SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

SURGA Yang Kuabaikan & Rindukan

Menjadi Janda

Sepasang suami istri nampak berjalan-jalan sore di sebuah alun-alun kota. Sang suami dengan sigap selalu membantu istri, dan juga beberapa kali mengelus dan mencium perut sang istri.

"Sayang, kamu sudah menemukan nama untuk putra kita?" tanya sang istri pada sang suami.

"Aku masih meragu, terlalu banyak nama yang indah, dan juga banyak ide nama yang diberikan teman-teman. Lalu, bagaimana nanti jika anak kita bukan lah seorang laki-laki, bisa saja dokter salah dalam USG, siapa yang tahu kehendak Allah? Ada teman kerja kemarin bercerita, karena di USG perempuan, jadi beli semua perlengkapan merah muda, yang lahir malah laki-laki." Sang suami menatap istrinya.

"Iya juga ya, Sayang. Akan tetapi, untuk jaga-jaga aja."

"Nanti saja kita pikir-pikir lagi Sayang. Ayo, kita istirahat dulu, kamu harus banyak-banyak minum air putih. Biar banyak dan jernih air ketubannya, dan nggak sakit pinggang, gitu 'kan kata dokter."

"Iya, Sayang." Sang istri memeluk suaminya dari samping, dan sang suami pun mengelus perut besar istrinya penuh kasih.

Selang beberapa hari setelah jalan-jalan sore itu, tengah malam jam satu dini harinya, sang istri merasakan perutnya mules, sakit melilit dan sangat sakit, terkadang rasanya seperti ingin buang air besar, tetapi kadang tidak, kadang sakit sampai tulang punggung dan pinggang. Hingga sesuatu keluar diantara kedua pahanya.

"Sayang, sepertinya kamu mau lahiran, lihat betismu basah, ketubannya sudah pecah!" Sang suami cemas dan dia langsung menggendong istrinya yang sudah jauh lebih berat dari pada biasanya.

Dia mengambil kain panjang, dan mendudukkan istrinya di belakang motor, lalu mengikatnya di pinggang. "Bertahanlah Sayang, kita akan segera ke puskesmas!"

Ya, seperti di duga, sang istri memang sudah waktunya melahirkan, pintunya sudah terbuka lima. Sang suami sampai gemetaran saat menyaksikan istrinya berjuang melahirkan sang buah hati mereka dengan penuh perjuangan.

"Owa! Owa!" Bayi merah nan baru saja keluar itu menangis dengan nyaring.

"Selamat ya, Bu. Bayinya laki-laki, berat 4 kg, dengan panjang 53 cm. Sehat." Begitulah Bidan perempuan itu berkata dan meletakkan bayi itu di dada sang istri.

Selang beberapa waktu, sang istri yang bernama Khadijah Izza dan sering dipanggil Ijah di sekitar tempat mereka tinggal telah pindah ke kamar pasien. Dia tertidur dengan nyenyak setelah tiga jam melahirkan, sedangkan suaminya tampak berberes dan dengan senang hati melihat putranya. Tadi usai dia mengadzankan putra kecilnya itu, si bayi juga diam dan kini ikutan tertidur setelah meminum susu bantu, karena ASI Khadijah belum keluar.

Hanya tertidur satu jam, kemudian Khadijah terbangun karena mendengar suara bayinya menangis, begitu pula dengan suaminya yang barusan dari toilet terburu-buru keluar.

"Sayang, kamu terbangun?" tanya suaminya saat baru keluar karena melihat Khadijah berusaha duduk pelan, berniat berdiri mengambil putranya yang menangis.

Sang suami cekatan menggendong bayi itu, walaupun tampak kaku dan cemas pada bayi merah itu. Dia memberikan pada istrinya dan segera membuatkan susu sesuai petunjuk dalam kemasan susu. Lalu, memberikan susu pada sang bayi.

"Sayang, setelah aku berpikir sejak tadi, bagaimana jika nama putra kita, Muhammad Tanan?" Sang suami berkata dan mengelus pelan pipi bayinya dengan telunjuknya.

"Artinya apa sayang?"

"Tanan artinya membawa kebahagiaan. Ditambah dengan nama yang mulia Rasulullah, semoga kelak putra kita memiliki sifat yang baik hati, jujur, dan membawa kebahagiaan pada semua orang," kata sang suami tersenyum.

"Iya, nama yang indah Sayang. Dilihat dari wajahnya, dia cocok membawa nama Tanan," sahut sang istri.

Dari sekian banyak nama yang di usulkan beberapa orang, akhirnya sepasang istri itu memilih nama Muhammad Tanan.

Dua tahun kemudian.

