran Bu Ijah.

Ijah melihat dari kaca luar. Menitik air mata wanita tua itu. Dia mengambil vidio cucunya di sebalik kaca.

"Ya Allah, sehat dan selamat kan lah cucu dan menantu hamba." Wanita itu bergumam dengan air mata mengalir.

Setelah melihat cucunya, Bu Ijah kembali ke kamar inap Khanza.

"Dik Mira, Bagas, kalian kembalilah dulu, selesaikan hal penting, Khanza biar aku yang jaga, nanti jika hal mendesak sudah selesai, kalian bisa kembali. Pergilah," ucap Bu Ijah.

Mira dan Bagas saling tatap. "Khanza lebih penting Kak Ijah," jawab Mira.

"Betul. Tapi, hal mendesak dan penting lainnya juga harus dipertanggung jawabkan bukan? Kalian punya beberapa pekerjaan dan bisnis, orang-orang menggantung hidupnya dengan kalian, pergilah, jika ada apa-apa, aku akan mengabari kalian."

Akhirnya, Mira dan Bagas pun pulang, setelah membeli nasi bungkus, cemilan, buah dan minuman untuk Bu Ijah dan Khanza nanti, jika wanita itu terbangun dari tidurnya.

Setelah kepergian Mira dan Bagas, tak berselang lama, Khanza terbangun dari tidurnya.

"Kamu makan dulu ya Sayang, mama dan papa mu pulang sebentar, ada keperluan. Sekarang ibu dulu yang temani, ya. Nanti mereka balik lagi," jelas Bu Ijah, saat Khanza menoleh kiri dan kanan.

"Iya, Bu. Anakku bagaimana?" Rupanya Khanza memikirkan anaknya. "Tadi, sebelum aku tidur, bayinya dalam pelukanku," gumam Khanza.

Ibu Ijah, mengernyitkan dahinya. Dia menyentuh lembut punggung tangan Khanza. "Dia sedang di ruangan bayi, kamu makan dulu ya, nanti kita lihat ke sana, kalau tenaga kamu sudah pulih," ucap Bu Ijah menenangkan Khanza.

1
Heny
Hadir
Rozh: terimakasih 🙏🏻🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!