"Tanan! Hati-hati Sayang, jangan lari-lari, nanti jatuh!" seru Khadijah pada putra kecilnya.

Para tetangga juga merasa gemes melihat tingkah laku Tanan yang aktiv, wajahnya juga sangat tampan dengan kulit eksotis hitam manisnya, senyuman Tanan yang membuat semua orang terpesona, pipinya memiliki lesung pipi kecil nan manis.

Keluarga kecil itu sangat bahagia, bagaimana tidak, mereka sudah menikah lima tahun, baru bisa hamil setelah ikut bermacam-macam program hamil. Sang suami yang baik dan pekerja keras, bisa membuat mereka menabung, dan mereka baru saja membeli rumah satu tahun yang lalu. Perumahan di sekitar mereka tinggal, nyaman dan aman.

Khadijah penuh syukur karena hidup ini begitu bahagia, suaminya setia, baik, ramah, pekerja keras, dan penuh kasih sayang. Di tambah rezekinya diberi luas oleh Allah, dia akhirnya memiliki keturunan dan bahkan rumah yang di idam-idamkan juga akhirnya mampu di beli.

"Assalamu'alaikum," sapa seorang wanita yang terlihat kurus, bajunya bahkan sangat kedodoran, polos, dan sedikit jelek.

"Wa'alaikumsalam," jawab Khadijah dengan teman-temannya yang sedang menjaga anak masing-masing.

"Permisi ibu-ibu, numpang tanya, dimana ya kos-kosan yang harganya murah di sekitar sini?" tanyanya.

Mereka semua saling berpikir. Kemudian, menunjukkan rumah kos-kosan yang tak jauh dari sana. "Semoga cocok ya Bu, coba saja dulu tanya sama Bu Desi di ujung jalan, rumahnya warna kuning telur, bertingkat tiga, ada kok bacaannya besar di sana tertulis menerima kos begitu," jelas Khadijah dan teman-temannya.

"Terimakasih kalau begitu ibu-ibu, saya akan ke sana dulu. Assalamu'alaikum," pamitnya.

"Wa'alaikumsalam." Mereka semua menyahuti salam wanita kurus itu.

Tanan dan teman-teman sebayanya asyik bermain, dan ibu-ibu mereka memperhatikan mereka, hingga warna jingga di langit sudah muncul, dan itu sudah waktunya masuk ke dalam rumah. Mereka pun masuk ke rumah masing-masing.

Namun, hidup bahagia Khadijah tak berlangsung lama dan selama hidupnya, karena setelah magrib, dia mendengar berita yang mengejutkan. Sang suami kecelakaan, mobil Avanza hitam milik atasannya hancur bersama motor Supra yang dikendarai juga oleh seorang pria.

Dua pengendara itu meninggal dunia, polisi memberitahu Khadijah dan istri pengendara sepeda motor itu. Mereka berdua bertemu di lorong kamar mayat.

"Apa suami kamu yang tertabrak?" tanya Khadijah pada wanita itu.

Wanita yang tadi sore dia lihat dan bertanya dimana kos-kosan paling murah, kini mereka berdua bertemu kembali, tetapi dengan cara menyedihkan, kedua suami mereka meninggal dunia.

Suami mereka di kuburkan di kuburan umum. Sesak, sedih, itulah yang dirasakan dua janda tersebut.

Khadijah membawa wanita itu ke rumahnya, karena diketahui wanita itu sedang hamil tiga bulan, kehidupan mereka susah, suaminya bekerja serabutan, apapun asalkan dapat uang yang halal.

"Maaf, saya merepotkan Kakak." Awalnya wanita itu menolak, namun akhirnya ikut tinggal di rumah besar Khadijah, karena dia benar-benar tidak punya uang, apalagi dia tengah hamil muda sekarang.

"Tidak apa-apa, hamil muda ini rentan sekali, kamu jangan terlalu banyak pikiran, jangan sampai setress. Oh iya, nama kamu siapa?" tanya Khadijah.

"Namaku Hindun Ameera, sering di panggil Mira Kak," jawab wanita itu.

"Aku Khadijah, kamu bisa memanggilku Ijah, Mira," kata Khadijah. "Sekarang, ayo makan dulu, kamu pasti belum makan kan?" ajak Khadijah.

Mereka pun makan dan beristirahat dengan baik, walaupun hati mereka berdua sama-sama sedih karena kehilangan pria yang mereka cinta, tetapi pemilik-Nya lebih mencintai, mereka hanya bisa ikhlas dan berdo'a.

"Semoga hari esok lebih baik."

Terpopuler

Comments

Heny

Heny

Hadir

2025-09-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!